Irene kebingungan. Ada dua sisi perasaan nya dia yang terwakilkan saat Seulgi pegang erat-erat tangan dia, terus barengan memacu langkah cuma supaya jauh dari lokasi rumahnya Seulgi.
Irene bahagia, tapi di lain sisi dia juga merasa bersalah. Irene bahagia ketika tau, perasaannya dia ga sebatas halu, dan bahkan Seulgi melawan kehendak mamanya dengan pergi ga tau arah bareng Irene seperti sekarang ini.
Cuma, melarikan diri kayak gini tuh, sangat ga elit. Dan kelakuan Seulgi yang satu ini salah banget, Irene juga menyayangkan itu.
"Gi, udah.. mau kemana lagi?" Di balik punggung, Irene bersuara pelan. Lebih ke lirih, karena dia ga ada lagi kekuatan buat teriakin Seulgi untuk nyuruh dia berhenti. Seulgi masih diam sambil narik terus tangan Irene. "Mama pasti nyariin, temen-temen yang lain juga" tambah Irene lagi-lagi lirih.
Seulgi geleng, mode keras kepala. Dia lantas noleh ke arah belakang, di mana Irene lagi natap dia lemah banget, keliatan pasrah di seret-seret gajelas. "Tenang aja Rene. Gue bakal bawa lo ke papih Jay, dan siap buat gue lamar"
Irene lelah memang, tapi tenaga dia jadi cukup kuat pas narik tangannya kembali terus berhenti jalan. Dia mundur selangkah, kaget sama ucapan Seulgi. "Maksud lo?" Suara Irene jadi lebih pelan banget.
Sayangnya Seulgi bisa denger, dia maju, ngambil tangan Irene terus di genggam. "Mama pasti hargai keputusan gue, Rene."
Meski sebenernya juga ga tega, Irene coba buat lepas genggaman Seulgi. Berikutnya gelengan kepala pelan dari Irene yang bikin Seulgi berdebar takut.
"Tapi Rene..."
Irene lagi-lagi geleng, dan buat ucapan Seulgi terputus. "Ga Gi, ini salah. Lo seharusnya ga disini, dan gue ga seharusnya ikut lo kayak gini."
Kening anak mama Kang ini mengerut, tertekuk ke tengah, dan jelas di sirat iris mata sipitnya itu ada emosi. "Maksud lo apa huh? Lo ga mau berjuang sama gue? Ga mau perjuangin gue? Ohh" Seulgi senyum kecut, "Apa lo mau gue doang yang berjuang? Tau ga, gue cape! Sakit hati tiap hari!"
Seulgi nendang kaleng bekas yang kebetulan ada di samping jalan. Dia jelas emosi, apalagi Irene bisa liat muka dia yang merah, terus tingkah sebal yang bukan main di tahan.
Sisi emosional Seulgi yang sebetulnya ga pernah terlihat selama mereka sahabatan.
"Bodo amat Rene! Bodo amat!" Nada bicara Seulgi naik, Irene tanpa sadar mundur kebelakang,
"Atau lo mau gue nikah sama, Arin? Gitu?" Seulgi nahan Irene sebelum cewek itu kembali menjejak langkah lagi buat mundur. Seulgi sedikit kasar, keliatan dari mana guncangan dia yang sembrono, bikin Irene kesakitan. "Jawab gue!"
Hal ngeri yang buat Irene ga lama buat runtuh, terus nangis terseret.
"Kenapa sih Rene? Kenapa lo ga mau?" Suara Seulgi melemah, Irene nangis bukan sebuah kegiatan yang Seulgi sukai. Jadi dia ngerasa bingung, entah ngerasa udah lepas dan nyakitin Irene, ga butuh waktu buat Seulgi lepas cengkram pergelangan nya dari Irene terus narik brutal rambutnya sendiri.
"Gue tuh cuma sayang sama lo!" Kali ini Seulgi teriak. Dan Irene makin menjadi nangisnya.
"Jadi please...." Seulgi berjongkok di depan Irene, ngangkat wajah cewek itu perlahan dan ngapusin air mata Irene. Kali ini lembut, ga seperti biasanya, yang super kolot terus kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
That Should Be Me!
ФанфикSeharusnya Seulgi. Iya, Seharusnya dia yang bisa bahagiain Irene.