𝐒𝐢𝐬𝐢𝐩𝐚𝐧 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚 𝟐.𝟎

292 26 0
                                    

Menurutku penting memahami emosi diri..

Sebelum mengkritik seseorang, kita harus menghadap dulu pantulan kaca..







SMA Tunas Karya:  2023











"Erine.. Kita teman sebangku, ada chemistry yang spesial diantara kita. Yang perlu kamu lakuin hanya terbuka saja, aku temanmu sekarang. Aku bisa membantumu"

Perasaan ku bercampur aduk, ingin terus ku pancing rasa sukanya tapi akunya yg nggk tahan. Ku tarik kerah bajunya dan ku remas kuat-kuat hingga membuatnya tercekik

"Diam lo!.. Lo nggak tau apa-apa soal gua, dan nggak ada orang bisa bantuin gua.. Nggak ada!"

Ku hempasin badannya sekuat tenaga, tubuhnya membentur pintu toilet kencang sampai dia masuk ke dalam toilet. Ku dengar suaranya mengaduh kesakitan tapi ku tahan untuk tidak memperdulikannya. Segera ku pergi meninggalkan Oline yg sedang tersungkur naas di toilet. Ku harap dia baik-baik saja.

...

Ting...

Pintu lift terbuka, ku melangkah keluar dengan berjalan cepat sambil menundukkan kepala, rasa cemas sedang menghantuiku, khawatir Oline kenapa-napa.

Bugh..

Tepakkan kecil terasa dipundakku, ku menengok untuk melihat siapa pelakunya. Ternyata Shasa yg sekarang sedang berjalan di sampingku, seimbang dengan ritme kecepatan ku berjalan.

"Lo tadi udah keterlaluan sih.."

Aku langsung paham maksudnya, ku mendengus kesel dan mencibir-cibir mulutku tanda sedang bad mood. Shasa mengedikkan bahunya tidak peduli.

"Mending lo minta maaf nanti"

Sontak tubuh ku langsung terhenti mendengar ucapannya. Ia pun juga berhenti mendadak dan agak terperanjat akibat sikapku ini. Belum ia mulai bertanya, aku raih tangannya dan menggandeng nya keluar tanpa berbicara sepatah katapun.

Shasa tentu saja dengan wajah emot bingung, melirik ku dengan tatapan WTF nya. Sikapku terlalu random bahkan untuk jadi objek ahli psikolog sekalipun, kalaupun masuk kategori mungkin aku termasuk golongan orang-orang traumatic.

Meski terlihat aneh dan cuek, Tapi aku memikirkan saran baiknya. Yg dia bilang itu benar, aku harus meminta maaf karena perilaku diriku kepada teman-teman sangatlah cuek, kadang aku hampir nggak kuat sama Akting dingin yg harus ke mainkan ini. Tapi demi kehancuran Mr. Mouse semua akan ku lakukan meskipun itu membahayakan nyawa.

Kebetulan hari ini kami buat rencana untuk mengunjungi panti asuhan. Jadinya Shasa sekalian pergi & pulang sekolah bareng aku. Setelah pulang sekolah kami segera pergi ke tempat tujuan.

Dengan kecepatan sedang, kami meluncur mulus di jalanan jakarta yg siang ini tidak terlalu macet. Shasa menengok ke kiri dan ke kanan menikmati pemandangan. Entah apa yg menariknya jakarta ini, yg bisa kau temui hanyalah gedung tinggi dan polusi.

Cuman maklum sih soalnya Shasa itu orang medan, jadinya vibes kota jakarta sangat menarik perhatian orang luar Jawa kayak dia. Medan sendiri juga ada kota yg maju tapi pastinya jakarta adalah yg terbaik soal pembangunan.

Sedang asiknya menyetir seketika aku baru ingat sesuatu. Ku buka kaca helm ku dan sedikit menengok ke belakang.

"SHASAAA... " Ucapku agak teriak supaya kedengeran sama dia.

"IYA KENAPAA?" dia pun ikutan teriak agar suaranya nggk kalah sama suara kendaraan di sekitar kami.

"SORRY.. GUA HARUS KE PEMAKAMAN DULUU, BENTAR AJA KOOKK.. "

Ia tidak menjawab tapi sebagai gantinya Shasa mengancungkan jempolnya ke kaca spion yg pastinya aku bisa melihat tandanya Shasa setuju kami mampir ke pemakaman dulu.

...

"Rine.. Jangan lama-lama loh. Ngeri disini" Shasa mengusap-usap pergelangan tangannya karena merasa takut dan merinding saat kita sampai di pemakaman.

"Iya iyaa.. Tunggu bentar ya, atau lo mau ikut?" Tanyaku mencoba mengajaknya daripada diam menunggu ketakutan.

Shasa menggeleng kencang berkali-kali. Ok fiks biar dia tunggu aja di motor, aku akan masuk sendiri, tenang aja sis aku nggak akan lama kok, mungkin.

Tempatnya nggk terlalu jauh, lagipula pemakaman ini tidak besar. Aku masih melihat Shasa yg sekarang duduk dimotor sambil ngelirik terus ke setiap arah, jelas banget waspada takutnya ada hal yg aneh muncul. Nggk sadar kah dia kalau dirinya lebih aneh!?

Duh.. Daripada kelamaan kasihan juga tuh anak. Jadi aku cepat-cepat berjalan agar segera sampai. Akhirnya aku sampai di kuburan yg ku tuju.

Ku berjongkok di sampingnya lalu mengelusnya seperti membelai kepala bayi. "Hai, gimana kabarmu?"

Hanya hembusan angin sepoi-sepoi yg terdengar. Mengantarkan tanya kecil ku terbang dan terdengar oleh siapapun sejauh beberapa meter. Ku belai lagi batu nisan yg terukir nama panjang yg tak akan pernah ku lupakan.

"Sayang, maaf yaa aku nggk bisa lama-lama. Nanti aku pasti bakal dateng lagi supaya bisa lama menemanimu. I love you."

Ku cium lembut baru nisannya, lalu berdiri dan segera kembali ke motor. Sesampainya di motor, ku lihat mata Shasa yg berkaca-kaca. Dia nangis, apa karena takut?

"Lo takut ampe segitunya Sha?" Aku hendak meledak tertawa tapi ketahan karena melihatnya yg tampak pucat dan bibirnya memutih.

"Eh.. Lo kenapa!?" Aku yg panik segera menopang badannya, saat tanganku menyentuh kulitnya ku rasakan rasa panas yg lumayan. Meski begitu sekarang aku agak kelabakan karena kami hanya berdua saja disini.

"Ja-janthungh guahh... Sakhitt" Shasa susah payah menjelaskan keadaannya. Aku yg makin panik menoleh ke sekitar apakah ada orang yg bisa membantu.







Tbc.

Dirty RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang