Bonus

368 27 3
                                    

Siang terik menyinari hari selasa di sebuah kedai mie di ujung jalan pada pertengahan bulan ini.

seorang lelaki berambut panjang seleher tengah sibuk membersihkan meja-meja di kedai yang nampak sepi. lelaki itu mengusap kebelakang rambutnya yang dirasa cukup basah karena keringatnya.

"Hari ini sepi, ya." ucap seorang pria paruh baya dari arah belakang. pria itu kini tengah bersandar pada tembok kedai miliknya.

Biyan mengangguk. "Sore pasti rame, Pak." ucap Biyan dan diangguki pria paruh baya itu.

Pria itu melirik Biyan yang masih membersihkan isi kedai. ia menghembuskan napas. "Hei nak. kenapa kamu gak pacaran aja? ngedeath sama pacar gitu. kayak anak-anak muda lainnya." ucap Bapak Pemilik Kedai.

Biyan tersenyum simpul.

"Nge-date pak. date, bukan death." ucap Biyan mengoreksi Bapak Pemilik Kedai atau kerap Biyan panggil Pak Agus. Pak Agus mengangguk saja. 

Biyan terdiam lagi. "Sibuk, Pak. Biyan gak ada waktu." jawabnya. Pak Agus memukul pundak Biyan dengan handuk mini nya. ia merasa ucapan Biyan tak benar.

"Sibuk apanya kau? Ke kampus aja seminggu sekali, kedai saja sepi, yang kau lakukan cuma bersih-bersih tempat yang udah bersih!" ucap Pak Agus sembari berkacak pinggang. Biyan cuma nyengir-nyengir dengernya.

setelah masuk universitas, entah mengapa Biyan merasa memiliki kepribadian baru. mendapatkan suasana baru, dan...seseorang yang baru.

"Padahal pas SMA kamu anaknya ceria, loh. kemana-mana bareng si jendar, sama si siapa sih namanya?" Ucap Pak Agus membuat Biyan ikut berpikir.

Pak Agus mengacungkan jarinya ke udara. "Oh, Ta...ta...Tahu?" Biyan terkekeh mendengarnya. ia duduk di kursi pelastik di sana.

"Tala, Pak." ucap Biyan. Pak Agus mangut-mangut. "Oh iya! Tala! si kasep itu!" ucap Pak Agus. mendengar nama Tala di sebut kembali, entah mengapa Biyan menjadi sendu.

"Apa kabaranya anak itu?" tanya Pak Agus. Biyan tersenyum simpul.

"Tak tahu, Pak."

**

Sore benar-benar datang. dan kedai benar-benar ramai dengan pengunjung. Biyan melayani satu persatu pelanggan yang berdatangan hingga membuatnya sedikit kewalahan. tapi saat akan menyambut pelanggan yang datang, Biyan malah termangu, menatap seseorang yang datang.

seorang wanita cantik berpakaian rapi datang sembari melambaikan tangannya. Biyan tersenyum penuh. ia berjalan menghampiri sang wanita lantas memeluknya.

"Apakabar? Iyan?" ucap wanita itu. Biyan mengangguk, lalu melepaskan pelukannya.

"Bukannya masih sekitar dua minggu lagi di vietnam?" tanya Biyan pada wanita itu. si wanita menggeleng pelan. "Kamu gak kangen sama aku?" ucap si wanita. Biyan terkekeh lalu membawa si wanita untuk masuk ke dalam kedai dan mempersilahkan duduk di suatu bangku.

"Selamat datang, nak Hani." sapa Pak Agus pada wanita yang bernama Hani itu. ia dan Biyan sangat dekat semenjak menginjakkan kaki di kampus yang sama. tapi Hani izin untuk ke Vietnam karena suatu urusan.

Hani tersenyum ramah menanggapi sapaan Pak Agus yang langsung kembali ke dapur. Biyan duduk di bangku depan Hani yang kini menatapnya sembari memangku kepalanya di atas meja. Biyan ikut tersenyum melihatnya.

"Udah ada kabar tentang Tala?" percakapan pun dimulai dari suara Hani. Biyan diam, ia tersenyum kaku. "Belum," jawabnya pelan. ia sedikit menunduk memainkan jarinya di atas meja.

Hani menghela napas, ia ikut cemberut.

"Aku harap kalian baik-baik aja," ucap Hani.

Biyan mengangguk pelan. "Thanks."

Dare Dari Dara | TaesHan/GongFourzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang