Bab 2

76 35 24
                                    

Farah terus mondar-mandir, ke sana dan ke mari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Farah terus mondar-mandir, ke sana dan ke mari. Pikirannya kalut, tentang bagaimana ia akan bercerita pada Umi dan Abi perihal kejadian beberapa jam yang lalu.

"Saya harus gimana ini. Ya Allah, apa saya harus jujur saja sama Umi dan Abi? Tapi, kalo mereka marah, gimana? Terus, kalo saya bohong, pasti semuanya bakal terbongkar, baik cepat maupun lambat." Ia terus menggerutu, bagaimana dan apa yang akan ia putuskan.

Farah mendudukkan dirinya pada kursi yang berhadapan dengan meja kerja. Ia berusaha untuk menenangkan dirinya sendiri, agar ia tidak mengambil keputusan yang salah.

Bagaimana dan apa yang harus ia lakukan? Bagaimana caranya untuk membicarakan hal ini pada Umi dan Abi? Dan, apa yang akan ia putuskan juga katakan pada Umi dan Abi? Kepalanya terasa sangat berat.

Farah kembali teringat pada wajah pria yang ia temui beberapa jam yang lalu. Farah mengambil sebuah cincin yang ada di dalam tasnya, kemudian ia memperhatikan dengan seksama pada cincin tersebut.

Flashback

Sebelum Farah pulang meninggalkan Rival di rumah sakit, ia melihat barang-barang yang ada di atas nakas, tepat di samping ranjang Rival. Itu adalah barang-barang milik Rival. Beberapa detik Farah menatap ke arah wajah Rival. Kemudian, perhatiannya teralihkan pada sebuah kotak cincin, yang ada di antara beberapa barang di sana. Tangannya terulur untuk mengambil cincin tersebut, yang begitu terlihat cantik bertengger di dalam kotaknya.

Dengan perasaan yang ragu, juga penasaran dalam satu waktu, Farah memberanikan dirinya untuk membuka kotak cincin tersebut.

"Farah?" Terdengar suara Lala memanggil dirinya. Farah dengan segera memasukkan cincin tersebut ke dalam tasnya.

Farah menatap wajah pria itu dahulu selama beberapa detik, sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan pria yang tak ia kenali tersebut.

Flashback off

"Saya bilang saja sama Umi dan Abi. Saya gak mau terus-terusan sembunyikan hal ini dari Umi dan Abi. Saya harap, Umi dan Abi bisa mengerti dengan keadaan dan kejadian yang menimpa saya." Farah kemudian mengambil cincin tersebut dari dalam kotaknya. Ia memakai cincin yang sangat cantik itu, pada jari telunjuk sebelah kirinya.

Farah melangkahkan kakinya, meninggalkan ruangan tersebut menuju kamar miliknya yang tak jauh dari ruang kerja.

Ia memutuskan untuk membicarakan hal ini di esok hari, dan kali ini ia akan benar-benar mencoba untuk memantapkan juga memberanikan dirinya, memberitahukan kejadian di malam ini pada Umi dan Abi.
***

"Coba di telepon terus nomornya, Ko." Sava menatap lurus ke arah depan, dengan tatapan kosong.

Entah apa yang tengah Sava pikirkan. Apakah ia memikirkan tentang apakah Rival kecelakaan karena kesalahannya sendiri, atau orang lain? Ataukah, Sava memikirkan siapa orang yang telah memberikan Nicho pesan informasi ini? Entahlah, semua itu hanya Sava yang tahu.

Rival Zaroun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang