special chapter 3

221 21 0
                                    

Andai berbuat semudah berbicara. Nyatanya, tidak semudah itu mereka menerima takdir. Heeseung terdiam ketika Jungwon mengucapkan kalimat akan bersamanya sampai maut datang memisahkan. Benarkah demikian?

"Kamu serius?"

"Mas Heeseung gak mau? Kalau Mas keberatan, Mas bisa ceraikan aku."

"Lalu, setelah itu, kamu mau pergi ke mana?"

"Kembali ke jalanan. Aku seorang pembunuh, entah catatan kriminalku akan membuat hidupku lebih menantang atau tidak nanti."

Soal itu, Heeseung tahu sepupunya sudah membereskan semuanya secara diam-diam. Ah ... kalau diingat-ingat mereka sama-sama pembunuh.

"Kamu tetap bersamaku. Jalani saja hidupmu seperti biasa."

"Sungguh?"

Heeseung berdehem menanggapinya.

"Makasih, Mas."

Heeseung merasa canggung. Sikap Jungwon tidak seperti biasa. Ia maklumi karena sekarang pemilik raga yang asli sudah kembali.

Di pagi hari yang mendung, Heeseung sudah pergi ke perusahaan. Sedangkan Jungwon masih berbaring di ranjang. Merasa di sampingnya kosong. Lalu, di bawah mobil suaminya itu tidak ada. Jungwon menyimpulkan bahwa Heeseung sudah berangkat.

Jungwon menatap awan mendung yang mulai meneteskan air hujan. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Rasanya hampa. Entah di mana dia berada. Ia sangat merindukannya.

"Daniel ...."

Ia mencoba menerima, tapi rasanya sangat sulit. Mungkin, Heeseung juga merasakan hal yang sama.

Sunghoon membuka mata ketika ia terusik oleh sesuatu yang menyentuh wajahnya.

"Jay?"

Jay memberi kecupan singkat di bibir manis Sang pujaan hati.

"Good morning."

"Jam berapa?"

"Balas dulu ucapan selamat paginya."

Sunghoon tersenyum, "good morning, Jay."

"Kecupannya mana?"

Sunghoon bergerak untuk mengecup bibir Jay. Jay tersenyum mendapat kecupan dari si manis.

"Jam tujuh."

"Kamu gak kerja?"

"Kemarin, Daddy izinin aku istirahat, sekalian habisin waktu sama kamu."

Sunghoon mengangguk.

"Kamu kenapa, deh? Masih mikirin yang kemarin? Cerita sama aku, kamu mikirin apa?"

"Enggak. Aku mau mandi dulu, habis itu bikinin kamu sarapan," Sunghoon beranjak dari ranjang diikuti oleh Jay.

"Aku yang masak buat sarapan kali ini, kamu mandi aja, sana."

Sunghoon mengangguk, "makasih, Jay."

Sunghoon masuk ke kamar mandi, Jay ke dapur mulai berkutat dengan alat masak. Setelah lima belas menit, Sunghoon ke luar dari kamar mandi. Melihat Jay masih fokus memasak, ia menghampirinya dan menyarankan untuk mandi terlebih dahulu. Jay mengiyakan, acara memasaknya dilanjutkan oleh Sunghoon.

Delapan belas menit kemudian Jay sudah dengan acara membersihkan dirinya. Ia duduk di samping Sunghoon yang sudah menata makanan mereka di meja.

Mereka berdua makan dengan tenang. Saat Jay perhatikan, Sunghoon sedang melamun. Apa isi pikiran Sunghoon berkaitan dengannya, maka dari itu sampai sekarang dia enggan memberitahu?

Fated-Cursed ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang