Epilog

491 57 2
                                    

Author's note
Dimohon bijak dalam membaca karena di chapter ini sedikit mengandung unsur 18+.
Diingatkan kembali bahwasanya cerita ini murni bersifat fiksi.

.
.
.

Terdengar suara gemuruh di luar pertanda sebentar lagi akan datang tamu tak diundang. Wanita yang berada di dapur itu pun melihat air yang mulai turun membasahi bumi kearah jendela dekatnya.

Dengan tergesa-gesa ia menyelesaikan kerja bersih-bersihnya di meja makan dan segera menghampiri suaminya yang sedang berada di dalam kamar, karena ia tahu betul bahwa suaminya sangat takut dengan hujan.

Pergerakannya terlalu terburu-buru, alhasil wanita cantik itu tak sengaja menjatuhkan gelas dilantai, ia berteriak karena kaget akan suara pecahan gelas yang tak sengaja ia jatuhkan. Napasnya naik-turun mencoba menstabilkan degup jantungnya.

"Lulu! Ada apa?" panik pria yang tengah menuruni pertengahan tangga dengan tergesa-gesa.

Wanita cantik itu menoleh kearah sumber suara, orang tersebut bukan lain adalah suaminya sendiri.

"Ini, aku gak sengaja jatuhin gelas, kak," keluhnya, seraya berjongkok untuk membersihkan serpihan gelas yang pecah.

"Diam, kamu jangan gerak!" perintahnya tegas.

Lulu pun berhenti dari pergerakannya dan kembali berdiri tegak, ia hanya melihat suaminya datang dengan membawa serok dan sapu. Wanita cantik itu hanya melihat apa yang akan dilakukan oleh suaminya, Rais.

"Diam, biar aku yang bersihin," ujar Rais.

"Eh, gak usah, kak. 'Kan aku yang pecahin berarti aku yang bersihin, sini sapunya." Wanita itu mengulur tangannya meminta kepada suaminya yang memegangi alat pembersih.

"Enggak enggak," tolak Rais. Pria itu dengan mudahnya mengangkat Lulu untuk duduk diatas meja.

Lulu yang mendapat perlakuan mendadak dari suaminya hanya terdiam dari posisi duduknya, ia sama sekali tak bergeming. Wanita cantik itu mengedipkan matanya beberapa kali untuk mencerna hal yang baru saja terjadi padanya.

Arah memandang Lulu beralih melihat suaminya yang tengah membersihkan pecahan gelas akibat ulahnya.

Rais memasukkan pecahan gelas kedalam tempat yang aman, ia pun kembali berjalan mendekat di tempat istrinya berada. Pria itu berdiri tegak didekat wanita cantik sembari memberi tatapan sulit untuk diartikan kepada Lulu.

"Kamu kenapa, Lu? Kok gelasnya bisa pecah?" tanya Rais lembut.

"Gak sengaja, kak," sahut Lulu memelas, kedua jemari tangannya mulai beradu.

Rais hanya menghela napasnya pelan. "Lain kali hati-hati, ya."

Lulu hanya menatap lekat wajah tampan suaminya itu, seraya mengangguk paham. Lulu tatap pergerakan suaminya, Rais terlihat sangat tenang saat ini.

"Kak, kamu ngerasa ada yang berbeda gak sama diri kamu saat ini?" tanyanya.

Kedua alis Rais sukses terangkat bingung. "Ngerasa berbeda gimana?" baliknya.

"Kamu ngerasa takut gak sekarang?"

Sontak pria itu mengedipkan matanya beberapa kali dan menjawab gagu. "Eng-gak, kenapa?"

"Beneran?" tanya Lulu memastikan.

Rais berdehem pelan sambil memegang kembali pinggul istrinya dengan kedua tangannya.

Sudut bibir wanita cantik itu terangkat sempurna dan dengan segera ia memeluk tubuh polos suaminya erat.

Pria berwajah tegas itu mengkerut dahinya heran, ia juga sedikit terkekeh pelan. "Tiba-tiba banget," paparnya.

Old Money [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang