Chapter 42 : Kabar Gembira

422 38 16
                                    


Yang semalam begitu indah...

Dia berhasil. 

Telah berhasil melamarnya.

Armin masih memejamkan mata dan tersenyum dalam tidurnya.

Dia ingat bagaimana bulir air mata kebahagiaan itu mengalir di pipi istrinya, dan mereka saling berpelukan.

------

Sinar matahari pagi masuk melalui celah tirai kamar.

Ketiganya masih tidur. Armin tidur dalam posisi masih memeluk Annie dari belakang, sementara Annie memeluk Elma yang tertidur dengan bonekanya. Mereka seperti keluarga kecil yang damai, angin pagi diluar sampai terdengar sampai kedalam kamar ini.

Armin mulai terbangun, dia membuka matanya dan mendapati bahwa sekarang sudah pagi, pukul berapa ini? matanya melirik ke jam dan sekarang pukul 8.

"hah!"

Dengan nafas hampir tercekat, Armin langsung terbangun.

Oh tidak... dia kesiangan. kenapa tidak ada yang membangunkannya? Begitu ia melihat Annie yang masih pulas dengan Elma, Armin menyadari bahwa tidak ada yang bangun lebih awal, kemudian dia langsung mengusap-usap rambut pirangnya yang berantakan. Entah mengapa, rasanya sulit untuk bangun dengan hawa udara sesejuk ini di Marley.

Sambil menghela nafas ringan, Armin melirik ke Annie dan Elma yang masih tidur pulas. Senyum terukir di bibirnya,  Bahkan sejak pertama kalinya Armin membawanya ke Marley, Annie nampak bahagia bisa pulang ke kampung halamannya.

'Akan lebih baik tidak membangunkan mereka sekarang' gumamnya. Armin beranjak dari kasurnya dan keluar dari kamar.

-------

"Eh, kemana tuan Leonhart?" Armin bertanya-tanya.

Suasana di dapur sangat sunyi, dimeja makan hanya tersedia tiga mangkuk makanan instan dengan satu kertas kecil yang menempel dipinggirannya. Armin mengambil secarik kertas tersebut, kemudian membacanya. tertulis bahwa:

'Aku harus pergi kerumah temanku pagi-pagi sekali karena urusan, jika kau membaca ini, aku sudah menyiapkan makanan instan untuk kalian bertiga.'

- Leonhardt

'Ah, dia sedang pergi rupanya.' Armin jadi merasa bersalah karena terlambat bangun pagi.Perasaan khawatirnya sudah mereda karena dirinya tidak lagi merasa gugup. dia sudah mengantungi restu dari tuan Leonhart. Kini waktunya bagi Armin untuk memikirkan masa depannya bersama Annie.

Sepintas Armin teringat bahwa ia harus mengabari teman-temannya. Connie, Hanji, Jean. Armin langsung menepuk dahi, rasa sesal terlihat di ekspresi wajahnya yang masih mengantuk. 

"Ugh, seharusnya aku mengabarkan mereka lewat surat. bodoh sekali aku tidak melakukan ini."

Dan kemudian, dia mulai menulis.

------

Armin dan Anine duduk disebelah jendela apartemen kecil. Annie meminjamkan lembaran kertas dan pulpen milik ayahnya agar pemuda bermarga Arlert tersebut dapat memberikan sebuah kabar gembira untuk ketiga rekannya di Paradis. Annie kagum melihat bagaimana cara calon suaminya menulis, tulisan tangannya ternyata begitu bagus.

Sambil berbincang, Mereka berdua juga memutuskan tidak pergi kemanapun seharian.

"Baru kali ini dia sering pergi pagi-pagi dan meninggalkan catatan. Aku tidak mengerti apakah kebiasaan seperti ini sudah sering ia lakukan semenjak aku pergi."ucap Annie sambil mengangkat bahu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

New World, New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang