selamat membacaaa..✨
▬▬ι══════════════ι▬▬
Langkah kaki ramai terdengar saat bus berhenti ditujuan, berbagai lontaran terdengar dari para murid yang baru saja turun dari bus.
Tak sedikit juga langsung mengabadikan momen saat ini.
Mengagumi villa besar yang akan menjadi tempat tinggal mereka dua hari kedepan, tak jauh dari villa terdengar deburan ombak juga bagaimana tebing-tebing batu menjadi pembatas.
Pohon-pohon kelapa juga tertanam rapi di sekitar villa itu.
Medussa hanya diam melihat pemandangan apik itu, dia sudah pernah melihatnya sebelumnya, jadi tidak ada alasan untuk terpukau walau memang indah.
Dua guru yang mendampingi karyawisata kali ini langsung mengatur para murid untuk mengambil kunci kamar secara bergantian.
Medussa menatap kunci ditangannya, setiap kamar akan diisi empat murid karena ada dua kasur queen size.
Dibelakangnya sudah ada tiga siswi yang mengekor, dia tidak asing dengan wajah mereka tapi Medussa tidak tahu nama mereka, ini berbeda dengan masa lalu dimana hanya dia sendiri dikamar luas itu dan Zayn akan datang seperti hantu saat malam tiba.
Saat kamar terbuka, Medussa berjalan ke salah satu kasur yang dekat dengan jendela, kemudian menaruh barang bawaannya dilemari yang ada.
Villa ini semi outdoor, karena setiap ruangan kebanyakan beralas'kan kaca sama seperti kamar yang dia tempati.
"Hai, gue Chizi." Medussa menoleh, mendapati salah satu gadis yang sekamar dengannya tengah mengulurkan tangan padanya.
Medussa membeku sesaat, sebelum menyambut uluran tangan itu.
"Medussa," balas gadis itu tersenyum tipis.
Chizi mengangkat alisnya ketika mendengar nama gadis dihadapannya, "lo yang sebangku sama Khalid kan?"
Medussa hanya mengangguk canggung, tak lama dua gadis lain ikut berkenalan. Nama dua gadis itu Syira dan Teressa.
Dan dia akan seranjang dengan Chizi, gadis pertama yang mengajaknya berkenalan. Mereka berempat sama-sama satu angkatan.
Chizi dan Syira 11 B, sedangkan Teressa 11 A. Dalam percakapan mereka, Medussa hanya sesekali bersuara bukan karena tidak nyaman hanya saja terlalu banyak bicara bukan kebiasaannya.
Hingga saat Chizi memperlihatkan sesuatu, iris hijau Medussa melotot.
"Bikini?!" Medussa menatap Syira yang berseru histeris.
Chizi tersenyum miring, "tahun depan kita udah ga bisa ikut, jadi gue mau ciptain momen mendebarkan. Kali aja dek Nicholas ngelirik gue, ya kan?" Chizi meniup poninya, otaknya sudah membayangkan berbagai adegan manis dengan adik kelasnya itu.
Syira mencibir jijik, "Nicholas kayanya buta kalo ngelirik lo."
Chizi mendengus kesal, segera gadis itu menjitak Syira. "Masih mending gue ada usaha, emang lo yang cuma dianggap temen." ledek Chizi membuat wajah bulat Syira memerah kesal.
"Kata siapa cuma temen?!"
Chizi pura-pura terkejut, "loh, salah ya?"
"Chizi?!"
Medussa dan Teressa saling melirik ketika pertengkaran kecil itu dimulai, bahkan Chizi dan Syira kini sudah bergulat diatas karpet dengan wajah-wajah tak mau kalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDUSSA
Fantasybukankah hidup ini lucu? diberikan kehidupan untuk mengejar kematian. Medussa tau bahwa Zayn itu gila tapi apa memang segila ini? Karena Zayn, kematiannya datang lebih cepat. jika memang Tuhan masih memberikan sedikit belas kasih padanya, dia ingi...