UKS

319 32 0
                                    

i swear you'll like it.



Saat Biyan berlari menuju lapangan, disana lah Biyan menemukan Tala yang tengah duduk di bawah pohon mangga. Padahal, jam pelajaran jelas-jelas masih berlangsung.

Biyan mendengus, lalu melangkah menuju tempat Tala duduk. Biyan berdiri tepat di depan Tala. "Gak ke uks?" Tanya Biyan dengan Tala yang hanya menatap orang yang bertanya.

Tak ada jawaban, Biyan pun dengan cepat menarik tangan Tala membuat sang empu berdiri dan harus melangkah di belakang Biyan.

"Kucing garong, lo tuh habis berantem! Sini biar gua obatin." Dumel Biyan menarik paksa Tuan Kucing Garong.

Tala terkekeh, ia tersenyum

"Baik, Tuan Ikan."

***

Di UKS, Biyan menyuruh Tala untuk duduk di atas brankar dan Biyan duduk di kursi yang tersedia di sana. Brankar yang lebih tinggi dari kursi membuat Biyan harus sedikit menengadah untuk mengobati luka di wajah Tala.

"Umm, Kak, biar saya saja yang obati. Kakak bisa ke kelas aja," ucap adik kelas yang kini tengah bertugas di UKS. Biyan melirik sang petugas, lalu kembali mengobati Tala. "Mending lu tidur atau main epep, ini biar gua aja." jawab Biyan meski sang adik kelas perempuan itu sedikit ragu.

Tala terkekeh tiba-tiba. ia tiba-tiba merasa senang entah mengapa. hal itu membuat Biyan heran dan langsung menekan luka di wajah Tala menggunakan kapas membuat sang empu meringis.

"Kenapa lo tekan, sih?!" protes Tala. Biyan mengacuhkan protes itu, lalu mengambil kotak plester. saat dibuka, rupanya kosong tanpa adanya sebungkus plester.

Biyan melirik petugas UKS, lalu ia menyodorkan kotak itu padanya, memberi gelagat bahwa kotak itu kosong. walau tanpa berbicara, sang petugas memahami dan langsung mencari kotak baru.

sang petugas mencari begitu lama membuat Biyan berdiri dan menghampirinya. "Gak ada?" tanya Biyan. sang petugas menggaruk kepalanya bingung. "Saya gak tahu kotak yang baru disimpan di mana." ucap Sang Petugas pada Biyan.

Biyan melirik sekitar ruangan UKS yang luas dengan dinding putih itu.

dan akhirnya Biyan mendapati kotak plester di nakas sebelah brankar yang berada di sebelah milik Tala, yang kini tempatnya setengah tertutup gorden hijau. Biyan segera ke sana, menyibakkan gorden hijau itu,  dan meraih kotak baru yang tersimpan di sana.

Biyan membuka kotak itu dan rupanya berisi plester utuh. Biyan lalu kembali berjalan menuju brankar milik Tala. baru saja keluar brankar itu, Biyan mendapati seseorang yang baru hadir di sana.

seorang murid perempuan yang kini berdiri di depan Tala dengan raut wajah super khawatir. 
"Tala? kamu berantem lagi? kok kamu gak kapok, sih?!" ucap Andine penuh khawatir pada lelaki di depannya yang nampak tak peduli.

entah mengapa, Biyan malah diam berdiri dan bukannya menghampiri.

"Berisik." jawab Tala singkat.

"Aku tuh khawatir, Tal" ucap Andine. Biyan dapat melihat tangan Andine yang terkepal dan sedikit bergetar.

"Lo khawatir sama gua apa sama Devano, hah? Gua berantem sama dia tadi pagi." Jawab Tala dengan nada kasarnya pada Andine yang nampaknya terkejut. dari jarak Biyan ini, ia jelas dapat melihat Andine dengan mimik wajah yang basah, hendak menangis.

"Bahkan pas gua sekarat, lo masih bisa bandingin gua dengan Devano yang sok sempurna itu." Gerutu Tala yang kini mulai menunjukkan kekesalannya atas kehadiran Andine yang ada di sana. Andine tak menjawab.

Dare Dari Dara | TaesHan/GongFourzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang