{BAB 9} PERIH

88 47 5
                                    

Dara POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dara POV

Tanganku meremas ujung tali tas dengan kuat. Kakiku melangkah dengan sangat pelan tidak bisa dipungkiri sejak kejadian di Pantai kemarin Megan menjadi sangat dingin dan cuek. Bahkan kali ini ia melangkah lebih cepat hingga menimbulkan jarak yang cukup jauh. Aku memang tidak tau diri, tapi aku benar benar tidak terima dengan perlakuan yang Megan berikan. Tanpa sadar kini tubuhku diseret menuju gudang yang biasa menjadi tempat diriku disiksa habis habisan. Bibirku hanya bungkam. Rasa sakit di diamkan oleh Megan mengalahkan segalanya.

"Heh jalang. Gue ga pernah ya ajarin Lo kabur kaburan kaya kemaren, berani Lo bolos bareng anak baru itu hah??"

Tangan kanan kekar Nara menarik paksa rambutku tanpa rasa kasihan sama sekali. Pipiku terus terusan di tampar dengan sangat ganas. Seolah olah ia tidak ingin membiarkan tangan kirinya tidak bekerja.

"Kak aku cape harus kaya gini terus." Untuk pertama kalinya aku memanggil ia dengan sebutan Kaka, hal itu membuat Vania celingak cekinguk memandang kearah luar, takut ada yang mendengar percakapan mereka.

Nara yang sadar langsung menutup pintu gudang menggunakan kakinya. "Aman sayang ."

"Hah sayang?? Maksudnya kalian pacaran gitu??" ucapku pelan dan sangat ragu.

"Bukan urusan Lo jalang." Kini Ia mengambil handphone dan memotret wajah Dara dengan pipi yang sudah bengkak dan membiru. Dan tidak lupa ia kirimkan ke Aurora.

Aurora Kaya🤤

Udah gue TF duit bayaran Lo .

Vania tersenyum girang membaca balasan dari Aurora. Dan kini ia meninggalkan Dara sendirian.

***

"Dara kamu baik baik saja??" tanya seorang guru yang tiba tiba berhenti menjelaskan pelajaran ketika melihat pipi Dara yang sedikit aneh.

Aku hanya menunduk. "Tidak apa apa Bu tadi saya hanya terjatuh."

Aku melirik Megan yang benar benar tidak peduli kepadaku. Matanya menghindar setiap bertemu mataku.

"Berani Lo main main sama gue. Mau gue sebar fakta kalo nyokap Lo adalah jalang hah."
Bisikan Aurora membuat bulu kudukku merinding.

"Gue udah selesain tugas Lo tapi Vania ambil kertasnya." Aku mencoba membela diri.

"Gue ga peduli siap siap Lo akan menjadi perbincangan hangat gosip hari ini."

Dan benar kini unggahan fakta bahwa ibu kandung Dara adalah seorang jalang yang sudah menghancurkan keluarga Aurora, bahkan foto sang ibu dipasung juga tersebar di seluruh media sosial.

Sepulang sekolah aku melihat seluruh mata memandang ke arahku dengan Jijik seolah olah aku adalah tai yang harus dimusnahkan.

Oh jadi ini alasan Aurora dan geng nya bully dia, menurut gue wajar.

Ibunya jalang biasanya anak nya ga jauh beda tuh.

Hati hati yang punya pasangan nanti di rebut sama anak jalang.

Anak jalang ga pantes buat sekolah disini.

Sampah yang hanya mengotori sekolah.

Dih sok cantik.

Dan masih banyak lagi cacian yang ia dengar sepanjang jalan. Kini ia benar benar bingung harus pulang kemana, pulang kerumah takut disiksa ayahnya, pulang ke kosan Megan ga mungkin. Ia berfikir untuk mengunjungi tempat tinggal Vania untuk menyelesaikan semuanya. Jaraknya lumayan jauh jika ditempuh dengan jalan kaki.

"Semoga Kak Vania ga marah aku kesana sekarang tiba tiba."

Ngeng ngeng

Motor Megan melewati ku dan meninggalkan asal asap yang berterbangan. Kini punggung nya sudah pergi menjauh.

"Ah ya udahlah ngapain juga dipikirin." Monolog ku dengan sedikit kecewa.

***

Akhirnya aku sudah sampai tepat di depan rumah milik Vania dan aku memberanikan diri mengetuk pintu.

"Iya bentar."

Ceklek

" Ada apa Lo kesini jalang?? Gausah bikin gue nambah stres bisa ga??" Vania menutup pintu namun gagal karna tanganku kini memiliki keberanian untuk menahannya.

"Aku minta maaf kak kita bisa selesain ini semua kita lupain kejadian itu, aku ga punya siapa siapa lagi selain kakak."

Air mataku lolos meluncur sangat deras mengingat masa masa kelam yang sudah lama terjadi.

"Lupain Lo bilang?? Hah?? Setelah apa yang udah terjadi, hidup keluarga gue hancur bahkan sampe nyokap gue bundir karna suaminya selingkuh dengan adik kandung nya sendiri selama bertahun tahun lamanya. Lo bilang lupain ?? Gila Lo !!"

"Tapi aku bukan mama kak, aku tetap aku. Sepupu kamu bahkan aku adik kamu, ayahku ayahmu juga." Suara lirihku bercampur dengan Isak tangis yang tak bisa terbendung lagi.

"Aku ga pernah minta dilahirkan dengan cara yang seperti ini kak!! Aku hanya ingin memiliki keluarga."

"Tapi Lo tinggal bareng ayah selama ini Dara. Kurang apa lagi hm??" Mata Vania terlihat terpejam dan berusaha menutupi air matanya yang akan keluar.

"Ayah gapernah berubah dari dulu, selalu tempramental dia sering mabuk dan terus terusan manggil nama Tante Raya dan nama kamu kak. Dia sama sekali ga pernah anggap aku ada. Aku selalu dianggap sebagai Disa ibuku, jalang yang sering kau sebut sebut itu." Aku berbicara dengan penuh penekanan di setiap kata katanya. Menahan sesak yang sudah ku tahan selama bertahun tahun lamanya.

"Gue ga peduli lebih baik Lo pergi dari sini."

Tanpa Vania sadari kini ia sudah menangis tersedu sedu. " Mama aku kangen mama."

Sedangkan Dara melangkahkan kakinya untuk menjauh, setidaknya ia berhasil mengeluarkan unek unek yang selama ini mengganjal.

"Naik." Suara berat Megan membuyarkan lamunan Dara.

"Megan Lo ngapain disini?? Lo ngikutin gue??"

"Banyak tanya. Buru naik atau gue tinggal."

.
.
.
.
.
.
.

Jadi sebenarnya Vania anak baik ya ges ya cuma karna keadaan dia jadi kaya gitu karakternya.🔥














STAY HERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang