16. Album

481 64 4
                                    

Wanita cantik itu memasuki rumah besarnya dengan menghentak kakinya kesal. "Apaan sih tu orang. Gajelas banget." dengusnya.

Kegiatannya terhenti tatkala mendapati sosok seorang gadis duduk santai diruang keluarga, tengah asik bermain benda pipihnya. Lama sekali ia menatap gadis tersebut.

Merasa ada sepasang mata melihat kearahnya, gadis berusia 14 tahun melihat sekitarannya. Sudut bibirnya terangkat dan bergegas menghampiri Lulu. "Kakak." antusiasnya sembari memeluk Lulu senang.

Mendapat perlakuan tersebut, Lulu hanya mematung sama sekali tak ada niatan ingin membalas pelukannya, ia tengah mencerna apa yang dilakukan gadis ini.

Tak lama berselang, Rais pun muncul diruangan keluarga dengan tangannya membawa sebuah koper.

Lulu melihat kearah pria yang lebih tinggi darinya. Wanita cantik itu menunjuk gadis yang memeluknya dengan menggerakkan kedua mata.

Rais paham dengan isyarat yang diberikan Lulu padanya. "Adik aku." bisik Rais.

Oh, adiknya ternyata.

Greesel pun melepas pelukannya pada Lulu, ia menatap wajah Lulu senang. "Icel kangen banget sama kakak tau." senyuman merekah indah diwajah Greesel.

Lulu hanya tersenyum canggung. Ia sama sekali tak ingat siapa gadis dihadapannya.

"Greesel, kamu jangan mendadak gitu peluk kak Lulu nya. Kasihan kak Lulu jadi bingung begitu." ucap seseorang tiba-tiba.

Lulu menoleh kearah sumber suara. Netra matanya menangkap salah seorang wanita paruh baya tengah sibuk melakukan sesuatu didalam dapur.

"Oh, iya. Icel lupa, Ma. Maafin icel ya kakak." pinta Greesel lembut.

"Nggak papa kok... " Lulu mencoba mengingat nama gadis dihadapannya.

"Greesel, kak. Panggil Icel aja biar nyaman dengernya." senang Greesel.

Lulu mengangguk paham. "Icel, ya. Oke deh, Icel." kekehnya. Mereka berdua pun tertawa ringan.

Rais berjalan menghampiri wanita paruh baya yang berada didalam dapur rumahnya. "Papa mana, Ma?"

Tunggu, apa? 'Ma'? Apakah Lulu tidak salah dengar? Seingat Lulu Rais yang bilang sendiri kepadanya bahwa Mamanya sudah tiada disaat Rais berumur 14 tahun? Kok?

"Papa kamu lagi ada meeting sama client. Nanti juga dateng, kok." balas Mama Sekar.

Rais mengangguk paham. "Yaudah Ma, Rais mau letakin koper dulu ke kamar." ucapnya.

"Ya, nak." lembut Mama Sekar.

Pria tinggi itu pun menaiki anak tangga rumahnya dengan tangan kanannya membawa benda berat.

Rais meletakkan koper ke dalam kamar besar itu. Saat hendak berbalik, ia melihat sosok seseorang tengah bersedekap dada sembari menatap tajam kearahnya.

Rais sedikit tersentak kaget melihat wanita yang berdiri sembari bersandar pada pintu kamar. "Kok nggak bilang ada disini, sih. Bikin jantungan orang aja." kesal Rais.

Wanita cantik itu tak menggubris kekesalan Rais padanya. "Itu siapa?" datarnya.

Pria tinggi itu mengkerut dahinya bingung. "Apanya yang siapa?"

"Itu, yang lo panggil Mama dibawah."

"Mama Sekar." singkat Rais.

Lulu menatap pria dihadapannya dengan ekspresi sulit untuk dijelaskan. "Bukannya lo bilang Mama lo udah nggak ada ya tadi?"

"Emang."

Wanita cantik itu makin heran dibuatnya. "Lho? Maksudnya gimana sih, ini? Makin gue coba memahami makin gue nggak tau. Jelasin tentang keluarga lo ke gue sekarang. Nanti yang ada gue mikir yang enggak enggak tentang keluarga lo." ucap Lulu.

Old Money [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang