sesuatu di laboratorium

810 76 7
                                    

i swear you'll like it


''

Bel pulang sudah berbunyi 10 menit yang lalu. Kini, Biyan berlari kala melihat Dara yang sudah berada di luar kelas.

"Dar, temenin gua kek, ya,ya, sampai setengah beres, deh." Biyan menarik lengan Dara yang kini hendak kabur.

"Gak bisa Yan, emak gua masak udang asam manis, besok gua bawain dah," mendengar ucapan Dara, Biyan gak bisa memaksa Dara lagi. Ya karena Biyan juga mau udang asam manisnya buatan emaknya Dara;(.

Biyan pun pergi dengan mukanya yang ditekuk. Sesampainya di depan laboratorium ipa, Biyan kini berdiri di depan pintunya. Ragu untuk masuk ke dalam, setelah mendengar cerita dari Sean saat itu.

"Buka jangan?" Gumam Biyan pada dirinya sendiri. Ia ragu sangatttt ragu. Bahkan Biyan sempat berpikir bagaimana jika ia kabur aja dari sini. Tapi, otak Biyan terus menyuruhnya untuk membuka pintu.

Tangan Biyan pun akhirnya bergerak hendak menggenggam gagang pintu. Tapi, sebuah tangan dari arah belakang lebih dulu mencapainya dan membuka pintu itu dari arah belakang tubuh Biyan.

Karena terkejut, Biyan reflek membalikkan tubuhnya. Dan hasilnya, Tala dan Biyan kini malah saling berhadapan dengan tangan Tala yang masih menggenggam gagang pintu.

Bukannya bergerak, meraka malah saling mematung. Saling menatap mata satu sama lain. Bedanya, salah satu dari mereka menatap dengan detak jantung yang berdetak tidak stabil.

Mereka saling menatap satu sama lain, hingga suara seseorang memecahkannya.
"Oi, lagi main drama?" Keduanya terkejut lalu kelabakan, dan malah saling membuang muka.

"Heh?! Sean?!" Kejut Biyan kala menemukan temannya yang katanya sedang izin masuk sekolah selama seminggu. Tapi rupanya, beliau malah hadir di sekolah ini.

Seandro Hossein terkekeh. Ia berjalan menuju Biyan dan memberi sebuah paper bag merah muda dengan corak bergambar permen. "Nih, oleh-oleh. Kata Dara lo lagi di hukum di sini makannya gua kesini langsung buat ngasih oleh-oleh." Biyan menerima oleh-oleh itu.

"Makasih, tapi kenapa warna pink sih?!" Protes Biyan mengangkat paper bag itu. Sean sendiri malah nyengir. Lalu, Sean melirik Tala yang masih buang muka. "Lo juga mau, tal?" Tawar Sean.

"Gak usah." Tolak Tala mentah-mentah. Sean mengangguk "Yaudah, lagian gua gak beliin buat lo," setelah itu, Sean melambaikan tangannya hendak pergi dari sana. Biyan membalas lambaian itu, sedangkan Tala berdecih kesal.

"Sudahlah, cepat kita bersihkan lalu pulang!" Sentak Tala masih kesal. Biyan mengikuti langkah Tala memasuki Laboratorium.

Di dalam laboratorium dingin itu, Biyan malah terdiam di depan kerangka tulang manusia. Dia masih inget dengan cerita Sean saat mereka masih kelas 10.

"Tal, lo gak takut kalau ni kerangka tiba-tiba gerak? Atau tiba-tiba berpose gitu?" Mendengar pertanyaan aneh Biyan, Tala malah tertawa kencang.

"Ahahahha konyol," Biyan merengut melihat reaksi Tala.

"Gua gak bohong, kata Sean dulu di sini ada siswi yang gantung diri pake dasi, dan mayatnya gak ditemukan!" Ucap Biyan lagi. Tala yang mendengarnya makin tertawa hingga perutnya sedikit keram.

Biyan berdecih. "Jangan-jangan lo juga percaya kalau sekolah ini dulunya bekas rumah sakit?" Tambah Tala. Biyan mengambil sapu, lalu melirik Tala.

"Bukannya dulu sekolah ini bekas tanah kuburan, ya?" Pernyataan itu tak bisa Tala tahan untuk tidak tertawa. Benar, Tala tertawa terbahak-bahak hingga harus mengusap air matanya yang keluar.

Dare Dari Dara | TaesHan/GongFourzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang