PERUBAHAN

317 28 5
                                    

⛓️(DIRT¥ REVENGE)⛓️







Setelah terlalu lama berada di posisi tersebut, Delynn menempelkan kedua telapak tangannya ke pinggul Erine, lalu mendorongnya dengan hati-hati bermaksud melepaskan persatuan organ intim mereka.

Ia meletakkan tubuh lemas Erine ke sebelahnya, membiarkan punggung serta rambut panjang yang dipenuhi keringat itu menempel di permukaan kulit sofa. Sesudahnya, barulah Delynn berdiri.

Tanpa bersuara, ia mulai memasukkan pakaian dalam serta celananya dan mengenakan kemejanya dengan asal.

Busananya sudah lengkap, kini ia harus menyediakan pakaian Erine yang tersebar di lantai dan meja. Perlahan ia memasang bra dan celana dalam tipis Erine, lalu menyingkirkan pakaian yang tadi dikenakannya sebelum mereka bercinta.

Merasa sudah kembali rapih seperti semula, Delynn menggendongnya. Mereka pun keluar, tidak peduli akan bau seks yang masih menguar kuat dari tubuh mereka masing-masing.

Yang penting, hari ini ia harus membawa Erine pulang.

.
.
.

Ini sudah lewat beberapa menit dari tengah malam, dan Rini masih terus menunggu di ruang tengah. Sementara sedang duduk, di sanalah ia terdiam, ditemani oleh televisi yang menyala. Tatapan wanita itu kosong, keningnya terus mengernyit, dan ia menghela napas tiap lima menit sekali jika tidak ada tanda-tanda kedatangan tuan rumahnya.

Benar saja, dia jadi cemas menunggu Erine yang diam-diam mengikuti Delynn pergi.

Rini memejamkan mata, lalu mencoba rileks dengan menyentuhkan punggungnya ke sandaran sofa.

Kelihatan dari raut wajahnya, bahwa saat ini ia sedang diliputi oleh rasa yang menyesakan. Takut. Ia memang sangat takut apabila Delynn tahu kalau Erine ikut bersamanya, dan cowok itu akan marah besar. Dan jika orang itu melampiaskan emosinya, Rini tidak akan membayangkan apa yang akan dia lakukan pada Erine nantinya.

Sebenarnya dia tidak menginginkan Erine untuk melakukan sesuatu yang beresiko seperti ini melanggar aturan yang dibuat Delynn, keluar rumah. Tapi bagaimana lagi kalau Erine agresif, Gadis itu pasti memiliki tujuan tersendiri untuk melakukan hal itu, dan Rini hanya bisa mengiyakannya.

Saat ini, pikirannya benar-benar dipenuhi oleh bayangan atas apa yang sekarang mereka berdua lakukan di luar sana. Sampai-sampai program acara yang disediakan oleh stasiun televisi sama sekali tidak mendapat perhatiannya.

Tiba-tiba saja pintu depan berbunyi. Dengan rasa takutnya yang mulai membesar, Rini langsung mematikan televisi, dan berlari menuju pintu depan.

Ia memutar kunci hingga terdengar bunyi dua kali ceklek. Setelahnya, ia menarik pintu dan menemukan sosok kedua yang tadi ia tunggu.

Delynn dan Erine.

Tanpa bicara, Rini menyingkir dari pintu dan mempersilakan Delynn yang menggendong Erine memasuki rumah. Setelah dia menutup dan mengunci pintu depan, Rini sedikit mempercepat langkah untuk mengikuti Delynn yang akan membawa Erine ke dalam kamarnya.

Dalam perjalanannya, mata Rini melihat Erine yang pingsan seperti orang pingsan yang kehilangan tenaga untuk hidup. Terbesitlah ide yang bisa membuatnya sedikit berguna pada keadaan ini.

Dirty RevengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang