bab 05

5.1K 370 8
                                    

selamat membaca..

buang sisi negatifnya, ambil sisi positifnya saja yaa
itupun kalo ada positifnya🙂

▬▬ι══════════════ι▬▬

Medussa menatap waspada saat melihat mobil hitam yang sudah terparkir rapi di depan gerbang rumahnya.

"Kak, ada tamu?" Medussa menatap Kai yang sedang menyalakan mobil untuk mengantar dirinya ke sekolah.

"Hm?" Kai ikut menatap gerbang rumah mereka yang terbuka.

Kai mengangkat alis, "ga ada, kakak agak ngebut gapapa kan? Lo bakal telat kalo lama." Cowok itu menatap arlojinya,

"Terserah lo." Medussa pun tidak lagi mempedulikan mobil asing yang terparkir sembarangan di depan rumahnya itu, gadis itu memilih mendengarkan musik.

"Oke." Kai pun mengeluarkan mobil dari halaman rumah mereka, sebelum itu Kai berhenti sejenak pada security yang berjaga untuk rumahnya.

"Pak, tolong suruh mobil itu pergi, kalau mau parkir sembarangan jangan depan rumah saya." Kai pun melajukan mobilnya setelah melirik sekilas mobil mahal yang parkir liar itu.

Di tengah perjalanan, Kai berusaha membuka percakapan dengan adiknya.

"Gimana sekolah lo?" Kai bertanya tanpa melirik.

Tak ada sahutan, Kai menoleh sekilas. Saat melihat earphone yang terpasang di telinga adiknya, cowok itu tidak lagi melanjutkan percakapan.

Di lain sisi, Medussa menatap luar jendela yang menampakkan jalanan kota yang sibuk dan kesibukan itu membuat Medussa menghela nafas karena mereka terjebak macet.

Medussa menatap smartwatch-nya, menunjukkan pukul 08.20 pagi, sudah siang untuk ke sekolah.

"Maaf ya Sa, gue telat nganterin lo." Kai meringis, kalau untuk dirinya sih, cowok itu tidak masalah telat. Hanya saja, adiknya.

Medussa yang sudah tidak mendengarkan lagu itu, menoleh menatap kakaknya.

"Gapapa, gue juga lagi ga niat masuk ke sekolah." Medussa mengecilkan suaranya di akhir,

Kai mengernyit, "why? ada masalah?"

Medussa mendengus, "urusan abg, kakak gausah kepo deh." Lebih baik jika kakaknya tidak perlu tahu, dia tidak ingin menambah beban untuk anggota keluarga satu-satunya itu.

Kai menatap penuh selidik, masih skeptis dengan ucapan adiknya, tapi karena Medussa terlihat tidak ingin memberi tahu maka akan dia biarkan. Mungkin dia akan yang mencari sendiri apa yang terjadi.

Beberapa saat kemudian mereka pun terbebas dari macet dan kini mereka sudah tiba di depan gerbang sekolah.

Kai menyodorkan dua lembar uang berwarna merah pada Medussa, "ambil."

Medussa yang akan turun segera menoleh, menatap wajah Kai dan uang itu secara bergantian.

"Kenapa? Kurang?" Kai terlihat kembali ingin menambahkan uang saku adiknya, tapi Medussa sudah lebih dulu mengambil uang tadi.

"Thanks, bro." Medussa pun keluar dari mobil.

Kai menatap punggung adiknya, cowok itu menghela nafas sebelum melakukan mobilnya pergi.

Padahal dia ingin membantu menjelaskan pada satpam sekolah tentang keterlambatan adiknya, tapi sepertinya Medussa tidak butuh bantuannya.

Di sinilah Medussa sekarang, membersihkan halaman belakang sekolah yang luasnya seperti hati kakaknya.

MEDUSSATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang