5. Really?

596 59 0
                                    

Entah apa yang merasuki pengusaha tampan itu, dia benar-benar terpesona dengan penampilan Lulu pada malam ini. Padahal penampilan Lulu sama sekali tidak terlihat minim.

Rais mulai merapikan helai demi helai rambut istrinya sembari terus melumat bibir bawah Lulu.

Lulu merasakan pergerakan tangan Rais di wajahnya, ia juga membalas dengan lembut lumatan demi lumatan yang Rais berikan padanya. Lulu tersenyum di sela-sela ciuman mereka karena suaminya sudah mulai menampakan sisi ini padanya.

Seperkian detik permainan Rais sedikit agresif hal tersebut membuat Lulu hampir kehabisan pasokan oksigen. Wanita cantik itu pun berusaha mendorong kuat tubuh pria tampan itu yang masih saja berusaha memperdalam ciumannya.

Pandangan mereka kembali bertemu, Rais menatap lekat wajah istrinya yang masih berusaha menetralkan napasnya terengah-engah.

Rais benar-benar sudah dibuat gila oleh Lulu malam ini. Ia mulai membuka kancing bajunya dan hal tersebut disadari oleh Lulu. Dengan segera wanita cantik itu menahan tangan suaminya. "Kak?"

Sang empu tidak mempedulikan panggilan dari wanita cantik itu, tangannya teralih membuka kancing baju istrinya dengan tergesa-gesa.

Sampai pada akhirnya Lulu menangkup wajah Rais menggunakan kedua tangannya. "Kak lihat aku." lirihnya.

Rais pun memberhentikan kegiatannya sembari menatap wajah Lulu dengan masih pandangan mata sayu.

Sudut bibir Lulu terangkat sembari mengelus lembut wajah suaminya. "Jangan, kak. Kamu sekarang lagi mabuk, kamu lagi nggak sadar."

"Why? Isn't this what you want?" desis Rais.

"Yes, of course i want to."

Rais sama sekali tak bergeming. Lulu merebahkan tubuh Rais di sampingnya dan membentang selimut untuk suaminya. Pria tampan itu masih saja menatap wajah Lulu heran. Apakah wanita ini bodoh sampai menyia-nyiakan hal tersebut? pikir Rais. Padahal dia bisa sangat mudah melakukan apa pun dan sesukanya pada Rais yang saat ini tidak bisa berpikir jernih.

Lulu duduk di ujung kasur, ia mengelus wajah suaminya lembut sembari melempar senyum manis pada suaminya. "Tidur ya, besok kamu masih ada kerjaan di kantor. Aku juga besok pagi harus cepet bangun biar bisa buatin sarapan buat kamu," tuturnya lembut.

Pandangan mata Rais tidak henti-hentinya melihat ke arah wajah istrinya. Ia juga tidak mengeluarkan suara setelah percakapan tersebut.

"Yaudah, aku mau ke kamar mau tidur. Good night." pamit Lulu sembari menutup pintu kamar Rais.

Rais hanya diam dan tidak merespon ucapan Lulu padanya. Rais benar-benar tidak bisa berpikir jernih untuk saat ini.

* * *

Pagi ini Rais merasakan sakit yang amat dikepalanya akibat minum-minumnya di rumah Ellan. Ia juga mengusak rambutnya kasar karena perbuatan tak disengaja pada Lulu semalam. "Argh... Lo ngapain sih pake cium dia segala, sih! Ini gara-gara minuman sialan itu." kesal Rais.

Ia menghembus napasnya kasar sembari menatap sosok orang didalam cermin tersebut. Tapi, ngomong-ngomong. Kenapa Lulu tidak membiarkannya melakukan hal yang lebih jauh dari itu semalam.

Jika wanita lain yang berada di posisi Lulu, pasti wanita tersebut akan mengambil kesempatan emas dan bisa saja membalas dendam dengan cara seperti itu.

***

Pria tinggi itu sudah berpakaian rapi dengan memakai jas berwarna biru muda selaras dengan celananya. Sampai pada akhirnya, ia di buat tertegun ketika melihat sosok seorang wanita yang tengah menuruni tangga dengan rambut lurus terurai. Wanita itu masih mamakai pakaian tidurnya ditambah dengan cardigan creamnya. Pikiran pria itu kosong ketika melihat pemandangan di depannya.

Old Money [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang