Chapter 10 : Balon Udara

3.6K 350 17
                                    


Armin berlari menuju bandara Balon udara di lapang pinggiran distrik Stohess.

Angin berhembus sangat kencang. Armin menuruni tangga bukit dan berlari lagi menghampiri beberapa warga yang sibuk memperbaiki jalan bebatuan.

Soal Balon udara di Distrik Stohess, menyimpan banyak cerita tersendiri. bahkan ketika Titan dan dinding masih ada. masyarakat mulai menerima adanya transportasi udara, memungkinkan mereka akan mudah pergi ke tempat tujuan.

Bahkan Polisi Militer berencana menggunakan Balon udara sebagai transport resmi mereka, khusus untuk wilayah Sina.

"Arlert!" seru tuan Hodch. beliau adalah mantan pilot balon udara.

"Tuan Hodch!" Armin memanggil.

"Hei? Kau nampak buru-buru. ada apa?" Tanya Hodch.

Saking kencangnya hembusan angin, Armin sampai harus memegang topi Panama-nya.

"Balon udaranya, pergi kemana?" Tanya Armin.

"Oh? Balon udara.. kemarin sudah berangkat menuju ke Distrik Trost di Maria. mereka membawa beberapa orang untuk menetap disana" ucap Hodch.

Armin tak menyangka bahwa Balon udara yang menjadi transport satu-satunya, malah pergi ke tempat lain tanpa sepengetahuan dirinya.

"Ada apa Arlert? kau nampak seperti... ada sesuatu?" Tanya Hodch, penasaran.

Armin hening sejenak, indera birunya menatap langit. jika saja kemarin dia tahu kalau Balon udara akan segera berangkat, mungkin Armin bisa menahan mereka sedikit saja untuk tinggal di Stohess dalam waktu sebulan kedepan.

Masalahnya... Annie....

Polisi militer akan menangkap Annie dalam waktu dekat.

"Aku membutuhkan Balon udara, aku berencana ingin pergi ke Shiganshina" ucap Armin.

"Oh? Jadi kau rindu kampung halamanmu ya?"

"Yahh... tapi untuk alasan lain, aku berencana membawa temanku untuk pergi ke Shiganshina" ucapnya lagi.

"Kau dan pasukanmu ingin pindah kesana?"

Armin hendak membuka mulut, tapi dia menutup lagi. entah bagaimana dia menjelaskannya, tapi Armin memang berniat memindahkan Annie ke Shiganshina, bukan bersama pasukan Pengintai.

"Sayang sekali, Balon udaranya akan menetap di Trost, Karena disini masih membangun jalan. kalau kau mau menyusul kesana, naik kereta. Lajunya lebih cepat daripada harus naik Balon udara" Hodch menjelaskan.

Naik kereta...

Itu dia!

Kebetulan Kereta di wilayah Sina sudah selesai di bangun. penggunaan Kereta telah di gunakan 2 bulan yang lalu sejak peresmian stasiun distrik Stohess.

"Ide bagus! kereta! Tempatnya baru saja di bangun! Terimakasih tuan Hodch!" kata Armin, dia langsung bergegas pulang.

"Eh Arlert! Tunggu!"

Yah, Bukan Armin namanya kalau dia tidak gampang panik.

.

.

.

*Malam hari kemudian...

Di dalam kamarnya, Armin membuka lembaran peta dinding Maria, Rose dan Sina.

Pemerintah belum membuat peta baru setelah Rumbling Titan. maka Armin mulai memperkirakan berapa jarak waktu yang tepat untuk pergi. matanya membaca setiap lajur jalan menuju Shiganshina. karena sekarang ada Balon udara dan kereta, maka jarak tempuh mereka sudah cukup singkat, setidaknya 2 hari.

Kalau misalnya dia bisa membawa Annie pergi besok dengan kereta pada saat malam hari, maka mereka akan tiba di Distrik Trost sekitar Pagi atau siang.

Maka, perjalanan di lanjutkan naik Balon udara menuju Shiganshina. mereka akan tiba sampai malam lagi kesana.

"Balon udara... jika aku membawa Annie pergi dengan ini. Mereka tak bisa menangkapnya, tapi masalahnya... belum ada waktu yang tepat untuk pergi. rencanaku masih mentah..." dia bergumam.

Armin masih ingat, jauh sebelum kejadian rumbling titan. Dia dan yang lainnya masuk ke wilayah Marley. mereka menyusun rencana hampir 4 tahun lamanya demi beradaptasi dengan mereka, mengenal gaya hidup mereka, perkembangan teknologi mereka, bahkan sifat mereka.

Kampung halamannya Annie...

Apa Armin berniat membawa Annie pulang ke asalnya?

Mereka pernah membuat kekacauan disana, Armin khawatir jika sebagian dari masyarakat Marley masih menaruh dendam pada orang pulau yang telah mereka anggap 'iblis'

Tidak, belum.

Armin sampai memegang kepalanya, pusing. dia berharap Polisi Militer tidak melakukan penangkapan dalam waktu dekat.

Jika masyarakat mengetahui bahwa Annie adalah sosok Female Titan yang sudah menghancurkan Stohess, maka mereka akan melakukan demo besar-besaran.

Tiba-tiba, sebuah selimut langsung meringkup punggungnya. Armin menoleh.

"Annie?"

Ternyata Annie yang memberi selimut. ekspresinya terlihat datar, dia seperti mengamati Armin dari tadi.

"Kau belum tidur?" Tanya Armin.

Annie melihat peta yang di pegang Armin.

"Oh? Ini... Peta, belum ada peta baru. karena dinding sudah tidak ada, mungkin ahli geografi sedang membuatnya" kata Armin.

"Kau.... tidak tidur...?" Annie bertanya balik

Eh?

Baru kali ini Annie bertanya, apa ini pertanda reaksi yang bagus?

"Annie..." Armin bergumam.

"Tidur..." ucap Annie

Armin tersenyum. "Baiklah.. Tingkahku pasti membuatmu cemas"

Melihat Annie membuat Armin terasa nyaman, tinggal satu atap dengan gadis pemilik wujud Female Titan. hanya berdua, layaknya sepasang pengantin baru yang memulai hidup rumah tangga.

Eh? Mikir apa sih?

Armin sampai menggelengkan kepala, jelas dia dan Annie belum mencapai hubungan serius. mereka hanya berciuman saja.

"Annie, aku akan memastikanmu aman. kau tidak perlu takut, selama masih ada aku. Dunia ini takkan membencimu" kata Armin.

Kalimat ini familiar, Annie pernah mendengarnya.

Kemudian, Annie memeluknya dari belakang, berbagi kehangatan dalam dinginnya malam hari. Armin memejamkan mata, sangat nyaman rasanya berada di dekat Annie.

Membawa Annie pergi dari Stohess adalah pilihan yang sulit. Di saat yang sama, Polisi Militer akan mengejarnya.

"Menurutmu.. apa kau ingin pindah ke suatu tempat? maksudku... yang lebih luas dan lebih aman?"

Annie hanya menatap Armin, dia jadi belum paham.

"Terkadang, manusia butuh tempat baru untuk membangun hidup. Jujur saja, aku berencana membawamu kesana..."

Oh...

Sepertinya Armin mulai serius soal 'Membangun Hidup'

"Ini sudah larut malam, waktunya tidur"

Armin menuntun Annie berjalan menuju kasurnya dan membaringkan dia.

"Selamat malam, Annie..." bisiknya.

Annie langsung menangkap tangan si Arlert, membuat pemuda pirang ini agak terkejut dengan reaksinya yang tiba-tiba.

"Armin... ayo... tidur" kata Annie.

Armin tersenyum. "Kau tidur duluan saja, aku masih ada sedikit pekerjaan yang belum di selesaikan. Maaf ya.."

ah, sepertinya dia memang sedang sibuk.

To be Continued

New World, New LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang