.
.
.
.
.
Heeseung berlari melewati lorong rumah sakit dengan buru buru. Kemeja Heeseung sedikit berantakan dengan kancing jas yang terbuka dan dasi yang berantakan. Heeseung tidak peduli dengan penampilannya, Sunghoon lebih penting di bandingkan semua itu.
Heeseung takut, dia mendapat kabar dari bundanya bahwa katanya perut Sunghoon sakit dan beruntung ayahnya berada di sana. Heeseung yang berada di tengah rapat harus menunda rapat tersebut, Sunghoon dan anaknya lebih penting di bandingkan rapat tersebut. Heeseung melihat bunda dan ayahnya berdiri di depan pintu operasi.
Heeseung melangkah menghampiri keduanya dengan nafas terengah engah. Bunda Heeseung mengusap punggung anaknya. Heeseung menatap pintu operasi yang masih tertutup dengan lampu merah di atasnya.
"Sunghoon kuat, kamu tenang oke" ucap bunda Heeseung.
"Seharusnya tadi aku tetap di rumah aja" ucap Heeseung dengan nada bicara yang mulai bergetar.
Heeseung benar benar takut sekarang, usia kandungan Sunghoon memang sudah 9 bulan tapi tanggal dia melahirkan bukan sekarang melainkan 10 hari lagi. Heeseung tidak tau jika sekarang Sunghoon akan melahirnya anaknya. Heeseung benar benar takut dan pikirannya mulai berpikiran buruk.
"Gimana keadaan Sunghoon?"
Heeseung dengan keluarganya mengalihkan pandangan mereka dan melihat keluarga Sunghoon beserta Jay dan Jungwon lalu anak mereka berdua melangkah mendekati mereka.
"Masih di dalam" ucap bunda Heeseung.
Heeseung melangkah mendekati pintu ruang operasi, dia akan memaksa masuk dan melihat Sunghoon sekarang juga. Tangan ayahnya menahan dirinya untuk tidak bertindak gegabah. Heeseung menatap pintu operasi sambil menghela nafas kasar.
"Jangan ganggu, kita tunggu disini" ucap ayah Heeseung.
Heeseung duduk di kursi yang tersedia di dekat ruang operasi Sunghoon. Jay melangkah mendekati Heeseung, dia tau bagaimana perasaan laki laki itu karena dia juga mengalaminya saat Jungwon melahirkan. Sekarang Heeseung berada di posisinya, menunggu tanpa kepastian.
Jay menepuk pundak Heeseung dua kali agar laki laki itu tidak terlalu tegang. Jay juga khawatir dengan adiknya di dalam ruang operasi tapi dia sengaja tidak menunjukannya karena itu pasti akan memperburuk suasana. Heeseung menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, Jay menatap teman dan adik iparnya itu dengan sedikit khawatir.
15 menit berlalu suasana di depan ruang operasi sangat kacau terlebih lagi suasana hati Heeseung. Suara tangisan bayi membuat semua mata menatap kearah pintu ruangan operasi. Heeseung berdiri dari posisi duduknya dan menatap pintu ruangan operasi.
Dada Heeseung terasa sesak saat mendengar suara tangisan bayi di dalam ruangan operasi. Dia ingin sekali menangis sekarang, tak lama pintu ruangan operasi berwarna hijau dan disusul terbukanya pintu tersebut. Heeseung segera melangkah mendekati pintu ruangan operasi dan melihat beberapa suster keluar dengan membawa beberapa alat alat operasi keluar.
"Suami dari pasien Sunghoon?" tanya sang suster yang sedang menggendong bayi.
"Saya" Heeseung melangkah mendekati suster tersebut.