Medussa memijat kepalanya yang terasa berat, mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi hingga ingatan buruk malam itu muncul pertama dipikirannya.
Zayn!
Buru-buru perempuan itu mengecek seluruh tubuhnya, mencoba merasakan rasa aneh ditubuhnya.
Tidak ada rasa sakit atau tidak nyaman yang dia pikirkan.
Tanpa sadar, ia menghela nafas lega. Walau begitu, ingatan bagaimana Zayn menciumnya secara paksa masih terukir jelas.
Segera Medussa berlari ke kamar mandinya, berdiri di depan wastafel dengan bibirnya yang mulai perih karena terus menerus digosok.
"Najis sialan!" ia meludah untuk kesekian kali, hingga akhirnya, gadis itu berakhir dengan guyuran air menerpa tubuhnya yang berada didalam bath up.
Bersama dengan aliran air yang menyusuri setiap tubuhnya, air mata Medussa juga ikut menyatu dengan air shower.
Ia tidak ingat apapun setelah itu, yang dia rasakan saat bangun adalah perih dipermukaan tangannya.
"Dasar gila!"
Umpatan seseorang barusan ia dengar, suara itu tidak asing.
Kai.
"Kak?" Kai berdecih, namun tak urung memberikan adiknya segelas air.
"Lo bisa-bisanya mau mati sedangkan gue disini berjuang supaya lo hidup enak. Lo tau ga si seberapa gemetarnya tangan gue saat megang tangan lo yang udah dingin kayak mayat! kenapa? lo ada masalah? cerita sama gue, Sa! gue itu abang lo, gue ga pernah larang lo buat cerita! shit!" Kai menatap langit-langit rumah sakit, tak ingin meneruskan ucapannya.
"Sorry, kakak kelepasan. Istirahat, gue mau keluar bentar."
Usai berkata hal itu, pria dewasa itupun keluar dari ruang rawat adiknya.
Dilain sisi, Medussa menatap kepergian Kai dengan perasaan tidak nyaman, merasa bersalah karena sudah membuat anggota keluarga satu-satunya itu terlihat begitu frustasi.
Padahal dia hanya ingin berendam beberapa menit saja, tapi nyatanya ia hampir saja pergi karena tenggelam di dalam bath up-nya sendiri, jika saja Kai tidak datang untuk mengecek keadaan adiknya yang semalam ia temukan didalam mobil asing, terparkir tepat didepan rumahnya.
Medussa mengangkat tangannya, terdapat selang yang sudah menempel dipermukaan tangannya. Pantas saja dia merasakan perih ketika pertama kali bangun ditangan kirinya.
Sepertinya ia terlalu gegabah akhir-akhir ini.
_______
"Sekali lagi ngelakuin hal bodoh itu, jangan salahin gue kalo kamar lo, gue kasih cctv." Kai melirik keberadaan adiknya dingin.
"Iya, kak." tak ingin memperkeruh suasana, Medussa pun hanya meng-iyakan semua ucapannya kakaknya.
Beberapa hari dirumah sakit, akhirnya ia diperbolehkan pulang walau diresepi dengan beberapa obat.
Medussa masuk kedalam kamarnya setelah ceramah singkat yang diberikan Kai lagi padanya.
Merasa bosan, gadis remaja itu membuka ponselnya. Notifikasi yang pertama kali ia dapatkan adalah dari Chizi.
Sunday
'sa!'
04.46 am'lo kemana jir?! lo masih hidupkan?!'
04.46 am'semoga lo baik-baik aja, oke?! harus pokoknya!'
04.47 am
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDUSSA
Fantasybukankah hidup ini lucu? diberikan kehidupan untuk mengejar kematian. Medussa tau bahwa Zayn itu gila tapi apa memang segila ini? Karena Zayn, kematiannya datang lebih cepat. jika memang Tuhan masih memberikan sedikit belas kasih padanya, dia ingi...