{22} Membawa Chayra Pulang.

57 2 0
                                    


Hello, kembali lagi bersama me me me ...

Karena lagi pengen lanjutkan. Maka, berbaik hatilah untuk memberikan boom vote. Sebelumnya mohon maaf banget, kata-kata dalam dialognya terlalu kek gmna gitu. So, ini akan lebih non formal saja yah.








°°°°°°°°°°°°°°°°

Saat mendengar ada teriakan Langit dari luar kamarnya. Aksara dan Chayra segera keluar dan menemui Ummi Husna. Kini keduanya sama-sama duduk di kursi dan berhadapan dengan Ummi Husna yang masih terbaring di atas kasur.

"Ummi ... " ucap Aksara terbata-bata.

"Kapan kalian memberikan Ummi cucu" tanya Ummi Husna membuat Cahyra dan Aksara beradu pandang.

"Kami baru juga menikah satu tahun Ummi" ucap Aksara.

"Memangnya kenapa kalo baru satu tahun. Apa kalian mau nunggu sepuluh tahun dulu. Lagian umur Ummi ngga mungkin lama, Aksara" ucap Ummi Husna

"Bukan seperti itu Ummi. Tapi, Chayra belum siap jadi ibu" jawab Chayra asal.

"Semua orang juga pasti berpikir seperti itu jika di awal. Tapi, anak adalah ikatan yang kuat untuk mempererat dan mendekatkan keluarga" jawab Ummi Husna membuat kedua pasutri itu saling terbungkam.

"Insyaallah, Ummi" jawab Chayra. Langit yang sudah tau keadaan keluarga Aksara hanya bisa menahan diri dan menghela napas panjang.

Suasana malam sudah tiba. Kini, Aksara mengantarkan Chayra ketempat kontrakannya untuk mengambil barang-barangnya.

"Ya ampun, kenapa ujan segala" ucap Aksara yang baru saja turun dari mobil dan segera berlarian ke arah kontrakan Chayra. Begitupun dengan Chayra yang di tutupi kepalanya dengan jas oleh Aksara.

Mereka berlarian kecil agar tidak terpeleset berjamaah. Setibanya di depan teras yang tidak terlalu luas itu. Aksara tanpa sengaja menatap Chayra yang sedang mengibas-ngibaskan kemeja Aksara.

"Ya ampun basah banget kamu kak" ucap Chayra dengan wajah bersalah.

" ... " karena tidak ada jawaban dari Aksara membuat Chayra terdiam dan menatap ke arah Aksara dengan mendongak. Entah apa yang Chayra lihat. Akan tetapi, ini kali pertamanya tatapan Aksara tidak sejahat kemarin-kemarin.

"A .. a .. aku buka dulu kuncinya" ucap Chayra karena mereka berhasil bertatap-tatapan.

Chayra segera membuka pintu kontrakannya dan saat pintu itu terbuka, Cahyra memberikan ruang untuk Aksara.

"Masuk kak" ajak Chayra dengan canggung.

"Humm" Aksara hanya mengangguk dan segera masuk yang di susul oleh Chayra.

"Di tempat ini kamu tinggal" tanya Aksara yang memperhatikan kondisi kontrakan tersebut sedikit kumuh. Tidak hanya itu, kontrakan tersebut sangat sempit sekali hanya ada satu kamar kecil yang langsung tembus ke dapur lalu kamar mandi. Ruang tengah sudah menyatu dengan kamar tidur.

"Ya, namanya juga sesuai budget kak" jawab Chayra.

"Aku buatkan teh dulu yah kak" ucap Chayra yang ingin bergegas ke arah dapur.

"Tidak perlu!" jawab Aksara yang langsung menarik tangan Chayra.

"Eummm, ma'af kak" Chayra langsung menangkis tangan Aksara secara refleks membuat ekspresi Aksara kembali menyeramkan.

"Aku ingin mandi" ucap Aksara yang terdengar dingin.

"Oh, sebentar aku ambilkan handuknya dulu" jawab Chayra yang segera mengambil handuk di lemari kayu kecilnya. Di atas lemari itu terdapat tv yang berukuran sedang.

"Ini kak" ucap Cahyra segera memberikan handuk tersebut kepada Cahyra. Namun, Aksara memperhatikan handuk berwarna pink itu dengan ekspresi datar.

"Ehehehhe maaf kak. Yang bersih cuma sisa itu aja" ucap Chayra. Aksara tidak menjawab dan mengambil handuk itu dengan kasar membuat Chayra terkejut dan beristighfar.

Cahyra yang melihat Aksara sudah di kamar mandi. Ia segera membuat teh hangat dan mengeluarkan roti-roti stock untuk sarapannya.

Setelah semuanya selesai. Chayra menonton TV terlebih dahulu sambil menyiapkan pakaian untuk Aksara dan juga dirinya, agar ia bisa bergantian ke kamar mandinya.

Suara pintu kamar mandi sudah terbuka membuat Cahyra kembali canggung dan mencoba fokus untuk menonton TV.

"Apa kau budeg. Di luar masih banyak petir, kenapa malah menyalahkan TV" ucap Aksara yang menatap Chayra dengan ekspresi kesal.

"Ehehe, eh!" Chayra yang tegur seperti itu memberikan cengengesan. Namun, kali ini Chayra ingin sekali segera cepat-cepat pulang.

"Ada apa" tanya Aksara saat melihat ekspresi Chayra seperti itu.

"Pakai baju dulu kak" jawab Chayra sambil memalingkan wajahnya karena ia tidak sengaja melihat Aksara setengah telanjang.

"Kenapa wajahmu merah" tanya Aksara membuat kedua bola mata Cahyra melotot.

"A .. anu, Chayra mau mandi dulu. Itu bajunya yah kak" jawab Chayra yang salbrut alias salting brutal.

Aksara yang melihat itu tanpa sengaja bibirnya terangkat dan segera mendekati pakaian yang sudah di siapkan oleh Cahyra.

"Pakaian milik siapa ini" gumma Aksara dengan mata gelap.

Setelah dua puluh lima menit lamanya, barulah Cahyra keluar dengan ekspresi terkejut. Bagiamana tidak, ternyata Aksara masih memakai handuk sambil meminum teh.

"Teh ku sampai dingin, Chayra" ucap Aksara yang tidak melihat ke arah Cahyra.

"Kenapa kakak belum pakai baju. Nanti masuk angin siapa yang repot" ucap Chayra.

"Baju bekas simpanan pria mu. Heh! Mana sudi aku" jawab Aksara dengan suara meremehkan.

"Astaghfirullah hal'adzim. Terserah Kaka mau memfitnah aku apa lagi. Yang jelas itu baju punya temanku yang tidak sengaja ku bawa karena aku kehujanan pas berangkat kerja" jawab Chayra dan segera menyobek kardus.

"Mau apa kamu" tanya Aksara.

"Mau tidur. Kasur aku kan pasti di tempati tamu" sindir Chayra.

"Tidak perlu, tidur saja di sini biarkan aku yang di sana" jawab Chayra.

"Tapi kan Kaka kedinginan belum lagi Kaka ngga pake baju cuma aduk doang" ucap Chayra.

"Aku pakai celana yang tadi saja kebetulan ngga basah. Kalo baju aku bisa pakai selimut kamu" jawab Aksara membuat Chayra pasrah dan segera bertukar tempat.

Chayra segera ke kasur lantainya yang lumayan tebal. Ingin berbaring pun Chayra canggung jadi dia memilih duduk sambil memperhatikan tv yang mati. Sedangkan Aksara sibuk dengan ponselnya di atas kardus.

Chayra yang tidak kuat menahan ngantuk langsung merebahkan tubuhnya dan membelakangi aksara.

"Apa kamu kedinginan"

"Mimpi mungkin yah" gumma Chayra dengan mata terpejam.

"Shttt, geli. Ini napas siapa!" pikir Chayra yang tiba-tiba merasakan remang-remang di lehernya. Tidak hanya itu, detik berikutnya ada tangan yang melingkar di perutnya bahkan tangan itu masuk ke dalam bajunya.

"Kenapa tidak kau lepas kerudung mu"

"Heh! Kak Aksara!"



Berbagi Suami [THE END]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang