15

250 29 0
                                    

"Aku mohon, Sunghoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mohon, Sunghoon. Hidup lebih lama untukku, ya? Biarkan aku membahagiakanmu sekali lagi."

"Tapi, takdirmu dan yang lainnya akan berantakan. Seharusnya, hidupmu tidak pernah bertemu denganku, teman hidupmu yang sebenarnya bukanlah aku. Kamu akan terlambat membahagiakan takdirmu, Heeseung."

"Aku hanya ingin denganmu."

"Jangan buta dengan cinta," mohon Sunghoon. Ia tidak mau Heeseung juga merasakan apa yang ia rasakan. Hidup penuh dengan siksaan bagi manusia seperti Heeseung sama saja seperti nyawa di ujung tanduk, tapi masih tetap hidup.

"Kamu saja boleh, masa aku tidak? Kamu membiarkan dirimu sendiri dikutuk karena cinta, sedangkan aku hanya diam menikmati. Apa itu adil?"

"Heeseung, aku mengacaukan hidupmu," Sunghoon berusaha menjelaskan.

"Berhenti, Sunghoon. Jangan berbicara seperti itu lagi, tidak peduli seberapa indah takdirku dengan orang lain, jika itu tidak denganmu, aku tidak akan menikmatinya."

"Kamu berbicara seperti itu karena kamu mencintaiku. Di kehidupanmu selanjutnya, kita tidak akan saling mengenal lagi. Biarkan aku pergi."

"Tidak."

Sunghoon telah membuat Heeseung seperti ini. Bukan salahnya jika dia ingin egois seperti Sunghoon dulu. Cinta sudah membuat mereka bertindak terlalu jauh. Sunghoon hanya bisa memikirkan 'seandainya'. Pikiran-pikiran apa yang terjadi jika Heeseung tidak jatuh cinta pada Sunghoon dan juga sebaliknya.  Memangnya apa yang harus ia dilakukan pada saat itu jika tidak bertemu dengan Heeseung? Seharusnya ia menjadi capung agar lebih cepat mati.

Sunghoon hanya berniat untuk bertemu Heeseung di satu kali kesempatan saja. Kini, ia telah bertemu Heeseung yang benar-benar akan kembali padanya.

"Kamu hanya manusia, tidak memiliki kuasa untuk melawan semesta. Aku akan bertahan semampuku untukmu."

Setelah mengucapkan itu, Sunghoon pergi dibarengi dengan cahaya matahari yang membakar kulit. Heeseung merasa kesakitan karena sinarnya benar-benar membuat tubuhnya terbakar. Ia menutup mata menahan sakit, saat dibuka kembali ia melihat Sunghoon sedang menatapnya khawatir.

"Mas Heeseung, bangun!" Sunghoon menyentuh pipi Heeseung menggunakan jari telunjuk.

Heeseung membuka kedua matanya lebar-lebar dengan napas yang tersengal-sengal. Melihat kulitnya yang masih mulus, membuat Heeseung bernapas lega.

"Kamu tidak apa-apa?" Sunghoon menatapnya khawatir.

"Aku baik-baik saja."

Fated-Cursed ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang