It's Stupid, I know

373 37 3
                                    

Jakarta, 17 September 2011
10.45 AM

"Wonwooooo... gue boleh pinjem pulpen lo gak? Pulpen gue abis, ini tugas gue masih banyak anjrit sialan kurang ajar nih tugas essay." Tukas Mingyu yang saat ini tengah duduk di kantin FH bersama dengan Wonwoo.

Yup, kalian tidak salah baca. Kantin Fakultas Hukum, dimana merupakan fakultas Wonwoo dan pemandangan ini nampaknya sudah tidak asing bagi mahasiswa Hukum selama hampir dua bulan ke belakang. Hal yang sama juga tentu saja terjadi di Fakultas rival sebelah, yaitu FEB atau Fakultas Ekonomi dan Bisnis.

Meskipun mengundang rasa tidak suka dan aneh dari beberapa mahasiswa lain baik dari angkatan atas mau pun mahasiswa baru, tetapi nampaknya keduanya merasa tidak peduli. Selama mereka tidak mengganggu atau pun bertengkar ya seharusnya aman saja.

"Won..." Panggil Mingyu lagi kali ini sembari mencolek-colek lengan Wonwoo. Lelaki berkacamata yang sedari tadi tengah menggunakan earphone-nya itu sontak menoleh ke arah Mingyu.

"Kenapa?"

"Pinjem pulpen... pulpen gue abis." Wonwoo menatap Mingyu dengan iba.

Pasalnya, entah apa yang terjadi di gedung FEB sana tetapi setiap pulpen-pulpen baru yang dibeli Mingyu selalu hilang dari tempat pensilnya dalam waktu kurang dari seminggu. Oleh karena itu, Mingyu berakhir selalu membawa satu buah pulpen saja setiap ke kampus.

Rumornya sih, ada penunggu FEB berupa anak kecil yang sering kali mengambil barang-barang mahasiswa seperti pulpen, pensil, penghapus, jepitan, dan sebagainya. Namun, Wonwoo merasa kasihan pada Mingyu yang selalu menjadi target penunggu itu. Padahal, dulu pertama kali ia mengenal Mingyu, ia ingat isi tempat pensilnya lengkap, ada pensil mekanik, pulpen merah, hitam, dan biru, penghapus, isi pensil, label warna-warni, bahkan ada kalkulator juga karena ia mengambil jurusan Akuntansi.

Melihat Mingyu sekarang dengan satu buah pulpen dan kalkulator saja membuat Wonwoo miris. Kasihan sih, tapi Wonwoo bisa apa kalau memang Mingyu sering kali disukai makhluk halus yang bahkan tidak bisa mereka lihat?

"Pulpen lo abis apa ilang lagi?" Tanya Wonwoo sembari memberikan puplen miliknya.

"Abis. Kemaren gue beli pulpen baru tapi ilang anjir. Keknya diambil si Merah." Wonwoo terkekeh.

"Lo tulang wangi kali, Gyu. Makanya lo digangguin mulu sama mereka. Semalem lo diketawain sama mba kunti di pohon mangga deket kosan kan?" Mingyu terkekeh pelan.

"Kok lo tau gue diketawain?"

"Ya iya lah, gue lagi buang sampah kan semalem pas lo lari-lari tiba-tiba meluk gue ketakutan. Apalagi kalo bukan digangguin setan atau ketemu begal. Gausah sok-sokan bilang kangen gue padahal aslinya lo ketakutan abis digangguin." Wonwoo tertawa sedangkan Mingyu saat ini tengah tersenyum malu akibat tertangkap basah berbohong perihal semalam.

Yah, benar apa kata Wonwoo. Semalam setelah kelas terakhir sekitar jam enam sore, Mingyu langsung pulang menuju kost dan di perjalanan memang diganggu oleh penunggu pohon mangga di dekat kostan. Dimana saat itu Mingyu tiba-tiba saja dilempar pasir yang diikuti dengan cekikikan khasnya.

Tentu saja Mingyu berakhir berlari menuju ke kost dan beruntung ia bertemu dengan Wonwoo di depan kost tengah membuang sampah dan sontak memeluk lelaki itu akibat terlalu takut. Ia tidak bilang jika ia diganggu oleh makhluk halus melainkan mengelak dengan alasan merindukan lelaki itu.

"Eh Mingyu! Lo kenapa anjir?!"

"Gapapa, gue kangen aja gak boleh?"

Begitulah percakapan yang terjadi semalam. Wonwoo terkekeh pelan sedangkan Mingyu saat ini pindah tempat duduk di sebelah Wonwoo kemudian memepet lelaki itu seraya mengistirahatkan kepalanya di bahu Wonwoo lalu menghela napas panjang.

Miss The Party | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang