Rizal sudah kembali ke Pondok. Dirinya membawa dua buah buku, sebagai bukti bahwa dirinya benar-benar pergi ke Gramedia. Meskipun, memang tujuan dirinya keluar dari Pondok adalah ke apartemen Sava.
Tepat, saat Rizal baru saja memasuki pintu Rumah. Farah hendak keluar dari Rumah, sehingga mereka saling berhadapan di depan pintu.
"Saya—"
"Saya—"
Keduanya mulai untuk berbicara bersama. Lantas, mereka kembali menutup mulutnya, untuk menentukan siapa yang lebih dulu berbicara.
"Kamu dulu." Akhirnya, Farah lah yang meminta Rizal untuk berbicara terlebih dahulu.
"Saya boleh tanya sesuatu?" Farah menganggukkan kepalanya, tanda setuju bahwa ia akan menjawab pertanyaan dari Rizal.
"Apa boleh, saya liat barang-barang milik saya saat kecelakaan itu?"
Farah kembali menganggukkan kepalanya. Sedangkan Rizal dibuat bingung, akan apa yang terjadi pada Farah, sehingga ia dengan mudahnya mengangguk, akan hal yang Farah sendiri takutkan.
Farah memberikan kode pada Rizal, bahwa dirinya ingin keluar dari dalam rumah. Rizal memberikan jalan untuk Farah, agar Farah keluar dari dalam rumah.
Farah berjalan terlebih dahulu, yang kemudian diikuti oleh Rizal di belakangnya. Farah melangkahkan kakinya menuju salah satu ruangan yang ada di sudut Pondok. Ruangan itu, tak lain dan tak bukan adalah perpustakaan pribadi milik Farah.
Farah membuka kunci pintu pada perpustakaan itu, dirinya mempersilahkan Rizal untuk masuk ke dalam. Setelah Rizal masuk, Farah langsung mengambil barang-barang milik Rizal yang ada di dalam laci. Dirinya memberikan sebuah kalung, handphone, dan sebuah cincin yang masih bertengger cantik di dalam kotaknya.
Rizal mengambil semua barang-barang miliknya. "Makasi, ya. Buat semuanya." Rizal mengucapkan kata terima kasih itu pada Farah, dengan senyuman yang terbit di wajahnya. Farah yang melihat senyuman Rizal itu pun, langsung menundukkan wajahnya.
"Entah, senyuman itu akan menjadi senyuman pertama untuk saya. Atau malah, itu menjadi senyuman pertama dan terakhir untuk saya," batin Farah.
Farah berjalan menuju salah satu rak buku yang ada di sana. Ia menjinjit kan kakinya, untuk mengambil sesuatu yang ada di paling atas rak buku itu.
Setelahnya, Farah kembali menghampiri Rizal. Dirinya memberikan sebuah kunci, itu adalah kunci motor milik Rizal. "Ini kunci motor punya kamu, dan itu motor punya kamu." Farah menunjuk pada salah satu sudut ruangan di sana.
Rizal kembali menerima kunci motor miliknya. "Saya tau, bahwa kamu akhir-akhir ini pergi keluar Pondok untuk menemui teman-teman kamu. Jadi, nanti kalo besok mau keluar, gak usah bohong lagi. Besok, kamu bisa pinjam kunci ruangan ini ke Umi, dan bilang sudah diizinkan oleh saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival Zaroun [END]
Teen FictionRival Zaroun, pemimpin geng motor Brandon Axel yang harus kehilangan ingatannya, karena kecelakaan atas pengkhianatan dari salah satu sahabatnya sendiri. Tersesat dalam kepingan-kepingan ingatan yang harus ia susun kembali di Pondok Pesantren Ar-Rah...