9. About last night

652 65 1
                                    

Cuaca pagi hari ini sangatlah cerah, tidak ada awan-awan berhamburan dilangit biru. Burung-burung dengan bebas mengepakkan sayapnya diudara. Tidur nyenyak wanita cantik itu mulai terganggu ketika sinar cahaya silau dari arah sela-sela jendelanya. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali dan menggosokkan matanya menggunakan kedua tangannya.

Wanita cantik itu sedikit mengernyit kepalanya sakit, ia juga merasakan pegal-pegal disekujur tubuhnya. Apa yang terjadi padanya malam tadi?

Tunggu. Bukankah semalam ia berada di pesta keluarga Johan? Wanita cantik itu mencoba mengingat hal-hal apa saja yang telah terjadi padanya sampai ia sudah berada dikasur empuknya. Seingatnya semalam ia tidak sengaja meminum minuman beralkohol.

Oh apa mungkin suaminya lah yang membawanya. Tapi, tidak mungkin Rais mau menggendongnya pikir Lulu. Ia pun membuang jauh-jauh isi pikirannya.

Tapi tunggu dulu. Kok bajunya sudah berganti, seprei kasurnya juga. Apa yang telah terjadi padanya semalam? Wanita cantik itu hanya mengernyit dahinya bingung. Ia sama sekali tidak tau apa yang telah terjadi padanya. Lulu pun beranjak dari kasurnya berjalan menuju kamar mandi. "Aws, kok sakit?" Lulu merasakan sakit di paha bagian dalamnya.

Wanita cantik itu melihat sekilas kearah cermin. "Lho? Ini apaan?" Lulu menyentuh lehernya yang banyak sekali bercak kemerahan. Lama sekali Lulu terdiam memikirkan mengapa ada banyak sekali bercak merah di lehernya. Ia pun segera keluar dari kamarnya dan menuruni tangga dengan tergesa-gesa. "Kak?" panggil Lulu. Wanita cantik menemukan orang yang dicarinya sedang memasak didapur.

"Kak?"

"Aduh, pagi-pagi udah berisik lo."

"Kak? Ini kok leher aku merah-merah ya? Terus badan aku juga rasanya pegel semua. Emangnya semalam aku kenapa?" tanya Lulu.

"Lo nggak ingat yang terjadi semalam?"

Lulu menggeleng kepalanya tak tahu.

"Serius?" timpal Rais.

"Ih jangan bikin takut deh. Tinggal jawab aja, semalam aku kenapa?"

"Menurut lo aja." ketus Rais sembari membelakanginya.

Lah, ada apa dengan pria ini pikir Lulu. Tiba-tiba saja bersikap acuh tak acuh. "Lah kok gitu sih, kak? Harusnya aku yang kesel kok jadi kamu sih."

Bagaimana Rais tidak kesal? Hal gila yang terjadi padanya dan Lulu semalam hanya dia saja yang mengingatnya. Sulit dipercaya.

"Nanti aja gue jelasin, makan dulu." ucap Rais sembari membawa dua piring yang berisi nasi goreng ke meja makan. Lulu hanya memperhatikan pergerakan Rais bingung dan menuruti saja pintanya.

Wanita cantik itu duduk di kursinya. "Emangnya apa terjadi sama aku semalam?"

"Habisin makanan lu dulu, setelah itu baru gue jelasin." balas Rais.

Lulu hanya menatap wajah suaminya lekat. Apakah hari ini ada hal yang spesial? Tiba-tiba saja pagi ini Rais memasak untuknya. Lulu secepat mungkin menghabiskan makanannya, karena ia benar-benar penasaran apa yang terjadi semalam. "Aku udah selesai." ucap Lulu dalam keadaan mulut penuh terisi dengan makanan.

"Gue belum." singkat Rais sembari mengunyah makanannya.

Wanita cantik itu hanya menghembus napasnya kasar. Ia hanya memanyunkan bibirnya bosan sembari menunggu Rais menghabiskan makananya.

Pria tampan itu membawa piring kotor miliknya dan milik Lulu ke wastafel. "Apa pertanyaan lo tadi?" ucap Rais sembari duduk ditempat semula.

"Semalam aku ngapain, kak?" tanya Lulu penasaran.

"Semalam lo mabuk."

"Terus pakaian aku?"

"Lo yang ganti sendiri karena dress lu kena muntah lo. Oh iya, gue juga kena." ungkap Rais.

"Hah? Serius?" ucap Lulu tak percaya.

"Serius."

Rasanya ingin sekali Lulu menghilang saat ini setelah mendengar penjelasan dari suaminya. Ia pun menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya. Rais menatap heran wanita di hadapannya itu. "Ngapain lo begitu?"

Lulu tak menggubris pertanyaan Rais.

Rais terkekeh melihat istrinya saat ini sedang malu-malu didepannya. "Dih, lo malu ya?"

"Nggak, siapa bilang." balas Lulu.

"Sok sok 'an malu lu. Padahal malam tadi lu yang paling nggak malu-malu."

Lulu melihat kearah suaminya bingung. "Maksud kamu?"

"Lo beneran nggak ingat ya, sama apa yang lo perbuat ke gue?"

"Ya nggak ingat lah, kak. Kalo ingat nggak mungkin lah aku nanyain kamu." decaknya.

Rais bersandar dikursinya sembari bersedekap dada. "Lo malam tadi paksa gue buat tidur bareng sama lo."

Lulu megkerut dahinya tak percaya dengan yang di ucapkan suaminya. "Nggak mungkin. Biasanya 'kan kamu yang paksa aku tidur bareng kamu."

"Kalo kata lo nggak mungkin, terus ini apa? Masa gue sendiri yang bikin? Aneh dong." tunjuk Rais pada lehernya yang penuh dengan bercak kemerahan.

Mata Lulu terbelalak sempurna dengan kedua tangan membungkam mulutnya. "Hah? Itu aku yang... " Rais berdehem.

Lama sekali Lulu terdiam dari posisi duduknya. "Berarti aku udah itu sama-" ucap Lulu ragu-ragu.

"Udah." potong Rais tanpa pikir panjang.

Hah demi apa pikir wanita cantik itu, dia udah-. Tapi, tunggu dulu. "Ih... Kok kamu curang sih, kak?" kesal Lulu.

"Heh, kalo nggak lo maksa gua semalam gua nggak bakal ngelakuin ya." jelas Rais.

"Ah yang bener aja kamu, kak. Bukannya kebalik?" goda Lulu.

"Udah gila lo ya." Rais memicing matanya.

Lulu hanya tertawa melihat reaksi Rais yang menurutnya lucu.

"Malah ketawa. Gajelas banget." kesal Rais.

Lulu tak henti-hentinya tertawa ketika melihat ekpresi Rais. "Aduh, capek banget. Ekpresi kamu itu loh kak."

Pria tampan itu awalnya kesal melihat Lulu yang menertawakannya. Sampai pada akhirnya ia melihat istrinya tertawa terlihat sangat cantik baginya. Tanpa ia sadari, Rais pun sedikit mengangkat sudut bibirnya ketika melihat Lulu tertawa lepas.

"Ternyata kamu bisa senyum ya, kak. Kirain aku kamu nggak bisa." sindir Lulu tiba-tiba.

Rais pun tersadar dari kegiatannya yang tidak disengaja. "Nggak, gue nggak senyum." bantah Rais sembari mengalihkan pandangannya dari Lulu.

"Tuh tuh, kamu salting." tunjuk Lulu antusias.

"Dih, siapa juga yang salting."

"Oh nggak iya, oh." ejek Lulu.

"Gue nggak senyum tadi ya, gue juga nggak salting. Gue cuman liat nyamuk, nih." Rais menggerakkan tangannya tak karuan.

"Iya deh, aku percaya kok." kekeh Lulu.

"Eh nggak ya."

Ruangan dapur tersebut terdengar nyaring di penuhi oleh berisik dua insan tersebut. Pagi ini Lulu sangat merasa senang dengan perlakuan Rais padanya. Pria itu juga sudah berani menunjukkan senyum manisnya pada Lulu.

"Semoga ini awal yang baik, kak."

-




Old Money [𝐄𝐍𝐃]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang