.
.
.
.
.
Pagi hari yang cukup cerah, Cahaya matahari masuk menembus jendela kamar milik seseorang yang sedang tertidur pulas. Heeseung membuka matanya karena cahaya matahari dari tadi mengganggu dirinya yang sedang sibuk dengan mimpinya.
Heeseung duduk di pinggir kasur sambil memegang kepalanya yang terasa sangat pusing. Dia mengeluh dan seketika dia ingat bahwa semalam dia minum di temani Jake dan pergi nongkrong bersama Jay dan yang lain.
Heeseung menatap kalender yang berada di meja samping tempat tidur dia. Hari ini Heeseung harus bertemu dengan kedua orang tuanya, belum bertemu saja sudah membuat Heeseung lelah. Heeseung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
.
.
.
.
.
Heeseung keluar dari dalam mobil dan menatap rumah yang sangat besar di hadapannya ini. Heeseung menghela nafasnya dan melangkah masuk kedalam rumah itu. Saat Heeseung masuk kedalam rumah Heeseung melihat orang tuanya sedang duduk di Sofa menonton tv.
"Kamu sudah sampai?" ucap sang bunda yang di anggukin oleh Heeseung.
Heeseung duduk di sofa yang sama dengan orang tuanya. Ayahnya menatap dirinya kemudian kembali menatap tv.
"Heeseung, bunda sama ayah ingin menjodohkan kamu dengan rekan bisnis ayah." ucap bunda sambil memegang tangan Heeseung.
"Heeseung gamau bunda." ucap Heeseung dengan nada lembut kepada bundanya. Heeseung tidak pernah berkata dingin atau kasar kepada bundanya. Ketika bundanya mengatakan sesuatu yang tidak Heeseung sukai Heeseung tetap akan menolaknya dengan lembut.
"Tapi kamu belum lihat wajahnya loh." bunda Heeseung menatap anaknya sambil mencoba membujuknya agar mau menerima perjodohan itu.
"bunda, Heeseung mau fokus pada kuliah aku agar aku bisa melanjutkan posisi ayah di kantornya dengan baik." Heeseung membalas genggaman tangan bundanya itu.
"Tapi nak." ucapan bundanya terpotong oleh Heeseung. "Aku mau menikah dengan orang yang aku cintai, aku akan menikah dengan orang yang aku cintai jika aku merasa bahwa diriku cukup pantas untuknya."
Bunda menatap ayah dengan serius, ayahnya bahkan menghela nafas sambil menggelengkan kepalanya. Heeseung tau bahwa tidak mudah membujuk ayahnya itu.
"Kamu ga akan menyesal menolak perjodohan ini?" tanya sang ayah kepada anak semata wayangnya itu.
Heeseung menganggukan kepalanya dengan sangat yakin. Ayahnya menghela nafas sambil memijat pelipisnya.
Bunda Heeseung melepaskan genggaman tangannya pada Heeseung dan beralih memegang lengan suaminya dan mengusap punggung suaminya. Heeseung sedikit merasa bersalah, ayahnya pasti juga tidak bisa menolak perjodohan itu karena menyangkut perusahaan.
"ayah akan memberikan kamu waktu 3 tahun. Jika dalam waktu 3 tahun kamu tidak menunjukan orang yang cintai maka ayah akan menjodohkan kamu, dan kamu tidak boleh menolaknya." ucap ayah Heeseung dengan tegas menatap wajah putranya itu.