SEDIKIT SINGGUNGAN

284 28 5
                                    

VOTE LAH SEBELUM MEMBACA!!





⛓️(DIRT¥ REVENGE)⛓️






Erine P.O.V


Setelah beberapa langkah Daniel berjalan memasuki rumah, aku menutup pintu dengan gerakan lambat. Sebenarnya, aku cukup takut kalau hanya berdua di sini bersamanya. Tentu saja, bagaimana saya bisa tidak khawatir kalau berada di satu tempat dengan orang yang dulunya membenciku itu?

Saat aku baru akan berbalik, kusadari baru bahwa dari tadi Daniel sedang berdiri di belakangku. Kini kami berhadapan. Kulihat Ia yang sedang memandang dari jarak sedekat ini.

"Lu hamil, kan?"

"Eh?" Aku kehilangan kata-kata.

Diriku semakin cemas ketika Daniel mulai membungkuk dan mengambil sebuah benda kecil yang terletak begitu saja di lantai dekat kakiku berdiri.

Itu test pack yang awalnya ingin kutunjukan ke Rini.

Sadar bahwa Daniel masih menunggu jawaban, aku sedikit kebingungan harus menjawab apa. Jika bisa, saya ingin sekali merebut benda itu dan mengatakan bahwa hasil yang ada di sana salah. Aku memang tidak ingin ia tahu apa-apa tentang diriku sendiri. Tapi... apa daya jika dia sudah terlanjur mengetahuinya?

Karena tidak mendapatkan tanda-tanda aku akan menjawab, ia berkata pelan. "No proble. Yang penting bukan anak haram kan?"

Kalimat itu langsung menusukku. Aku menyetujuinya dengan suara samar dan Daniel tersenyum tipis. Cowok bermarga Narendra tersebut menyerahkan test pack itu ke diterima dan kembali untuk berjalan ke ruang tamu.

Ku pandangi lagi Daniel yang kini sudah duduk di sofa. Tangan cowok itu mengambil sebuah koran yang diletakkan di meja.

"Tamu nggak dibuatin kopi nih!?"

Suara tadi membuatku yang masih berdiri di belakangnya menjadi sadar. Buru-buru aku segera ke dapur agar dapat membuat secangkir minuman.

Sembari menunggu air mendidih, aku teringat.

Sejujurnya, aku heran dengan kelakuan Daniel. Seumur hidupnya semenjak aku mengenal keluarga besar Narendra, dan sampai terakhir kali kami bertemu di klab malam, rasanya Daniel tidak pernah seperti ini. Intinya, dari dulu cowok itu membenciku, berbeda dengan adiknya. Apalagi melihat wajahku saja rasanya Daniel sudah muak. Terutama saat aku masih bersama Regie.

Hanya saja, sekarang berbeda.

Cowok itu mau ke rumahku, mau melihatku, dan mau berbicara denganku, walaupun masih ada hinaan di sana.

Aneh...

Karena tidak mungkin Daniel berubah dalam kurung waktu yang begitu cepat, aku menyimpulkan kalau cowok itu pasti punya maksud.

Tapi apa?

Aku menghela nafas panjang. Ku matikan api kompor dan menuangkan air hangat yang tidak begitu panas ke dalam cangkir berisi kopi bubuk.

Ku aduk perlahan..

Namun sewaktu aku menaruh lagi teko besi itu ke kompor, tiba-tiba ada sesuatu yang seperti dada bidang seseorang menyentuh punggungku. Belum sempat aku menyadarinya siapa, kurasakan ada bibir yang menyentuh daun telingaku.

"Bingung sama sikap gua hn?" Bisik cowok itu, yang adalah Daniel.

Dalam diam, aku menggigit bibir. Diriku sama sekali tidak berpikir untuk menjawabnya.

Melihatku yang kini berdiri kaku, Dia terkekeh geli. "keliatan dari gelagat lu."

Sebenarnya aku sudah mulai takut, namun aku harus berpikir seperti biasa.

"Mm.. Sebentar, aku mau mengambil nampan..." Aku mundur bermaksud untuk menyingkirkan tubuhnya yang mulai mendempetku dan bisa menghindar.

BRAKK...

Tapi saat aku baru saja akan berbalik, tiba-tiba gebrakan kedua tangan Daniel terdengar keras di meja dapur yang berada pas di belakangku. Aku tersentak. Sontak saja cangkir berisi kopi panas itu luput dari pegangan dikirimkan dan segera terpecah belah di lantai. Aku meringis kesakitan ketika ada cipratan dan kumpulan air panas yang mengenai kakiku, berbeda dari Daniel yang terlindung oleh celana panjang dan juga sepatu yang tetap dipakainya ke dalam rumah.

Dan saat aku mencoba mengadah, kulihat kedua mata Daniel. Mata yang tajam, raut wajah dingin dan nada suara yang penuh kebencian.

"Gua kesini cuma mau ngomong sama lu."

Aku terdiam.

"Gua tau Regie sayang sama lu, Tapi sayangnya keluarga Narendra masih nggak menyetujui hubungan kalian berdua." Ia berbisik. "Terutama... karena lu, abang kesayangan Zean terbunuh."

Daniel marah besar.

"Gua nggak akan pernah maafin lu..." Wajah cowok itu sedikit mendekat. "Tunggu aja pembalasan gua."

Lalu ia melemaskan kedua tangannya.

"Uang dibalas uang, nyawa dibalas nyawa."

Jeda beberapa saat, Daniel kembali tersenyum yang sekarang telah aku ketahui sebagai senyum palsu.

"Itu saja yang pengen gua omongin."




BAB SELANJUTNYA: PENERIMAAN





TAPI SORRY.. KAYAKNYA GUA BREAK DULU BUAT BEBERAPA WAKTU.
JADI DALAM WAKTU DEKAT GUA NGGAK AKAN UPDATE.
THANKS YANG UDAH BACA DAN NGEVOTE CERITA GUA..


..SEE YOU..

Dirty RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang