{09} Berangkat Kerja Bersama

36 2 0
                                    

Suasana pagi kembali menyapa dengan kehangatan sinar matahari yang perlahan menyusup ke setiap sudut rumah. Udara segar masuk melalui jendela yang terbuka, membawa aroma embun pagi yang menenangkan.

Chayra, yang baru saja selesai mengaji dan membersihkan diri, melangkah ringan menuju dapur. Pagi ini terasa lebih nyaman jika tidak ada seseorang yang mengusik pikirannya. Salah satunya adalah saat kedatangan Putri, sang kekasih suami tampannya itu.

Sesampainya di dapur, Chayra terkejut melihat Putri sudah berada di sana. Putri dengan telaten telah menyiapkan sarapan sederhana berupa roti bakar dan susu hangat. Chayra bisa mencium aroma harum roti yang baru saja dipanggang, membuat perutnya yang kosong mulai terasa lapar. Namun, hatinya merasa lebih lapar dengan api cemburu.

Putri tersenyum hangat ketika melihat Chayra datang. "Selamat pagi, Chayra. Aku sudah menyiapkan sarapan nih. Yukk makan dulu" ucap putri dengan nada lembut dan penuh perhatian. Chayra membalas senyuman Putri dengan hati yang bimbang.

Chayra duduk di meja makan dengan perasaan gugup karena harus berhadapan dengan suaminya yaitu, Aksara. Chayra merasa dirinya lah yang menjadi tamu di rumah keluarga kecilnya itu.

Akhirnya Chayra menerima secangkir susu hangat yang disodorkan oleh Putri. Sesekali mereka berbincang ringan sambil memakan sarapannya.

Setelah selesai sarapan, Aksara dan Putri segera bersiap-siap untuk pergi bekerja. Mereka bekerja di kantor yang sama, sehingga harus berangkat bersama. Putri dengan cekatan merapikan dirinya, mengambil tas kerja, dan berdiri di samping Aksara yang sedang merapikan dasi. Mereka saling bertukar senyum, menunjukkan keakraban dan kenyamanan di antara mereka.

Di sudut ruangan, Chayra mengamati keduanya dengan hati yang bergemuruh. Dia merasakan kesedihan yang dalam. Meskipun dia adalah istri sah Aksara, pernikahan mereka memang tidak dilandasi cinta sejak awal. Pernikahan itu lebih karena perjodohan keluarga dan tekanan sosial. Sementara, hubungan Aksara dengan Putri tampak begitu alami dan penuh kasih, sesuatu yang sangat mustahil terjadi dalam pernikahannya sendiri.

"Kamu harus kuat Chayra" gumam Chayra kepada dirinya sendiri.

Chayra menundukkan kepalanya, mencoba menahan air mata yang menggenang di pelupuk mata. Dia merasa terasing dalam pernikahannya sendiri, walau dia berusaha keras untuk membuatnya berhasil. Pemandangan Aksara dan Putri yang begitu kompak dan serasi, membuatnya merasakan luka yang mendalam di hatinya.

Namun, Chayra sadar dia harus kuat. Dia mengambil napas dalam-dalam dan mencoba mengalihkan perhatiannya.

"Chayra, aku sama mas Aksara pamit berangkat kerja dulu yah" ucap Putri dengan suara yang sedikit ia tinggikan agar Chayra dapat mendengarnya.

"A ... Ah iya kak" jawab Chayra yang sedikit terkejut dan segera menghapus air matanya secara cepat. Secepat kilat.

Chayra segera keluar dari kamarnya dan Chayra segera mengantarkan kedua sepasang kekasih itu yang tengah beriringan menuju bagasi mobil.

"Kak Aksara" panggil Chayra saat melihat Aksara akan memasuki mobilnya. Aksara menghentikan kegiatannya dan menunggu kata selanjutnya

"Kak Aksara, Chayra boleh ngga keluar sebentar. Cuma mau beli sesuatu di mini market kok" tanya Chayra

"Humm" jawab Aksara dengan berdehem dan mengangguk saja tanpa melihat kearah Chayra.

"Makasih banyak kak" ucap Chayra. Namun, Aksara tidak menjawabnya dan segera memasuki mobilnya.

"Chayra, weekend ini kita jalan-jalan yah" ucap Putri yang tengah mengeluarkan kepalanya di jendela mobil. Putri sengaja  menghilangkan rasa canggung Chayra karena ulah kesaihnya itu.

"A . Hehehhe, humm" ucap Chayra yang kebingungan sendiri sehingga hanya bisa cengengesan saja dan mengangguk untuk mengiyakan.

Setelah Chayra menjawabnya, Putri mengacungkan jari jempolnya dengan senyuman manis. Sedangkan Aksara, dia hanya diam dan segera menyalahkan mesin mobilnya.

Tidak lama mobil itu segera keluar dan meninggalkan kawasan rumah yang terlihat nyaman itu.

"Kamu itu mas, sekali-kali ajak istri kamu ngobrol kek" ucap Putri sambil melihat pantulan dirinya di kaca mobil.

"Stop untuk mens temple dia istriku, dek. Karena hanya kamu istri pertama ku" ucap Aksara yang terlihat marah

"Tapi kan memang kenyataannya dia istri mu juga" jawab Putri

"Sudahlah. Aku malas untuk berdebat" jawab Aksara dan segera menancapkan pedal gas mobilnya.

Sedangkan di luar sana, Chayra baru saja selesai membeli beberapa perlengkapan di mini market, Chayra keluar sambil membawa kantong belanjaannya. Saat berjalan di trotoar, matanya tertarik oleh sebuah papan pengumuman yang tergantung di jendela salah satu kafe.

Papan tersebut menginformasikan bahwa kafe tersebut sedang membuka lowongan kerja. Chayra tertarik dan ingin mendaftar, namun saat membaca lebih lanjut kriteria yang dicari, ia merasa minder karena salah satu kriteria utama adalah harus bisa berdandan. Chayra merasa malu karena wajahnya yang penuh beruntusan.

Chayra berjalan mendekati papan pengumuman di jendela kafe. Ia membaca pengumuman tersebut dengan teliti.

"Dibutuhkan pelayan kafe, kriteria. Ramah, berpenampilan menarik, dan bisa berdandan."  "Aduh, bisa berdandan? Tapi wajahku begini..." ucap Chayra dalam hatinya

Chayra masih berdiri di depan kafe, ragu-ragu apakah akan masuk atau tidak. Tiba-tiba, seorang pelayan kafe keluar

"Selamat siang! Ada yang bisa saya bantu?" tanya sang pelayan yang tiba-tiba keluar dan menghampirinya membuat Chayra terkejut.

"Oh, selamat siang. Saya... saya lihat ada lowongan kerja di sini" ucap Chayra dengan hati yang berdebar.

"Iya, benar. Kami sedang mencari pelayan baru. Apa kamu tertarik?"

"Iya, saya tertarik. Tapi... saya lihat ada kriteria harus bisa berdandan. Saya... tidak terlalu pandai berdandan, dan wajah saya..." ucap Chayra yang merasa malu dan menundukkan kepalanya.

"Oh, jangan khawatir soal itu. Kamu bisa belajar berdandan dulu dan nanti kembali lagi kesini" ucap sang pelayan tersebut membuat Chayra tersenyum terpaksa.

"Terima kasih banyak. Saya akan belajar terlebih dahulu" ucap Chayra

"Sama-sama. Kami tunggu kamu di sini" jawab sang pelayan itu.

Chayra keluar dari kafe dengan senyuman getir di wajahnya, merasa lebih tidak berani lagi untuk melamar pekerjaan barunya di tempat lain.

"Kenapa kamu mau daftar kerja di tempat umum. Apakah suami mu tidak menafkahi mu"

"Deg"

"Mas ... "

Berbagi Suami [THE END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang