otak berkata

570 46 3
                                    


i swear you'll like it


'''

Hari semakin sore, dan rupanya hujan sudah reda, dan lampu pun telah menyala. Bahkan, Bu Burru pun datang ke lab ipa untuk memastikan Tala dan Biyan baik-baik saja.

Kini, keduanya berjalan hingga sampai di gerbang depan. "Lo pulang naik apa?" Tanya Tala pada Biyan yang kini malah diam di depan gerbang, sementara Tala hendak pergi ke parkiran.

"Gatau gua, harusnya tadi gua sama Dara," Tala mengangguk. "Bareng gua mau?" Biyan menoleh, menatap Tala. Tala tersenyum.

"Tungguin, gua ambil motor dulu," Biyan mengangguk, lalu menatap sesuatu yang mendekat.

Dan sesuatu itu rupanya mobil hitam yang kini berhenti tepat di depan Biyan.
Biyan bingung, sementara kaca mobil diturunkan membuat Biyan tahu siapa si pengemudi.

"Oi mau nebeng? Udah sore nih," rupanya itu Sean duduk di bangku depan sebelah pengemudi. Biyan celingukan.
"Tapi.." Sean menatap Biyan dengan tanda tanya, sebelum Tala dan motornya datang menghampiri.

"Tala?" Sean bertanya, lalu keluar dari mobil. Sementara, Tala menatap Sean dengan mata yang tajam bak akan siap menerkam. Biyan yang sudah tau tentang hubungan mereka, kini mulai panik saat melihat keduanya saling pandang, dalam peperangan tanpa kata.

"Eh, gua..." Biyan kini benar-benar bingung. "Gua pulang duluan," mendengar ucapan Biyan, sontak keduanya langsung menatap Biyan berbarengan. "Bareng gua aja, Yan, gimana kalau hujan lagi?" Biyan menutup mulutnya, lalu melirik Tala dengan sorot mata yang menatap Biyan tajam.

"Tala gak bawa helm, lo mau celaka?" Ucapan Sean sepenuhnya benar. Tala hanya membawa helm untuk dirinya dan tidak membawa helm lain membuat Biyan benar-benar berpikir keras.

Tunggu, ngapain juga Biyan harus berpikir keras? Toh ini hanya menumpang untuk pulang.

Biyan mengangguk menyetujui ucapan Sean. "Yaudah ayo," Sean tersenyum puas, lalu melirik Tala yang balik meliriknya dengan tajam.

Mendengar Biyan setuju, Sean pun membukakan pintu untuk Biyan, lalu ikut masuk ke dalam setelah Biyan masuk pada kursi di belakang.

Siapa yang menyetir? Tentunya supir Sean karena ia belum punya sim, dan Sean adalah seorang tuan muda. Kaca sebelah kanan dimana tempat Biyan duduk bergerak turun. "Tal, hati-hati jalannya becek!" Seru Biyan pada Tala yang kini menatap mobil yang mulai bergerak menjauh dari area sekolah.

Tala terdiam, otaknya berputar, hatinya bergetar.

Hati: "Gua--"
Otak: "Shut up, lo cuman orang luar."

Tala menghembuskan napasnya merasa panas akan momen tadi. Oke, kalau kayak gini rasanya Tala ingin kebut-kebutan. Alias, kebut-kebutan dalam mengejar apa yang ingin Tala capai.

Okay, let him go and let we see.

Tala tancap gas tanpa menyadari dua pasang mata yang menyaksikan momen tadi. Yang satu berambut panjang dan memiliki poni, yang satu berambut pendek coklat coklat berponi.

"San, gimana pendapat mu?" Ucap rambut panjang sebahu

"Hmmm, menarik, sangat menarik. Apa gua muncul, ya?" Ucap Rambut Pendek Coklat.

Rambut Panjang Sebahu menggeleng "Belum, bahkan hukuman mereka baru sehari. Gimana kalau pas nickname Taesan udah diluar batasnya aja?"

Rambut Coklat Pendek melirik dengan ujung mata pada Rambut Panjang Sebahu. "Apasi orang kita ngomongin Nickname Taesan kok malah bahas batasan?"

Dare Dari Dara | TaesHan/GongFourzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang