{11} Serba salah

36 2 0
                                    


Chayra keluar dari kamar ketika pagi hari dengan keadaan perut lapar. Bagaimana tidak, ia menahan rasa laparnya karena Aksara memarahinya ketika ia telat datang ke rumahnya kemarin malam membuat ia malas untuk mengisi perutnya. Apalagi, ia harus melihat wajah tampan Aksara. Namun, menyebalkan.

"Chayra. Akhirnya kamu keluar juga. Mari sarapan dulu" ucap Putri yang terlihat sangat khawatir dengan keadaan Chayra.

"Cahyra benci di kasihani seperti itu" batin Chayra

"Bagaimana bisa kamu tertidur dengan keadaan perut kosong Chayra" ucap Putri lagi dan segera meraih tangan Chayra.

"Aku sudah makan kok sebelum kembali ke rumah" alibi Chayra

"Mementingkan dirinya sendiri" tiba-tiba suara Aksara terdengar dari arah belakang keduanya.

"Mas ... udahlah jangan mancing-mancing emosi orang terus" ucap Putri

"Dia yang mulai dek. Suaminya pergi bekerja dia keluyuran dan membiarkan kamu masak dalam keadaan capek" kilah Aksara membuat kedua tangan Chayra terkepal sempurna

"Pokonya, untuk hari ini kamu ngga boleh keluar rumah. Aku tidak akan mengizinkannya lagi" lanjut Aksara dengan sungguh-sungguh.

"Chayra memang salah! Dan Chayra akui itu. Tapi tolong,  jangan membatasi keinginan Chayra untuk keluar rumah hanya untuk beberapa jam saja" ucap Chayra yang tiba-tiba berani berbicara bahkan dengan suara lantang kepada Aksara. Mendengar bantahan dari Chayra membuat keduanya terkejut.

"Tidak! Aku tidak mengizinkannya. Nanti terulang lagi seperti kemarin dan Putri yang memasak lagi" ucap Aksara membuat hati Chayra merasa memanas bergemuruh.

"Cahyra memang bukan kekasih kak Aksara. Dan pastinya akan terlihat jelas di mata kak Aksara. Hanya kak Putri lah yang paling sempurna di dunia ini. Kaka tidak ingin melihat orang yang kak Aksara sayangi kecapean bukan. Tapi ingat kak, Chayra ini istri sah Kaka!" bentak Chayra diiringi air mata.

"Istri? Sejak kapan aku menganggap mu sebagai istri ku. Ingat, kita ini di jodohkan dan sama-sama menguntungkan. Kamu bisa laku dan aku bisa memajukan bisnisku" ucap Aksara dengan penuh emosi.

Chayra yang mendengar ucapan Aksara langsung terkejut dan menggelengkan kepalanya dengan memperbanyak istighfar dalam hatinya.

"Mas! Cukup!" bentak Putri yang terlihat emosi bahkan Putri terlihat seperti sesak nafas.

"Dek!" panggil Aksara dengan panik dan segera meraih tubuh Putri yang hampir terjatuh pingsan.

Cahyra semakin memanas dan beristighfar saat melihat Aksara menggendong Putri ke kamar tamu tanpa memperdulikannya.

Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya Putri sadarkan diri dan menatap kearah Aksara dan Chayra secara bergantian.

"Aku harap kalian tidak berdebat setiap hari. Dan aku akan kembali ke rumah ku saja" ucap Putri dengan suara yang terdengar lemas.

"Jangan banyak bicara. Lebih baik kamu minum dulu" timbal Aksara sambil menyodorkan segelas air putih.

"Aku serius mas" jawab Putri membuat Aksara terdiam dan tidak merespon apapun

"Chayra, sebenernya aku ini non muslim dan namaku Khaneena. Dan aku berniat untuk memeluk agama Islam ketika aku menduduki di bangku SMK. Kebetulan aku mengenal mas Aksara dan mas Aksara menambahkannya dengan Putri Kaliza" ucap putri sambil tersenyum.

" .... " Cahyra tidak menjawab. Dia hanya diam di ujung tembok kamar tamu itu sambil berdiri.

"Tapi, aku belum memeluk agama Islam. Maka dari itu, aku berencana dalam waktu dekat ini" lanjut Putri

"Dan kami akan menikah sirih" ucap Aksara yang terdengar sangat enteng

"Mas!" bentak Putri

"Sudahlah dek. Aku tidak bisa berbasa-basi dengannya. Aku akan menikahi Putri dalam waktu dekat ini juga. Dan aku tidak perlu menunggu restu darimu" ucap Aksara dengan tegas membuat hati Chayra merasakan sakit hati yang lebih pedih.

"Tapi aku tidak meminta dinikahi" jawab Putri membuat Aksara terlihat marah

"Jika kamu tidak ingin menikah dengan ku. Maka, pernikahan ku dengan dia akan berakhir sampai disini juga" ancam Aksara membuat Putri menggelengkan kepalanya.

Mendengar ucapan Aksara membuat Chayra mengerti apa itu luka yang di taburi garam. Ya, itu sangat pedih sekali rasanya.

"Baik, Chayra akan merestui pernikahan kalian" jawab Chayra dengan suara yang bergetar

"Cahyra ... Kam .. "

"Permisi" ucap Chayra yang langsung memotong ucapan Putri.

"Ya Allah ... " tangis Chayra dengan suara yang terdengar menyesakkan.

Pada akhirnya, suasana pagi itu di kamar terasa sunyi dan dingin. Cahaya matahari yang lemah masuk melalui celah tirai, memberikan sedikit penerangan pada ruangan yang sepi. Chayra duduk di sudut tempat tidurnya, tangisnya terdengar lirih, hampir tenggelam oleh suara detak jarum jam di dinding.

Rasa perih dan hampa mengisi hatinya. Baru saja ia mengizinkan suaminya, Aksara, menikahi Putri yang telah tinggal bersama mereka. Meskipun keputusan itu diambil dengan berat hati, Chayra merasa tak punya pilihan lain. Air matanya mengalir tanpa henti, membasahi pipi dan jatuh ke seprai yang sudah rapih.

Di meja samping tempat tidur, terdapat foto pernikahan terpaksa antara Chayra dan Aksara yang mengarah kepadanya. Hatinya remuk oleh kenyataan yang harus dihadapinya. Setiap sudut kamar ini mengingatkannya pada kesepian yang dialaminya.

Sedangkan pagi itu di sebuah kafe yang ramai, para pelanggan menikmati kopi dan sarapan mereka. Langit sang pemilik kafe, berdiri di belakang konter, mengawasi kesibukan para pelayannya. Ia terlihat agak cemas, matanya sesekali melirik ke arah pintu masuk.

Langit berbicara pada salah satu pelayannya, "Ana, kamu yakin Chayra bilang dia akan mulai bekerja hari ini?"

Ana mengangguk dan menjawab, "Iya, Pak. Kemarin dia bilang akan datang pagi ini kepada Reno. Saya juga heran kenapa dia belum datang dan belum ada kabar apa-apa."

Langit menghela napas panjang dan berkat, "Ini sudah hampir jam 10. Seharusnya dia sudah ada di sini dari tadi. Mungkin dia punya alasan, tapi tetap saja, saya khawatir."

"Kalo gitu saya coba hubungi dia lagi ya, Pak?"

"Yasudah, tolong ya, Ana. Kita memang sedang butuh tambahan tenaga, apalagi saat jam sibuk nanti" ucap Langit

Ana pun mengeluarkan ponselnya dan mencoba menghubungi Chayra. Setelah beberapa saat, ia menggelengkan kepala dan menatap Langit dengan cemas.

"Masih tidak diangkat, Pak. Saya akan coba kirim chat saja" ucap Ana.

Langit hanya mengangguk dan menjawab, "Oke, semoga saja dia baik-baik saja. Kalau dia memang tidak bisa datang hari ini, kita bisa tunggu besok"

Sambil menunggu kabar dari Chayra, Langit melanjutkan pekerjaannya yang lain dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, ia mengkhawatirkan Chayra yang belum juga muncul, sementara di sisi lain, ia harus memastikan operasional kafe tetap berjalan lancar karena Langit memecat salah satu pelayanan kemarin siang.

Berbagi Suami [THE END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang