{06} Sebuah Kebenaran

42 1 0
                                    


Acara pernikahan di pesantren Tahfidz Putra berlangsung dengan suasana penuh dengan lautan manusia. Para santri, pengasuh, dan keluarga besar kedua mempelai hadir memenuhi aula pesantren yang telah dihias sederhana namun elegan. Ornamen-ornamen islami menghiasi setiap sudut, menambah nuansa religius dalam acara tersebut.

Suara MC dari salah satu santri putra sudah mulai terdengar sedari tadi.

"Baiklah ibu, bapak sekalian, berikut susunan acara dalam rangka pernikahan suci Gus Aksara bersama Ning Chayra :

1. Pembukaan
Acara dimulai dengan pembacaan basmalah dan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an oleh salah satu santri terbaik pesantren.

Dilanjutkan dengan sambutan dari pimpinan pesantren yang memberikan nasihat pernikahan kepada kedua mempelai.

2. Ijab Qabul

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan prosesi ijab qabul. Gus Aksara, pengantin pria, dan wali dari pihak Ning Chayra, pengantin wanita, duduk berhadap-hadapan.

Kepada Kiyai Izam dan Kiyai Ulfah sebagai wakil dari Gus Aksara dan juga Ning Chayra, waktu dan tempat kami persilahkan"

Kiyai Ulfah pun langsung memegang tangan Aksara dan berkata,"Saya nikahkan dan kawinkan anak saya Chayra kepada engkau Aksara dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Aksara berkata, "Saya terima nikah dan kawinnya Chayra dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah"

"SAH!!!"
Suasana haru menyelimuti ketika akad nikah selesai dilaksanakan dengan lancar.

" Alhamdulillah, kedua mempelai sudah sah dan sudah diperbolehkan untuk di pertemukan. Sambil menunggu Ning Chayra maka saya akan melanjutkan susunan acara selanjutnya yaitu, susunan yang ke-3. Doa dan Tausiyah"

Setelah akad nikah, salah satu ulama memberikan doa dan tausiyah singkat mengenai makna pernikahan dalam Islam dan pentingnya menjaga rumah tangga.

"Dan yang ke-4 Penyerahan Mahar. Prosesi penyerahan mahar dilakukan setelah tausiyah. Mahar yang diberikan Gus Aksara kepada Ning Chayra menjadi momen yang paling dinanti-nanti oleh para tamu undangan" ucap MC santri putra itu.

Suasana di aula pesantren Tahfidz Putra semakin meriah saat para tamu undangan berkumpul menanti momen-momen sakral dalam pernikahan Aksara dan Chayra. Setelah prosesi ijab qabul selesai, perhatian semua orang beralih ke prosesi penyerahan mahar yang akan segera dimulai.

Namun, sebelum Aksara sempat menyebutkan mahar yang akan diberikannya, tiba-tiba terdengar langkah kaki dari arah pintu aula. Semua mata tertuju pada sosok yang muncul dengan anggun.

Chayra, sang pengantin wanita, memasuki aula dengan mengenakan dress islami yang begitu memukau. Gaun tersebut berwarna putih gading dengan hiasan renda yang indah, menambah kesan elegan dan anggun pada penampilannya. Hijab yang dikenakan Chayra juga sangat serasi, menutupi rambutnya dengan sempurna dan menambahkan sentuhan keanggunan yang islami.

Meski wajah Chayra masih tampak dengan bruntusan kecil-kecil yang mungkin mengganggunya, tetapi hal itu tidak mengurangi kecantikannya di mata para tamu undangan. Hampir semua orang terpesona oleh aura keanggunannya yang terpancar dari dalam dirinya.

Aksara, yang berdiri di depan para tamu, tersenyum getir melihat kedatangan istrinya. Ia pun melangkah mendekati Chayra dengan enggan dan terlihat terpaksa. Kemudian, Aksara memegang tangannya dengan pura-pura santai sebelum mulai mengumumkan mahar yang akan diberikannya.

Chayra mencium punggung tangan Aksara dengan ragu-ragu. Ketika Chayra ingin mengangkat kepalanya, tiba-tiba Aksara menahannya dengan satu tangan yang lainnya kemudian ia berdoa diatas kepala Chayra.

Chayra terkejut dengan sikap Aksara yang seperti ini. Setelah selesai mereka langsung melepaskan tangannya masing-masing.

"Sebagai mahar pernikahan ini, aku memberikan sebuah rumah, perhiasan emas seberat 500 gram, dan sebuah mobil mewah" ucap Aksara kepada Ning Chayra

Reaksi para tamu undangan sangat beragam. Beberapa dari mereka terkejut, bahkan ada yang terdiam sejenak mencoba mencerna apa yang baru saja mereka dengar. Ada juga yang berbisik-bisik satu sama lain.

"Masya Allah, benar-benar luar biasa. Begitu besar mahar yang diberikan Gus Aksara"

"Ini mungkin pertama kalinya kita menyaksikan mahar sebesar ini di pesantren"

"Ning Chayra benar-benar beruntung mendapatkan suami seperti Gus Aksara."

Chayra tersipu malu mendengar reaksi dari para tamu. Namun, ia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang terpancar dari wajahnya. Aksara kemudian menyerahkan simbolis mahar tersebut, dan mereka berdua melanjutkan dengan sesi foto bersama para tamu undangan, diiringi dengan doa-doa dan ucapan selamat dari semua yang hadir serta para tamu dijamu dengan hidangan-hidangan.

Namun, tanpa mereka sadari ada seseorang yang sedari tadi menyaksikan pernikahan itu di salah satu kerumunan orang-orang dengan wajah yang sudah memerah dan juga kedua matanya yang sudah membengkak.

°°°°°° Malam Hari °°°°°°°

"Kamu tidur di sofa besok malam baru gantian aku yang di sofa" ucap Aksara kepada Chayra yang sudah mengganti pakaiannya dengan kimono berlengan panjang dan masih menggunakan kerudung instan.

"A .. baik mas" jawab Chayra yang terdengar kecewa

"Panggilnya selain mas bisa kan" tanya Aksara membuat Chayra kembali kebingungan.

"Selain mas" tanya Chayra mengulang kata-kata Aksara tadi.

"Ya, panggil apa kek gitu Kaka juga boleh' jawab Aksara

"Gini aja deh. Aku mau jujur sama kamu, terserah kamu mau bilang aku apa. Intinya aku sudah punya kekasih sebelum kenal kamu. Dan kamu harus bersyukur karena kekasihku menyetujui kita menikah. Jadi, aku menikahi mu karena keinginannya. Oia dan dia sering memanggilku mas. Jadi paham kan" ucap Aksara panjang lebar dengan bar-bar mampu membuat hati dan kedua temannya Chayra bergetar.

"Paham mas. Eh, ma'af kak" ucap Chayra

"Yaudah kalau gitu bagus. Sekarang ambil bantal ini dan selimut ini" ucap Aksara sambil memisahkan bantal serta selimut di sampingnya.

Chayra segera mengambil kedua benda tersebut kemudian segera pergi kearah sofa. Tepat, berhadapan dengan kasur yang di pakai Aksara.

Chayra segera menaiki sofa lembut itu dan segera membaringkan tubuhnya membelakangi Aksara. Aksara yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya dan segera ikut membaringkan tubuhnya diatas kasur. Tanpa Aksara ketahui bahwa kedua pipi Chayra sudah basah dengan sendirinya.

Berbagi Suami [THE END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang