Ruang olahraga Tala Biyan

267 28 0
                                    

I swear you'll like it

pelajaran olahraga kini dimulai. yang tadi di kelas itu bilang aja lagi biefering. bipering. beafering. biring. itulah.

dan kini Biyan sudah memakai seragam lengkap. yang belum lengkap hanya hukuman telat masuk pelajaran aja. emang hidup Biyan kalau gak mie ayam ya hukuman. nasib.

hukuman ringan, sih. tapi tetep aja hukuman tetaplah hukuman!

Biyan akhirnya menjalankan hukuman, yakni membawa empat matras dari ruang olahraga seorang diri. Biyan berjalan menuju ruang olahraga dengan malas dan penuh caci maki karena kesal. lah salah sendiri telat!

langkah demi langkah Biyan lalui hingga ia sampai dan membuka pintu besi ruang olahraga. Biyan masuk, lalu mendobrak kencang pintu itu hingga tertutup rapat.

"Huftt! kok gua gak kapok ya? kena hukuman mulu! udah tau matras tuh berat!" dumel Biyan sembari berkacak pinggang  di depan pintu tanpa menyadari ada seseorang yang terbangun akibat suara kencang pintu itu dan suara dumelan Biyan. Biyan menengok ke sebelah tempat ia berdiri karena merasa ada pergerakan dari sana.

Biyan terkejut reflek mundur pas ngeliat ada Tala baru bangun tidur. matanya aja masih sipit. Biyan tersenyum kaku, Tala diem menatap Biyan. tatapan Tala sangat dingin membuat Biyan merinding.

"Tal, minggir dong, matrasnya mau dipake," suruh Biyan tapi Tala diam tak menjawab masih menatap Biyan tajam.

Tak ada jawaban dari Tala membuat Biyan kesel apalagi hari ini habis kena apes. Biyan mundur bikin punggungnya nyender ke lemari besi yang ada di belakangnya.

"Tal, pulang sekolah lo mau kemana? Gua--"

Corong segitiga berbahan plastik yang berada di atas lemari bergetar akibat gerakan Biyan. Hal itu membuat corong-corong segitiga mau tak mau harus jatuh dan harus menimpa kepala Biyan.

Hanya saja, Tala segera bangkit dan menahan corong itu agar tak jatuh dari tempatnya. Tanpa menyadari bahwa sepatu mereka sudah saling bertemu. Biyan kaget dengan gerakan Tala yang tiba-tiba itu. Kepala Tala menengadah, lalu berjinjit sembari mendorong corong itu agar kembali ke tempatnya. Lalu Tala menyadari sesuatu. Ia menengok pada Biyan yang tepat berada di hadapannya.

Iya tepat dan sangat dekat.

Apalagi tangan Tala yang masih terangkat menyentuh atas lemari yang entah mengapa tiba-tiba saja ia tak bisa menurunkan tangannya itu.

Di jarak sedekat ini, bahkan hidung keduanya bisa saja bersentuhan. Biyan terkejut, lalu tanpa sadar memperhatikan seluruh inci wajah Tala yang begitu sempurna. Begitupun dengan sebaliknya.

Tanpa tahu salah satu hati berdebar tak karuan.

"Tal! Muka lo!" Kejut Biyan sembari menangkup wajah Tala yang baru ia sadari penuh dengan luka dan memar. Apalagi yang paling mencolok ialah ujung bibirnya yang masih luka.

Tala berdehem reflek melangkah kebelakang. "Gua gapapa." Jawab Tala merasa canggung. Biyan cemberut masih memperhatikan wajah babak belur Tala. "Gelut sama siapa lo?" Tanya Biyan. Tala melirik lelaki di depannya.

Ia tersenyum "Banyak," Jawab Tala singkat lalu duduk di atas matras. Biyan memutar bola matanya "Oh iya, lo belum jawab pertanyaan gua," Ucap Biyan membuat Tala diam mengalihkan pandangannya. "Pertanyaan apa?" Tanya balik Tala.

"Lo pulang sekolah mau kemana?"

"Pulang lah,"

"Pulang kemana?"

"Ke rumah."

"Boleh ikut? Gua gak punya rumah."

Tala terkekeh mendengar jawaban Biyan. "Lo gelandangan?" Biyan menghembus napasnya kasar. Emang ngomong sama Tala kudu bawa filter karena beliau kalau ngomong asal bunyi.

Dare Dari Dara | TaesHan/GongFourzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang