AKU HAMIL?

801 34 4
                                    

Sudah lewat beberapa bulan sejak kejadian mengerikan itu terjadi. Kejadian di mana aku kehilangan keperawananku sesuatu yang dijadikan harga mati untuk para perempuan. Tapi yang paling membuatku terpukul, aku juga melihat peti mati pacarku yang sudah kembali ke tanah. Dan mirisnya tidak ada tubuhnya yg tersimpan disana, pemakaman ini hanya penghormatan saja.

Ya, Regie sudah meninggal. Dan tubuhnya sudah menyatu dengan debu.

Dia mati di depan kedua mataku.

Aku memang salah satu dalang yang pantas disalahkan atas kematian Regie, tapi aku tidak berani untuk mendatangi langsung acara pemakamannya. Bukan karena takut bertemu keluarga besar Narendra yang sangat berkuasa, melainkan takut kenangan bersama akan bergulir lagi di benakku.

Aku benar-benar tidak sanggup mengingatnya.

Dan kini, semua hanya menyisakan penderitaan yang akan kutanggung sendiri sampai beberapa tahun ke depan...

Bersama 'dirinya'.





⛓️(DIRT¥ REVENGE)⛓️









Erine P.O.V

HOEEKK... Uhukk... UNGH

Kepalaku terasa pening saat dipenuhi hampir seluruh isi perutku ke wastafel. Bahkan karena suara nafas berburu dan batuk bertubi-tubi yg terus saja ku keluarkan, Teman kerja ku, Tania. sampai datang ke toilet tempatku berada.

"Erine, Lu sakit?" Tanyanya sambil mendekat dan mengelus punggungku yang terbalut kostum gobreng. Ya, aku dan Tania memang sedang bekerja paruh waktu menjadi salah satu pelayan kafe dekat sekolah. Sebenarnya di umur kan yg masih terlalu muda, kami belum memenuhi standar prosedur untuk bekerja di sini, tetapi karena pemilik kafe ini masih kerabat dekatnya Tania, maka kami bisa bekerja paruh waktu disini.

Masih dengan punggung tangan yang menutup bibir, aku menolehkan wajah ke arah teman kerjaku yang lebih tua  setahun dariku. "Ah, kayaknya gua masuk angin."

"Muka lu pucet banget, are you ok? mau gua buatin teh hangat?" Nadanya terdengar khawatir saat melihat wajahku yang merah padam dan meneteskan banyak keringat.

"Ng-nggak usah, sorry... Gua... Gu-gua uhukk!" Belum sempat ku menyelesaikan kalimat, lambungku terasa bergejolak memeras seluruh isinya untuk di keluarkan lagi melalui kerongkonganku.

"Lu mah dibilangin bandel ...tunggu bentar!"

Ketika Tania keluar toilet, aku yang sekarang ditinggal sendirian ini mulai kembali membasuh bibirku dengan air. Setelah bersih, aku mengadahi wajah untuk mengamati pantulan bayanganku di cermin.

Ku hela nafasku dalam-dalam. Benar kata Tanja, aku pucat, udah kayak mayat hidup.

Sungguh, aku tidak tau ini masuk angin atau apa, tapi entah kenapa aku baru sekali merasakannya selama 15 tahun aku hidup.

Ataukah jangan-jangan...

Langsung terbayang olehku seluruh kejadian saat Delynn menyetubuhiku dengan kasar. Pinggulnya yang bergerak untuk memberikanku hujaman kesakitan, tangan yang tiada henti menggerayangi ku, dan teriakannya yang memenuhi pujian melecehkan sekaligus hinaan aku dalam satu kalimat.

Dirty RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang