TSBM-23 Budak Cinta

483 72 5
                                    





































































































Irene itu seriusan nggak tahu, ada hubungan spesial apa desa lokasi tempat KKN-nya sama desa seberang sampe kepala desanya berpikir buat acara ulang tahun dan selametan bareng. Bapak Kades tentu makin senang dengan adanya mahasiswa-mahasiswi yang bisa bantu. Cuma masalahnya, ketua masing-masing tim KKN akan selalu diajak aparat buat rapat bareng, meski Irene juga bukan manusia sok kritis yang banyak kasih saran dia tetap hadir. Ini bisa ditebaklah, si sipit itu ada batang hidungnya.

Bedanya dia cuek banget >_<

Irene nangis aja deh. Cengeng banget kalo bahasannya Kang Seulgi. Ya biar aja orang bilang belum move on, kenyataannya begitu kok. Lepasin Seulgi jadi pacar itu tujuan Irene, tapi bukan berarti asing, si Seulgi bertingkah kayak mereka nggak pernah kenal.

Maafin Irene yang sok nggak acuh soal Seulgi waktu kemarin. Tapi Irene musti begitu, kalo nggak ya hati lemah dan runtuh penuh kasih sayang dia bakal luluh-lantak nggak bersisa, yang akhirnya berkemungkinan besar balikan. Siklusnya begitu terus, Irene disakitin, Seulgi minta maaf, lalu baikan.

Irene rasanya terlalu usaha, sampe berantem sama dua cewek diluar kandang fakultas sendiri, sampe diancam buat nggak nampakin diri. Semua karena ya, Irene sayang Seulgi.

"Nah, karena acara ulang tahun desa ini, masuknya desa Asri, jadi Irene sebagai korpos bisa tangani penuh." Kepala desa begitu semringah membicarakan sedikit hasil rapat. Seulgi di kursi paling ujung, beda 7 kursi dari Irene juga ditatap kepala desa Asri, Pak Wonu namanya, senyum ceria banget, "Nak Egi juga begitu, karena selametan ada di desa Waru Indah, sebagai korpos Nak Egi yang tangani."

Panggilannya Egi, soalnya lidah Pak Wonu lumayan kepeleset, biar berapa kali diralat untuk panggil Ugi aja.

"Bagusnya di sini, karena kita dari dulu senang kerja gotong royong jadi di gabung, bedanya Irene dan Egi tetap fokus pada hajatan masing-masing desa biar tetap kondusif." Giliran suara Pak Bobi, kepala desa Waru Indah yang menguar semangat. "Besok, Nak Irene konfirmasi lagi ke Nak Egi di desa Wandah, buat koordinasi kerja soal tenda hajatan." Pak Bobi ngeluarin satu rancangan proposal ke arah Irene, "Nanti kalian berdua mewakili teman-teman KKN bawa proposal ini di tetua adat di kota, sekalian undangan, soalnya mereka tamu tetap."

Tamu tapi dimintain sumbangan tetep, hm. Irene ngangguk-ngangguk patuh aja biar cepat selesai. Dan akhirnya rapat bubar, kedua kepala desa beserta perangkatnya cabut dari kantor desa Waru Indah. Ada beberapa yang nawarin pulang diantar, tapi Irene nolak, lagian ada beberapa aparat yang agak lain, Irene nggak bisa nggak pikir negatif, udah malam juga, bahaya. Manusia kan penuh kejutan, kayak Seulgi tuh contohnya.

"Yakin kamu nggak apa-apa sendiri? Tempat akomodasi kalian agak lumayan dari sini lho,"

Irene senyum pura-pura ceria, "Nggak apa-apa Pak. Teman saya nanti jemput," Aslinya nggak yakin soalnya Wendy lagi diminta nganterin istri dari pemilik yang kasih mereka akomodasi KKN dari desa. Irene punya rencana pesan ojol, karena untungnya desa KKN dia ini termasuk bukan terpencil yang masih bisa akses internet dan lumayan dekat kota.

Si bapak lalu pergi, nyisain Irene dan kantor desa sepi, eh masih ada Seulgi juga.

Dia duduk di ruang rapat, buka-buka kertas banyak macamnya dari kepala desa, kelihatan mumet karena ya kadesnya lumayan jago manfaatin tenaga muda, hampir semua diborong kasih ke mahasiswa. Sementara Irene posisinya udah diluar pagar, kan canggung kalo berduaan.

That Should Be Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang