begins

9.3K 431 13
                                    

▀▄▀▄ ʙᴇɢɪɴs ▄▀▄▀

"G-gue..mohon.." rintihan serak terdengar begitu pilu diruangan sempit dan gelap itu.

"Bunuh..gue," tubuh ringkih itu tersentak saat merasakan desakan kasar dan tidak sabaran di pusat tubuhnya.

Manik hijau itu menatap sosok angkuh yang duduk diatas kursi, memperhatikan pemerkosaan itu dengan datar.

"Z-zayn.."

"Lebih kasar lagi. Lakukan hingga intinya robek jika perlu." titah pemuda itu tak perduli.

Menuruti perkataan tuannya, pria besar itu mendesak tubuh kecil itu semakin kasar seolah-olah sedang menyetubuhi seekor hewan.

Manik hijau itu membola hingga kedua manik indah itu seperti akan keluar dari tempatnya karena merasakan rasa sakit yang begitu sangat di pusat tubuhnya juga cekikan kuat di lehernya.

Tidak ada lagi suara yang keluar dari bibir pucat itu, hanya rintihan serak yang nyaris tidak terdengar.

"Ini ga seberapa, Medussa." pemuda angkuh itu menarik senyum sinis.

Menatap tajam bagaimana tubuh kecil itu tersentak kasar, menikmati gejolak senang di hatinya saat melihat penderitaan wanita itu.

Tubuh yang dulunya mulus dan sehat itu kini hanya seperti tulang yang di lapisi kulit, begitu kurus. Wajah rupawan yang dulu begitu penuh aura kehidupan kini hanya menyorotkan tatapan kosong, seolah gairah kehidupan tersedot habis ditubuh ringkih itu.

Berbagai luka kering ataupun yang masih basah tercetak di tubuh wanita itu. Hanya dibiarkan menutup sendiri tanpa ada penanganan yang berarti.

Hingga akhir wanita itu datang, dengan nafas yang sudah terputus-putus, bibir pucat itu berusaha membuka suara.

"L-lo..aka..n...menye..salinya, Zayn..."

Usia mengatakan kalimat itu, tubuh kurus itupun jatuh, membiarkan lantai dingin menjadi sandaran akhirnya. Wanita itu akhirnya bisa tidur tenang, terlihat dari bibir pucatnya yang sedikit menarik senyum.

Menatap itu, pemuda yang sedari tadi duduk mengamati segera berdiri dari duduknya saat tidak melihat pergerakan lagi ditubuh polos itu.

"Sial! Gue belum ngizinin lo mati sialan! Siapa bilang lo boleh mati! Bangun sialan!" pemuda itu membalik tubuh polos yang terbaring tengkurap itu, memukul wajah yang sudah mulai mendingin itu dengan keras.

"Bangun sialan! Medussa!!" Zayn mengguncang tubuh polos itu dengan keras, wajah yang tadi tenang kini terlihat begitu frustasi.

"Arghh!!!" pemuda itu meraung begitu keras, menyadari jika tubuh dipelukannya kini hanyalah seonggok daging tanpa nyawa.

"MEDUSSA!"

________

kesan pertama?

MEDUSSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang