"Kak! kak Zayn?!" panggilan bernada khawatir dari Sirenia tidak Zayn perdulikan, pemuda itu hanya terus berjalan melewati Sirenia dengan wajah dingin.
Sirenia mengepalkan tangannya ketika melihat respon dingin Zayn padanya, hingga iris hitamnya membulat saat melihat darah kering dibelakang kepala cowok itu.
Seakan lupa dengan ancaman Zayn kala itu, Sirenia berlari mengejar Zayn kemudian menahan lengan pemuda tersebut.
"Kak?! kepala kamu kenapa?!" tangannya terangkat ingin menyentuh luka tersebut tapi sebelum terjadi, tangannya sudah lebih dulu dicengkram erat.
"Kak, sakit.." cengkraman Zayn benar-benar erat, nyaris meremukkan pergelangan tangannya.
"Jauhin tangan lo atau mau gue patahin dulu baru lo sadar posisi lo?" setelah mengatakan itu, Zayn menghempaskan tangan Sirenia kasar.
Sirenia terduduk sembari memegangi tangan kirinya yang kemerahan, wajahnya terlihat begitu pucat dan takut.
"Kak Zayn.." lirih Sirenia bersamaan dengan tatapannya jatuh pada siluet Zayn yang menjauh.
Disisi lain, Zayn melangkah lebar melewati jajaran pintu kamar villa, hingga berhenti dikamar yang ditempati Medussa.
Tanpa basa-basi, Zayn mendobrak pintu usai beberapa kali mencoba.
Kosong.
Tidak ada seseorang yang dia cari, Zayn mengeraskan rahangnya, menahan amarah. Kali ini siapa yang berani ikut campur?
Ia pun keluar dari kamar Medussa yang pintunya sudah dia rusak. Berjalan menyusuri lorong villa hingga diujung lorong, yang merupakan balkon, Zayn melihat sosok tegap membelakangi dirinya.
Bukankah anak-anak seharusnya masih bermain permainan bodoh itu?
Ketika langkahnya sudah mencapai ujung lorong, ia dapat melihat seorang pemuda yang sedikit lebih tinggi darinya dan saat orang itu berbalik, Zayn menatap tajam wajah itu.
"Lo yang ikut campur urusan gue?" Zayn menahan dirinya untuk tidak menerjang pemuda dihadapannya dengan bogem mentahnya.
Diam, cowok yang dia tanyai hanya diam tapi tatapannya terlihat tenang.
Merasa diremehkan, Zayn maju mencengkram kerah pemuda itu, "jawab gue, sialan!"
Tak ada jawaban, tapi sosok tersebut justru menarik sudut bibirnya, tersenyum. Ketika melihat itu tanpa sadar Zayn melepaskan cengkramannya.
Terkejut dengan perubahan ekspresi itu, kemudian Zayn dapat melihat pemuda tersebut merapikan kerah bajunya seolah tidak ada yang terjadi.
Hingga saat pemuda itu mengangkat wajahnya, Zayn dapat melihat sorot datarnya.
"Kejadian itu ga akan gue biarin terjadi lagi, Zayn. Lo sampah yang bahkan ga pantas untuk natap dia." usai mengatakan hal tersebut, pemuda jangkung itu berlalu pergi, meninggalkan Zayn dengan perasaan marah bercampur bingung.
_________
"Jaga dia, gue mau pergi dulu bentar." salah seorang murid menepuk bahu rekannya sebelum berlalu pergi.
"Awas lama!"
Fethaya—yang memang seorang murid PMR, melirik keberadaan perempuan yang tertidur diatas ranjang.
Dia dan Kanna sudah berjaga sedari tadi, dan orang yang mereka jaga belum siuman sedari tadi. Mereka berdua tadi mendapati gadis itu terduduk tak sadarkan diri di lorong kamar setelah seseorang mengetuk pintu. Entah siapa yang melakukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDUSSA
Fantasybukankah hidup ini lucu? diberikan kehidupan untuk mengejar kematian. Medussa tau bahwa Zayn itu gila tapi apa memang segila ini? Karena Zayn, kematiannya datang lebih cepat. jika memang Tuhan masih memberikan sedikit belas kasih padanya, dia ingi...