I swear you'll like it
Setelah mendengar pernyataan itu, Biyan merasa kosong. Tiba-tiba saja ia merasa bingung. Teman yang ia anggap partner ternyata memiliki perasaan lebih padanya. Dan Biyan tak menyadari hal itu.
Ia menghela, dan mulai masuk ke halaman sekolah.
Baru hendak akan berjalan menuju gedung, Biyan malah mendapati empat orang temannya tengah duduk di kursi di bawah pohon mangga.
Mereka membelakanginya. Melihat adanya Dara, Jiwa, Rey, dan Farel. Melihat punggungnya saja Biyan sudah tahu siapa aja itu.
Dan kini langkah demi langkah Biyan jalani. Hingga tersisa tujuh langkah lagi, Biyan malah diam mendengar sesuatu.
"Lo ngasih hukuman gitu ke Biyan sama Tala? Nyuruh si Biyan deketin Tala biar Sean sama lo?" Ucap Jiwa mengulangi ucapan Dara sebelumnya. Dara mengangguk enteng sembari menegak minumnya.
"Kenapa harus kayak gitu? Kan ada cara lain. Gimana kalau Tala ternyata beneran jatuh hati?" Ucap Rey pada Dara. Dara menggeleng terkekeh. Dia mengusap wajahnya.
"Lo kan satu sekolah sama Tala dulu, Rey. Lo pasti tau kan tentang Andine sama Tala dulu gimana?" Rey mengangguk diikuti Jiwa yang sudah tahu akan cerita saat SMP dulu.
"Gua kayak gitu biar Tala dijauhin lagi. Dan mungkin, Biyan juga bakal keseret." Rey, Jiwa, dan Farel terkejut mendengarnya.
"Lo gila, Dar? Lo sama Biyan kan temenan dari lama. Kenapa lo tiba-tiba kayak gini?" Tanya Farel pada Dara. Dara meremat botol minumnya. "Dari awal gua kasih hukuman ke dia, gua udah gak suka sama dia." Ucap Dara dengan nada kesal.
"Banyak alasannya. Dia selalu di kelilingi orang baik, orang-orang suka sama dia. Orang-orang perhatian sama dia, dia dapet perhatian banyak dari Sean, bahkan, Bunda gua lebih sayang sama dia ketimbang anaknya sendiri. Bunda lebih sayang sama anak haram itu." Ucapan Dara benar-benar membuat hati Biyan mencelos, ia sangat kesal dan tidak suka apa yang Dara ucapkan dari mulutnya.
"Dia itu gampangan. Disogok dikit juga ampuh dasar anak pelakor kan memang begitu." Tambahnya. Jiwa dan yang lain diam. "Tapi ucapan lo keterlaluan banget." Ucap Farel merasa begitu. Dara mengangkat bahunya tak peduli.
Biyan kini sudah mengepalkan tangannya. Urat-urat lehernya bahkan terlihat karena menahan amarahnya.
Dengan cepat, Biyan melangkah dan menarik Dara ke belakang. Dara terjungkal, jatuh dari kursi. Sang empu meringis, lalu menengok pada si pelaku.
Melihat kehadiran orang yang dibicarakan, Dara berdecak sembari tersenyum remeh.
Melihat itu, Biyan menarik kerah baju Dara hingga sang empu berdiri. Jiwa dan yang lain spontan memisahkan mereka. Dengan emosi keduanya yang membara.
"Gua gak apa-apa dikatain gampangan atau anak haram, tapi lo jangan ngatain Mama gua juga anjing!"
Buagh
Biyan berhasil meninju Dara hingga sang empu terperosok jatuh menghantam tanah.
Dara berdecih, mengusap darah yang keluar dari bibir.
Dara berdiri, menatap Biyan, lantas mengangkat tangannya yang terkepal.
Buagh.
Buagh
Dara memukul balik dengan dua pukulan hingga Biyan terjatuh kebelakang. Darah mengalir di ujung bibirnya beserta memar di rahangnya.
Dara merasa puas. Melihat Biyan yang masih di atas tanah, membuat Dara memiliki niat untuk menginjaknya. Tapi berhasil, gerakan ia dihentikan oleh Jiwa dan Rey. Sementara Farel membantu Biyan berdiri.
Tangan Biyan bergetar napasnya tak beraturan dengan tangis yang tertahan di tenggorokannya. Iya berdiri tidak tegak. Menatap Dara tajam.
"Jauh-jauh lo dari gua brengsek!" Ucap Biyan lalu melangkah pergi dari situ. Pergi dari sekolah tanpa memedulikan kantung plastik yang terjatuh di tengah lapangan. Tanpa memedulikan tas dan barang-barangnya yang masih berada di sekolah.
Biyan jalan, berniat untuk pulang. Tapi saat di gerbang, ia malah berpapasan dengan Tala. Melihat kehadiran Tala, Biyan makin emosi. Tapi emosinya itu tak ia luapkan dan malah berjalan melewatinya saja.
Tala yang melihat keadaan wajah Biyan seketika khawatir. Ingin memeriksanya, tapi Tala teringat ucapan Biyan sebelumnya. Jadilah Tala diam tak menanggapi wajah Biyan yang begitu.
Biyan pun sama, ia tak menghiraukan kehadiran Tala dan memutuskan untuk langsung berjalan pulang.
•••
Langit mulai gelap. Pakaian Biyan yang terkena debu menjadi satu saksi kesedihannya malam ini.
Bahkan kesedihannya membuatnya tak sadar sudah ada tiga kantung kresek berisi ikan cupang dan ikan koki yang tak sengaja Biyan beli saat melewati toko ikan.
••
Di rumah. Biyan berganti baju, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Menatap langit-langit, lalu ia menangis.Ucapan Dara terus terngiang-ngiang. Terus melukai hatinya.
Ucapan Tala juga terus memenuhi isi kepalanya.
Tapi entah mengapa Biyan tak bisa membenci mereka. Apalagi Tala. Ia tak bisa membencinya.
Biyan menghentikan tangisnya. Ia mengusap air mata yang berjatuhan di pipinya. Ia kini memutuskan untuk melangkah menuju ruang makan.
Di atas meja, tiga plastik berisi ikan hias itu masih tersimpan. Dengan langkah cepat, Biyan mengambil beberapa wadah untuk ikan-ikan itu.
Biyan beli dua ikan cupang di wadah yang terpisah dan dua ikan koki di satu wadah yang sama. Dua ikan cupang Biyan letak di gelas berbentuk kaleng transparan yang memiliki penutupnya. Dan satu ikan cupang lainnya ia simpan di gelas kaca yang lebih kecil. Seperti wadah selai.
Lalu ikan kokinya di tempatkan di satu akuarium yang sama dengan Corydoras dan yang lainnya. Entah mengapa Biyan membeli ikan-ikan itu padahal ikan di akuarium miliknya suda banyak.
•
Biyan meletakkan dua ikan cupang di atas meja makan. Dia diam menatap dua ikan itu yang sudah di pisahkan dan di tutup di tengah-tengahnya agar kedua ikan itu tak berantem.Biyan menatap ikan cupang berwarna merah dan biru itu.
Biyan menatapnya dengan tatapan kosong, di rumah kosong ini.
Rasanya hening sekali. Dengan lampu yang hanya menyala di ruang makan dan dapur saja.
Biyan meletakkan wajahnya di atas meja. Ia stress. Ia tak suka dengan suasana ini.
"Apa yang harus gua lakukan? Gua bahkan gak mau liat wajah keduanya." Ucap Biyan pelan pada dirinya sendiri.
"Mama..."
***
Hari sabtu. Biyan mengurung dirinya sendiri di dalam kamar. Pintu utama terkunci, pintu kamarnya pun tertutup rapat.
Biyan enggan keluar. Bahkan ponselnya Biyan padamkan setelah mendapat pesan dari Nagi kalau dia takkan datang ke rumah karena Ibu pulang lebih cepat dan akan menyambutnya di bandara.
Dan mungkin, Nagi takkan datang lagi.
Ia juga mendapatkan pesan dari Sandu. Sandu sudah mendengar bahwa ia dan Dara berantem. Ia menanyakan kabarnya, lalu tak mengirim pesan apapun.
Biyan menghela. Menyembunyikan wajahnya di dalam bantal dan menyembunyikan badannya di balik selimut.
Dia sangat tidak mood untuk keluar kamar. Masa bodo dengan sarapan dan makan, luka di wajahnya saja ia abaikan.
Entah mengapa, Biyan kehilangan semangat hidupnya. Seolah ada bagian dirinya yang menghilang. Tak ada yang menghiburnya dan tak ada yang perhatian padanya.
Sekarang Biyan baru menyadari.
Dirinya tak punya siapa-siapa.
Ia tak punya tempat untuk pulang.
Tempat untuk berteduh.Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Dare Dari Dara | TaesHan/GongFourz
FanfictionSemua terjadi karena Jendara! "Gua suka sama lo!!!" "GUA JUGA SUKA SAMA LO BAJINGAN!!!" BXB ALLERT!!! Taesan and Leehan with local name #1 Boynextdoor [07-6-24] #4 myungJaehyun [6-6-24] #1 Leehan [10-8-24