selamat membaca✊🏽
ambil sisi positifnya saja yaa..
▬▬ι══════════════ι▬▬
Medussa menatap layar ponselnya, melihat tempat karyawisata yang akan diadakan sekolahnya dua hari lagi.
Cukup jauh karena harus menempuh perjalanan selama 7 jam jika tidak ada halangan berarti, berada tepat dipinggir pantai dengan hamparan tebing luas disekitarnya.
Karyawisata itu hanya diikuti kelas 10 dan 11 juga mereka akan berada disana dua hari satu malam.
Medussa ingat, dulu saat dia ikut karyawisata ini dia hampir saja ketahuan membawa obat-obatan didalam tasnya, entah siapa yang membocorkan hal itu padahal hanya dirinya dan Zayn yang mengetahui itu.
Juga tiada waktu untuk bersantai karena Zayn terus menganggu dirinya tanpa takut jika mereka berdua terpergok.
Mengingat masa lalu yang tidak pantas dikenang membuat wajahnya masam seketika. Entah akan semalu apa dirinya jika dia bertemu orangtuanya diakhirat nanti.
"Sa, kasih ini sama ketua osis. Gue ga bisa, lagi ada urgent! tolong ya!" Medussa menatap kepergian ketua kelasnya yang sudah hilang dibalik tembok.
Gadis itu memperhatikan lembaran kertas ditangannya, berisi nama-nama anggota kelasnya yang pasti dibutuhkan untuk absensi dua hari berikutnya.
Apa tidak bisa saja lewat ponsel? dia terlalu malas keluar dari zona kelasnya, takut bertemu pacar jadi-jadiannya.
Tapi karena ketua kelasnya sudah meminta tolong maka tidak ada alasan untuk menolak, jika dia berikan tugas itu pada yang lain, pasti hanya tolakan yang akan dia terima.
Sebab ketua osis yang menjabat saat ini sangat galak diiringi mulut pedasnya yang selalu berhasil menjatuhkan mental lawan bicaranya.
Langkah Medussa terasa semakin berat saat sudah akan mendekati ruang osis, ruangan keramat menurut para murid disini.
Mengetuk tiga kali, sebelum membuka pintu dengan tulisan 'ruang osis'.
Tidak ada satupun individu terlihat dimatanya saat masuk, padahal harusnya anggota organisasi ini sibuk menjelang karyawisata. Netra hijaunya melirik pintu yang ada didalam ruangan bertuliskan 'ketua osis'.
Menarik nafas panjang, Medussa kembali mendekati pintu itu lalu mengetuknya seperti diawal.
"Masuk." suara datar menyapa telinganya.
Pintu terbuka, didalam ruangan yang tidak terlalu luas terlihat satu individu sedang duduk diatas kursi dengan banyak lembaran kertas diatas meja individu itu.
Keheningan terjadi beberapa saat karena Medussa mendadak lupa apa yang ingin dia katakan.
Tangannya pun mengulurkan lembaran kertas yang tadi diberikan Reva—ketua kelasnya. Tanpa berucap sepatah katapun, Medussa berniat mengundurkan diri sebelum suara terdengar.
"Bisu?" sindiran itu membuat Medussa tanpa sadar meneguk ludahnya.
"Tuli juga?" Dylan mengangkat pandangannya dari kertas yang dibacanya, menatap sosok gadis yang terpaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEDUSSA
Fantasybukankah hidup ini lucu? diberikan kehidupan untuk mengejar kematian. Medussa tau bahwa Zayn itu gila tapi apa memang segila ini? Karena Zayn, kematiannya datang lebih cepat. jika memang Tuhan masih memberikan sedikit belas kasih padanya, dia ingi...