Rooftop Biyan dan Tala

844 65 12
                                    

i swear you'll like it


'''

Pagi ini, sepertinya mood Biyan lagi jelek.
Buktinya ialah kini Biyan berjalan di lorong sekolah dengan langit yang bahkan masih gelap. Alias Biyan bangunnya kepagian.

Salah satunya karena Corydoras dibawa Dara. Agak tidak rela tapi yasudah lah. Namanya juga hidup, pasti ada perpisahan:(

Hari ini Biyan Rencananya mau tidur di kelas sebentar. Tapi pas masuk kelas, ia malah bertemu lelaki yang kemarin di parkiran.

IYA! TALA SANDRA!!

Kini yang Biyan hanya melangkah masuk ke dalam kelas yang sepi itu tanpa memedulikan rasa malu yang menghantuinya. Mata keduanya bertabrakan dan karena itu, Biyan mau gak mau membuang pandangan matanya jauh-jauh agar tak lagi bertabrakan dengan miliknya.

Biyan mengambil langkah dan duduk di bangkunya. Bangku Tala berada di belakang, jadi Biyan bisa leluasa ngapain aja tanpa harus berurusan dengan anak itu.

Tapi baru saja duduk, hawa di kelas kok rasanya gak enak, ya.

Rasanya ada yang menatap Biyan lamat-lamat dan itu bikin Biyan takut juga gak nyaman.

Biyan menoleh ke belakang, dan benar saja. Mata tajam itu tertunjuk ke arahnya. Bak akan menerkam, mata itu tersorot pada Biyan membuatnya bergidik.

Apakah Biyan ada salah dengan Tala?

"Heh, Yoroshiku onegaisimasu? Maksudnya apaan?" Biyan memaki Tala dalam hati. Kenapa coba dia harus membahas itu. "Y-ya kan kita mau dihukum bareng-bareng, jadi.." Biyan menutup mulutnya rapat-rapat diakhir kalimat. Tak kuasa melanjutkannya karena khawatir akan mengatakan hal yang memalukan.

Akhirnya, Biyan kembali menegakkan tubuh, mencoba mencari kesibukan tanpa memedulikan tatapan tajam dari Tala.

Biyan menghembuskan napas mencoba bodoamat. Tapi, rasa seperti di tatap tajam itu terus saja terasa. Hingga kelas mulai ramai, dan Dara mulai terlihat batang hidungnya.

"Eyyoww kotchelaahh," Dara masuk dengan suara lantangnya. Si Extrovert itu membuat satu kelas bergetar dengan suaranya yang menggema. Tapi suara lantang itu justru membuat Biyan menghela lega.

"Buset Yan pagi amat sekolah nya" Biyan diam tak menjawab. Ia menatap Dara yang duduk di bangku belakangnya. "Hukuman gua hari ini apaan?" Dara menjentikkan jarinya.

"Nanti jam terakhir kelas 10 mau pakai lab ipa, dan gua udah suruh biar gak usah dibersihin. Nah itu hukuman dari gua," mata Biyan membola terkejut dengan hukuman pertamanya.

Tapi Biyan lebih terkejut pas tau Dara mengetahui jadwal pelajaran anak kelas 10. Di atas extrovert ada Jendara Mulyono. Camkan! Camkan sigandeulka, man na suiselka - lee mujin

"Dar, lo gak tau kalau lab itu penuh cerita mistis? Lo gak tau kalau kerangka tulang di lab ipa bisa bergerak?" Dara terkekeh mendengarnya. Ia menatap Biyan balik.

"Ajak aja kerangkanya bersih-bersih. Kan bisa gerak." Setelah itu, tawa Dara memenuhi isi kelas dengan Biyan yang merengut.

"Yaudah ntar temenin gua tapi" Dara membuka tempat pensilnya.
"Gak, gua sibuk" jawaban Dara itu bikin Biyan kesel yang akhirnya hanya bisa Biyn terima.

"Toh hukumannya sama si Tala. Jadi lo gak sendirian." Biyan menghela

"Bahkan kalau gua bisa milih, gua lebih pilih ngajak kerangka tulang bersih-bersih bareng gua"

Tala lebih serem ketimbang kerangka di lab ipa:(((

**
Tak terasa, bel istirahat kini terdengar. Para murid sudah berlarian keluar kelas. Kecuali Biyan. Dia kini sedang membereskan buku-bukunya. Kalau Dara? Bocah terlalu extrovert itu bahkan sudah di luar kelas menyapa teman-temannya yang bahkan baru 5 menit ia temui.

Karena lapar, Biyan akhirnya memutuskan keluar kelas. Kini kelas sudah sepi, dan hanya menyisakan murid perempuan yang lagi ngegosip di ujung kelas. Biyan juga melirik bangku Tala yang sudah kosong, ntah kemana si pemilik bangku itu pergi.

Biyan melangkah kaki menuju tangga. Tetapi, gerakannya terhenti kala Bu Burru atau Bubur datang menghampiri. "Eh, Rabi bantuin anak kelas 10 sini," suruh Bubur pada Biyan yang kebingungan.

Ngeliat Biyan yang berdiri doang, Bubur menarik lengan Biyan menuju ujung lorong yang terdapat tangga menuju roof top. "Nanti ibu kasih nilai plus" Biyan diam melihat anak-anak kelas 10 yang akan mengangkut meja dan kursi bekas ke atas rooftop dari lantai dua.

Biyan mau gak mau mengangguk.

Bu burru pun pergi dari situ. Biyan kini malah memperhatikan bagaimana para murid kelas 10 yang badannya kecil-kecil tapi mau ngangkut meja dan kursi ke lantai atas atau rooftop.

"Eh kalian bawain yang dari lantai dua aja, biar gua yang bawa ke atas," tiga orang kelas 10 itu mengangguk setuju, lalu cabut dari sana menuju lantai dua. Biyan menghembuskan napasnya, mencoba mengambil tenaga.

Kursi dan bangku tunggal ini cukup ringan, hanya saja harus tetap berhati-hati kalau gak mau jatuh dan terluka.

Biyan melangkah pelan menuju tangga kala satu meja dan kursi berhasil ia bawa. Kaki kanan kirinya menuntun hingga Biyan berhasil sampai di lantai teratas.

Baru saja hendak berjalan lagi dan menyimpan meja dan kursi, Biyan malah menemukan seseorang yang kini terlihat Tengah meminum minuman kaleng dengan seragamnya yang acak-acakan. Biyan kenal itu siapa.

Biyan menatapnya, hingga pandangan mereka bertabrakan. Anehnya, saat mata mereka bertabrakan, Tala malah terlihat kaget dan setengah panik. Biyan menghela, lalu duduk di atas meja yang baru saja ia bawa.

"Ngapain lo di sini?" Tanya Biyan. Tala tak menjawab, ia malah membuang wajahnya ke arah lain. Hal itu membuat Biyan berdecih, lalu membalikkan tubuhny.

Saat hendak berjalan menuju pintu ke arah tangga, Biyan mendengar suara pemantik api yang akan dinyalakan. Karena hal itu, Biyan reflek menoleh pada Tala. Dan benar saja, Tala hendak merokok di sini.

Karena hal itu, Biyan berlari mendekati Tala dan segera mengambil rokok itu dari mulutnya. Setelah berhasil mengambil rokok dari mulut Tala, Biyan dengan cepat membuangnya ke asal tempat.

"Lo gila, ya ngerokok di sekolah? Lu mau masuk Bk? Lu mau kena hukuman?" Biyan menatap Tala, dan Tala menatap mata hitam legam milik Biyan. Tala tak menjawab, ia malah mengamati wajah Biyan yang kini sedang mengomel.

Biyan menghela merasa omelannya tak didengar."gatau ah," Biyan membalikkan tubuhnya hendak pergi dari sana.
Tapi, sebuah tangan menahannya. Ia melirik Tala yang menahannya pergi.

Tala tersenyum "Tungguin gua di lab ipa sepulang sekolah. Ada yang mau gua ucapkan," Biyan diam termangu. Entah kenapa, Biyan tiba-tiba saja tak bisa bergerak dan bahkan mata Biyan kini berpusat pada wajah Tala yang cukup tampan itu.

Memikirkan hal-hal aneh kala mata Biyan dan Tala saling bertemu. Otak Biyan seakan menyuruhnya untuk membawa Tala ke--

"Kak Biyan!! Meja nya masih banyak!!" Teriak seseorang menyadarkan keduanya, atau lebih tepatnya menyadarkan Biyan. Otaknya benar-benar gak beres.

Kelabakan, Biyan pun membalikkan tubuhnya, berjalan menuju pintu. Tapi sebelum masuk ke dalam pintu, Biyan melirik Tala. Rasanya, yang tadi itu terasa asing dan baru. Rasanya, Biyan ingin menyuruh Tala untuk...

"Bantuin gua kek anjir!" Tala pun mengerti, dan berlari menuju Biyan dengan senyuman yang tersungging.

"Aduh, kenapa dia manis banget, sih?!"

"Apa gua bilang ke Jendara untuk memperpanjang masa hukuman? Gua suka situasi kayak tadi,"

"Duh, pen berak,"

^-^ bersambung

Dare Dari Dara | TaesHan/GongFourzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang