Meet You Out

312 44 11
                                    

Jakarta, 31 Januari 2013
11.09 PM

Hari ini adalah hari Kamis tepatnya di malam Jumat. Wonwoo tengah berbaring menatap ke arah langit-langit kamar sembari mendengarkan radio dimana terdapat segmen cerita horror dimana pendengar dapat menjadi narasumber yang nantinya akan membagikan pengalaman horor mereka ke radio.

Cerita kali ini cukup membuat Wonwoo merinding. Nampaknya, narasumber mengemas ceritanya dengan singkat, padat, namun sangat menyeramkan apalagi dialami langsung. Entah memang benar atau hanya karangan belaka, tetapi Wonwoo cukup dibuat merinding oleh cerita-cerita itu.

Wonwoo terus mendengarkan cerita-cerita horor tersebut dalam diam hingga suatu ketika, ia mendengar suara benturan di jendela yang sontak membuatnya menoleh ke arah jendela kamarnya.

Tok!

Tok!

Tok!

Wonwoo mengernyit, nampaknya suara tersebut berasal dari sebuah benda yang menghantam kaca jendelanya. Ia pun sontak mematikan radio dari ponselnya dan kembali menatap jendela kamarnya yang lagi-lagi dihantam sesuatu. Wonwoo tidak yakin, benda apa itu?

Tok!

Wonwoo pun seketika merasakan bulu kuduknya berdiri. Dengan sedikit perasaan merinding, Wonwoo memutuskan untuk berjalan menuju ke arah jendela berharap hanya burung yang menabrak jendela saja. Lelaki itu berjalan perlahan seraya menelan ludahnya dengan susah payah. Pasalnya, Wonwoo sedikit takut. Ia tidak bisa memastikan apa yang ada di balik tirai gorden kamarnya sehingga ia harus buka terlebih dahulu.

Diam-diam di dalam hatinya Wonwoo berdoa agar dijauhkan dari makhluk halus yang hendak menjahilinya. Wonwoo pun menghela napas panjang sembari mengumpulkan niat dan keberanian untuk membuka gorden jendela tersebut.

'Semoga bukan poci, kunti, wowo, dan semacamnya deh. Anjrit lah, apaan sih gue merinding banget. Ayo, Wonwoo. Lo jangan cemen, hitungan ketiga buka. Kalo sampe beneran setan, lo langsung lari oke. Satu, dua, tiga.'

Sret!

Gorden jendela terbuka bersamaan dengan mata Wonwoo yang menutup. Ia perlahan-lahan membuka kedua matanya dengan ragu. Sedikit demi sedikit kedua mata itu terbuka dan Wonwoo pada akhirnya bisa bernapas dengan lega sebab ia tidak menemukan apapun di balik tirai gorden tersebut sehingga ia bisa bernapas lega.

Tuk!

Tepat ketika Wonwoo tengah menghela napasnya, kembali jendelanya dihantam oleh benda yang Wonwoo dapat lihat seperti batu. Tunggu... batu? Wonwoo mengernyit, siapa gerangan yang melempar batu ke jendelanya malam-malam begini? Apakah maling?

Oh tidak.

Wonwoo pun dengan cepat berlari membuka jendelanya lebar-lebar untuk mengecek pelaku yang melempari jendelanya dengan batu seraya sebelah tangannya membawa sebuah sendal yang ia pakai di dalam rumah. Tepat ketika jendela tersebut terbuka dan Wonwoo menatap ke arah luar rumah, ia menemukan sosok yang sangat familiar baginya.

"Hi, Wonwoo." Wonwoo mengernyit.

"MINGYU ANJRIT LO NGAPAIN SIH NGELEMPARIN JENDELA GUE PAKE BATU MALEM-MALEM BEGINI? KALO PECAH NANTI GUE YANG DIOMELIN NYOKAP GUE, BANGSAT." Teriak Wonwoo dari atas yang membuat Mingyu terkekeh di tempatnya.

"Ssshhtttt, udah malem, jangan teriak-teriak. Sini turun." Ucap Mingyu yang membuat Wonwoo mendecak sebal. Lelaki itu pun sontak meraih jaketnya yang tergantung di balik pintu kemudian berjalan menuju ke bawah menghampiri Mingyu.

"Mingyu, bisa nggak sih lo nyamper gue pake cara orang normal pada umumnya. Telpon atau chat gue kek, ini malah ngelemparin jendela gue pake batu. Kalo pecah gimana? Kan nanti gue juga yang kena. Lo mah enak tinggal ganti, yang diocehin kan gue." Wonwoo terus menggerutu seraya membuka gembok pintu gerbang. Hal tersebut membuat Mingyu lagi-lagi terkekeh.

Miss The Party | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang