Bab 23

25 16 0
                                    

Dengan isak tangisnya yang terus terdengar, rasa sesak di dadanya yang tak kunjung mereda, juga dengan mata merahnya yang terus mengeluarkan air mata, dari rasa sakit yang teramat di hatinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan isak tangisnya yang terus terdengar, rasa sesak di dadanya yang tak kunjung mereda, juga dengan mata merahnya yang terus mengeluarkan air mata, dari rasa sakit yang teramat di hatinya. Sava terus mengobrak-abrik isi lemari pakaiannya, untuk mengemasi beberapa pakaian, juga barang-barang yang hendak ia butuhkan di negeri sakura sana.

Setelah Sava pulang dari Rumah Sakit, untuk menanyakan kebenaran hubungan antara Rival dengan Farah, dirinya langsung memutuskan untuk pergi meninggalkan Rival. Sava tahu, bahwa Rival akan melakukan apapun untuk dirinya, maka dari itu, Sava rela melepaskan cintanya untuk perempuan lain, karena ia tak ingin merusak hubungan Rival dengan Farah yang telah resmi bertunangan.

Sava memasukkan beberapa pakaian yang ke dalam koper berwarna merah muda itu, juga dengan beberapa kebutuhan dan barang-barang yang memang akan ia pakai nanti. Sava juga belum meminta izin kepada orang tuanya, juga pada siapa pun. Dirinya benar-benar memutuskan hal sebesar ini sendiri.

Setelah semuanya siap di dalam koper, Sava menarik koper miliknya itu ke halaman rumahnya, karena ia telah memesan taksi online agar dirinya tak bertemu dengan siapapun yang kenal pada dirinya.

Sava juga telah memesan tiket pesawat kelas bisnis, agar ia lebih nyaman dalam perjalanan menuju Jepang, karena ia masih keadaan hancur saat ini. Ia berharap, di negeri sakura itu, Sava bisa melupakan Rival, begitupun dengan segala kenangan bersamanya.

Tak terasa, 25 telah terlewati dalam perjalanan menuju bandara. Sava terbangun dari tidurnya, setelah ia lelah menangis di dalam mobil.

Sava keluar dari dalam mobil, setelah ia membayar ke pak supirnya. Dirinya menarik kembali koper merah muda yang cukup besar itu, menuju loket untuk melakukan check in.

Dengan kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, Sava melakukan check in yang kemudian melangkahkan kakinya langsung menuju gate keberangkatan.

Beberapa menit setelahnya, Sava telah terduduk di dalam kursi pesawat yang ia pesan. Sava melakukan prosedur keamanan penerbangan dengan baik, yang dipandu langsung oleh sang pramugari.

Sava melepaskan kacamata hitam yang tengah ia pakai, kemudian mematikan ponsel miliknya dan menaruh kedua benda tersebut pada tas kecil di samping tubuhnya.

Sava menyandarkan tubuhnya dengan nyaman pada kursi itu, kemudian memejamkan matanya berharap agar ia dapat merasakan ketenangan selama dalam perjalanan.

Sementara di sisi lain, Rival telah selesai di obati oleh salah satu perawat di Rumah Sakit Aaraf, dengan Nicho dan Zicho yang masih ada di sampingnya.

Sedangkan Azzam dan Lala, mereka berdua memutuskan untuk menunggu di luar kamar Farah, karena Umi dan Abi tengah berada di rumah untuk mengurus segala keperluan Farah selama di Rumah Sakit.

Perawat yang telah mengobati Rival keluar dari dalam ruangan Rival, Nicho menghembuskan nafas kasarnya karena ia masih menyimpan rasa emosinya pada Rival.

Rival Zaroun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang