{BAB 3} TERSIKSA

140 65 3
                                    

Teriknya matahari mulai menghangatkan tubuhku, kini waktu menunjukkan pukul 09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Teriknya matahari mulai menghangatkan tubuhku, kini waktu menunjukkan pukul 09.45 WIB dimana seluruh para murid berhamburan pergi ke kantin untuk melaksanakan jajan atau hanya bercanda gurau. Begitupun dengan diriku, langkahku gontai karna sejak semalam aku belum mengisi perutku dengan apapun.

Aku menemukan kursi yang kosong, dan berniat untuk duduk dan menyantap semangkuk bakso dan ditemani segelas es teh uh sepertinya nikmat sekali.

Belum sempat aku mendudukkan pantatku, tiba tiba ada yang mencekal lenganku sangat keras. Menariknya dengan paksa dan berhenti di kamar mandi yang letaknya tidak jauh dari kantin.

Byuurrrrrrrrr

Belum puas dengan menyiram tubuhku dengan air kotor kini Nara mendorongku hingga tepat menyentuh dinding kamar mandi dan segara menutup pintu dan menguncinya dari arah luar.

Aku hanya duduk terdiam.
Kruk kruk kruk
Terdengar jelas suara dari arah perutku.
Ah sial aku bahkan tidak sempat minum air putih di kantin.

Aku menangis cukup lama. Aku menatap diriku yang lemah dan tidak bisa berbuat apa apa.

Hingga aku mendengar banyak suara dari arah luar. Tidak mungkin mereka tidak mendengar suara tangisan seseorang dari dalam.

Bruukkkk

Pintu terbuka, aku melihat sosok Megan di hadapanku, yang berusaha mendobrak pintu menggunakan kakinya. Megan menarik lenganku dan membawa ku ketaman belakang.

"Sejak kapan?? Gue rasa Lo udah cukup lama kaya gini. Lapor guru!! Perundungan ga baik untuk mental lo," pinta Megan.

Lalu Megan mengeluarkan roti dan memakaikan jaket nya untukku.

"Gue tau Lo laper."

Sepulang sekolah, aku berjalan sendirian seperti biasanya. Megan menghampiriku dengan motornya yang kini sudah terparkir di sampingku.

"Gue antar!!" pinta Megan.

"Ga perlu rumah gue disana," ucapku asal dan menunjuk arah sembarangan lalu melangkah kembali dengan cepat.

"Masih jauh?? Lo bohong ya."

Tanpa berbicara aku langsung menaiki motor Megan. Entah apa yang membuat ku langsung berubah pikiran.

Sepanjang jalan aku hanya terdiam begitupun dengan pria yang kini membawa motor gede berwarna putih tulang yang sedang aku naiki.
Ia hanya bertanya dimana letak rumahku, dan aku pun memberitahu lewat isyarat tangan.

Megan menghentikan motornya, aku bisa melihat ada seorang pria paruh baya yang menungguku dengan tongkat baseball ditangannya. Dia adalah ayahku pria tempramental yang tidak segan segan untuk menyiksaku kapan pun itu.

Bug bug bug bug

Bahkan Megan aja belum pergi. gue malu
Batinku.

Tanpa ampun ayahku terus memukul punggungku dengan sangat keras. Ini adalah aktifitas gila yang selalu ia lakukan kepadaku.

Aku menatap Megan yang kini ia pun sedang menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

.
.
.
.
.


Tinggalkan jejak guys 💋

STAY HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang