TSBM-24 That Should be Me

447 71 7
                                    













































































































Wendy datang tiba-tiba ke Irene, bawa kabar bahwa salah satu anak mahasiswa desa sebelah, si Mingyu, cedera setelah lari pagi, katanya kram otot tiba-tiba di bagian betis. Irene nggak mau percaya tapi sosok Seulgi yang nongol di rumah akomodasi tim KKN-nya bikin Irene cepat-cepat tarik almamater, senyumin Wendy yang pasang muka lumayan kesal tambah curiga. Karena dengan kejadian cederanya Mingyu, otomatis yang bakal bawa proposal kembali ke formula awal, masing-masing ketua koordinator, yang adalah, Irene dan Seulgi.

Nggak ada alasan apapun, Wendy cuma kesel sikap Seulgi di awal, menolak pergi. Sok banget!

"Jangan sampe balikan!" kata Wendy, melirik, mewanti Irene pake nada menekan dibuat-buat.

Irene senyum geli. "Cuma bawa proposal aja sampe balikan," katanya, membalas, geleng-geleng kepala seolah nggak abis pikir. Irene kini sibuk, bawa diri mematut cermin, memperbaiki riasan, seperti misalnya menambah bedak di bagian-bagian belum tebal. "Emang kalo balikan, kenapa deh?" Irene cuma meledek Wendy, sambil dia berputar, melihat sisi belakang.

Wendy dehem, "Lagak lo kayak mau ngedate aja, rapi bener!" Irene nyengir, Wendy decak. "Bukan apa-apa. Sikap dia tadi pagi itu ngeselin, dia buka berusaha baikan tapi malah kasih sikap dingin. Demi ya, gue nggak ngerti Seulgi kerasukan apa sampe jadi begitu."

"Gitu gimana?"

"Dia udah nggak asik Rene." Wendy berdiri, datang ke Irene, perbaiki letak dasi hitam ketua KKN-nya yang sempat miring. Abis itu ngomong pake suara kecil, takut si sipit di depan rumah dengar. Ya sebenarnya nggak masalah sih, Wendy malah pengin neriakin betapa ngeselin itu manusia. "Dia udah nggak tau cara becanda. Nggak lagi ngumpul-ngumpul bareng kawanan kita. Berubah jadi manusia bersikap dingin, bukan Kang Seulgi banget!"

Irene ngangguk. Tentu. Kang Seulgi favoritnya itu cuma manusia kolot manis yang sering terlambat jemput ke kampus, dan berbicara semau dan se-ngasalnya. Bukan Seulgi sekarang, omongannya selalu serius, terlalu sibuk, lupa jemput pake sepeda. Kang Seulgi berubah banyak dan Irene nggak tau kenapa.

Mungkin ada yang salah, dan Irene nggak menanyakan hal itu. Biarin Seulgi tertekan berkali-kali, mungkin. Irene melankolis selalu pas bahas mantan kesayangannya itu.

Irene cuma tau Seulgi bikin hubungan mereka lagi-lagi terlibat perkara, tapi Irene nggak mempertanyakan kenapa Seulgi bisa sebrengsek ini.

"Mungkin kita yang nggak tau kenapa dia bisa kayak gitu?" Irene tepuk-tepuk bahu Wendy, sohib Seulgi kecewa jelas. "Yaudah, gue pergi dulu. Jagain anak-anak ya Wen, dah!"

Muka Wendy nggak rela, bikin Irene senyum geli tinggalin kamar ganti. Irene tau, hari ini entah sikap seperti apa yang Seulgi terapin yang di mana nantinya akan menyakiti Irene, tapi nggak menepis ada secuil bahagia di hati merahnya. Iya, terserah, kalo mau kutuk juga silakan, Irene sayang Seulgi, sih >_<

"Proposal lo nggak ketinggalan, 'kan?" Irene bertingkah seolah nggak pernah ada kata mantan atau cinta diantara keduanya. Senyum, dan tenang.

Seulgi geleng. Senyum tipis, tipis banget, sampe belum sedetik mukanya datar kembali. Muka ogahan itu terpancar terus-terusan, sambil kasih helm ke Irene.

Irene ini selalu benci keingat suara berisik Seulgi. Kolot dan nyaring. Demi Tuhan Irene kangen. "Almamater lo mana? Nggak pake?" Seulgi geleng pelan lagi, Irene sebetulnya gemes mau tabok bahunya. Sikap Seulgi, bahkan nggak lebih dari kekanakan. Lama-lama makan hati sendiri.

That Should Be Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang