Chapter 32 : Rumah

3.5K 314 66
                                    



Ini hari yang baru bagi mereka

Shiganshina bukan lagi tempat yang mengerikan. bukan lagi tempat ladangnya para Titan, sekarang distrik ini menjadi lebih maju.

.

.

.

Sehari setelah ciuman tersebut, perasaan itu semakin tumbuh...

Sembari dia menuangkan segelas susu, Armin melirik keluar jendela. dia melihat aktivitas-aktivitas baru warga Shiganshina yang kini beralih menjadi Delman Kusir. dari gaya pakaian mereka saja nampaknya terlihat lebih 'necis' daripada dulu.

Shiganshina banyak berubah ya, Armin bergumam.

Armin berencana mencari rumah lagi, hari ini. baru setelah itu dia akan mengajak Annie pulang ke Marley.

Tapi ingatan akan genosida yang di lakukan Eren sepintas lewat didalam otaknya. Armin mulai sedikit takut, dia ingat bagaimana ratanya benua Marley tersebut dengan kehancuran yang jauh lebih parah daripada kejadian Colosal yang pernah melubangi dinding Shiganshina.

Bagaimana reaksi Annie jika mengetahui ini?

Armin terdiam.

"Armin?" Annie memanggil.

"Oh, kau sudah bangun?" tanya Armin.

Annie terlihat semakin membaik setelah demamnya turun. dia berjalan menuju meja dan langsung duduk di atas kursi pendek. "Apa kau akan pergi lagi?"

Armin tersenyum. "Aku masih harus mencari rumah, kita tak bisa menginap terus di kamar rumah sakit kecil ini. aku akan pergi ke blok Timur, mungkin akan ada orang yang dapat membantuku mencarikan rumah yang gratis, kuharap begitu"

"Oh?"

Yah... setidaknya Armin sudah berusaha.

"Kalau begitu... aku ikut denganmu" kata Annie.

"Eh?" Armin mengedipkan mata.

"Apa boleh aku berpergian denganmu?" tanya Annie lagi.

"Tidak bisa, kau masih harus menetap disini Annie. nanti di jalan kau sakit lagi, aku janji, aku akan pulang secepatnya kalau sudah dapat rumah. kau tidak perlu khawatir soal itu" jelas Armin sambil tertawa gugup.

"Tapi.. kau sudah banyak melakukan ini untukku" Annie menunduk. "Aku juga ingin... membantumu, Armin. bisa kau izinkan aku sekali saja?" tanya dia lagi.

Wajahnya merona merah. sepertinya dia gugup.

Armin juga ikut merasakan panas di kedua pipinya, memerah. tapi dia sadar, dia dan Annie sudah berciuman. jadi, untuk apa merasa gugup?

"Ba-baiklah, tapi.. kalau kau mulai tak enak, kita akan langsung pulang" kata Armin.

Ah, gugup tapi hatinya seperti berbunga-bunga.

.

.

.

Pagi ini cerah, hampir tak ada awan di langit. mereka pergi ke kantor Blok Timur dengan delman yang memiliki atap tertutup. butuh waktu perjalanan 30 menit untuk segera sampai kesana.

Mata birunya melihat pemandangan Shiganshina sehari-hari, mereka memang menata hidup kembali. pekerjaan mereka bukan lagi petani namun sudah banyak yang berpergian ke kantor-kantor kecil.

"Shiganshina sangat maju, aku sepertinya menerima perubahan besar ini" kata Armin, dia tersenyum.

"Bagaimana menurutmu, Annie? dunia jadi terlihat indah kalau damai seperti ini kan?"

New World, New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang