Bab 1

96 38 47
                                    

"Astaghfirullah!" Seorang perempuan, dengan cadar yang bertengger pada wajah cantiknya itu membulatkan matanya sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Astaghfirullah!" Seorang perempuan, dengan cadar yang bertengger pada wajah cantiknya itu membulatkan matanya sempurna.

Farah-perempuan bercadar, dengan segera ia meraih ponsel yang ada di dalam tas miliknya. Jari-jemarinya sibuk mencari nomor telepon dengan nama 'Lala', orang yang akan ia hubungi.

"Astaghfirullah, ya Allah. Kenapa saya cari nama Lala aja susah banget!" Keringat dingin membasahi dahinya, tangannya yang gemetar tak kunjung menemukan nama dari seseorang yang akan ia hubungi. Cemas, takut, dan panik. Tiga keadaan itu bercampur menjadi satu, membuatnya bingung harus bagaimana.

"Nah, ini dia!" Farah segera menghubungi Lala, berharap agar sahabatnya itu dapat membantu dirinya saat ini.

Satu kali dering telepon tak kunjung di jawab. Dua kali. Tiga kali. "Assalamu'alaikum. Halo? Lala?" Farah segera mencecar Lala, ketika teleponnya tersambung dengan seseorang yang ada di seberang sana.

"Waalaikumussalam. Kenapa, Far?" Lala menjawab sambungan telepon Farah, dengan dirinya yang khawatir, kala mendengar nada bicara Farah yang sedikit berbeda dari biasanya.

"La, bisa tolong saya?"

"Minta tolong apa? Pasti Lala bantu. Tapi, kamu harus tenang dulu, jangan gegabah. Istighfar dulu." Lala mencoba menenangkan Farah, agar Farah sedikit menetralkan pikiran yang membuatnya panik.

"Astaghfirullah hal adzim. Astaghfirullah hal adzim. Astaghfirullah hal adzim." Terdengar oleh Lala, bahwa Farah terus ber-istighfar, mengikuti arahannya.

"La, tadi saya lupa gak bawa buku buat besok ngajar. Terus saya berhenti, tapi sebelumnya saya sudah sein dulu. Tapi, tiba-tiba dari arah belakang ada motor, terus dia banting setir, dan dia sekarang jatuh ke jurang. Saya harus gimana ini, La?" Lala mendengarkan cerita dari Farah dengan seksama. Dari ceritanya tersebut, ia dapat merasakan bagaimana khawatir dan paniknya Farah.

"Ya sudah, Lala ke sana sekarang sama Kak Arka. Kamu ada di mana, Far?" Lala mencoba memberikan solusi pada sahabatnya itu.

"Gak! Jangan sama Arka. Saya sudah di dekat pondok, kok. Saya di dekat jembatan mau ke pondok." Farah berpikir, jika Lala membawa Arka. Ia akan habis di marahi oleh Umi dan Abi nya. Karena itulah, ia hanya menghubungi Lala agar dapat membantunya.

"Ya sudah kalo gitu. Lala ke sana sekarang."

"Iya. Makasi, ya, La. Hati-hati. Assalamu'alaikum."

"Iya. Waalaikumussalam." Lala segera memutuskan sambungan teleponnya dengan Farah. Kemudian, ia bergegas pergi menuju tempat di mana Farah berada.

Setelahnya, Farah hendak membuka pintu mobil untuk melihat keadaan pengendara motor tadi. Namun, niatnya ia urungkan, setelah melihat dua orang pria turun dari motor yang tak jauh dari mobilnya. Farah terus memperhatikan kedua pria tersebut, yang di mana salah satu dari mereka membawa sebuah balok kayu yang cukup besar.

Rival Zaroun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang