Dengan jendela kamarnya yang terbuka, tirai putih menari-nari diterpa oleh dinginnya angin malam. Rizal terduduk di dalam kamarnya. Ia merenungi sesuatu yang selalu mengganjal di dalam pikirannya. Entah apa itu, Rizal tak tahu pasti.
Rizal menatap pada sang bulan yang bersinar tenang. Ia terus berusaha mengingat-ingat kembali, segala kenangannya yang telah terhapus itu. Namun, semakin ia mengingatnya, semakin sakit juga yang ia rasa.
Rizal memilih untuk tidak terlalu keras mengingat hal itu. Akhirnya, ia memutuskan untuk menyapa mimpi indahnya di malam hari, kala kantuk datang untuk menjemputnya.
Detik demi detik berlalu, menit, dan begitu juga dengan jam. Rizal telah dengan tenang tertidur pulas di atas ranjang. Namun, entah mengapa sebuah suara gadis kecil yang begitu lembut menyapa dirinya.
"Rival, ayo cepat ke mari!" Suara gadis itu terus mengajak seseorang untuk bermain bersama.
Seorang gadis kecil memakai dress merah muda, dengan bando bunga mawar yang senada dengan dress tersebut. Sepatu putih dengan pita yang bertengger di atasnya, sebagai pemanis pada sepatu itu, menambah kesan cantik yang berlipat-lipat pada gadis kecil yang memakainya.
Gadis kecil itu tengah berlari kesana-kemari, diiringi dengan tawanya yang begitu riang. Wajahnya yang tak begitu terlihat oleh Rizal di dalam mimpinya. Namun, entah mengapa ada seorang anak lelaki yang sedikit lebih tinggi darinya, ikut bermain bersama. Anak lelaki tersebut terus mengejar gadis kecil itu.
"Kak Rival, ayo kejar Vava!" teriak gadis kecil itu, di sela-sela nafas yang tersengal-sengal, karena telah berlarian.
"Kalo Vava ketangkap sama kak Rival, nanti Vava yang beresin bekas main tadi, ya?"
Gadis kecil itu mengangguk, seolah ia menerima tawaran dari anak lelaki tersebut.
Rizal terbangun dari tidurnya, dengan nafas yang tersengal-sengal. "Tadi itu siapa? Rival? Vava? Siapa mereka?"
Rizal mengambil segelas air putih, yang sudah tersedia di atas nakas, tepat di samping tempat tidurnya. Ia meminum air putih tersebut, namun, bukannya ia kembali tertidur, ia justru menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang tempat tidur.
Rizal memijat-mijat pelipisnya, karena tidur malamnya yang terganggu oleh mimpi tersebut. "Siapa mereka? Kenapa mereka ada di dalam mimpi saya?"
Terlihat, Rizal mengusap-usap wajahnya dengan gusar. Ada perasaan dirinya yang tak tenang, akan mimpi tersebut.
***Di lain tempat, Sava terbangun dari tidurnya karena ia merasa begitu haus. Ia pergi menuju dapur apartemen dengan langkah lemas nya.
Sava mengulurkan tangannya mengambil segelas air putih untuk ia teguk. Setelahnya, ia melangkahkan kakinya melewati sebuah pajangan berupa mainan barbie yang bertengger dengan cantik, tepat di samping televisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rival Zaroun [END]
Teen FictionRival Zaroun, pemimpin geng motor Brandon Axel yang harus kehilangan ingatannya, karena kecelakaan atas pengkhianatan dari salah satu sahabatnya sendiri. Tersesat dalam kepingan-kepingan ingatan yang harus ia susun kembali di Pondok Pesantren Ar-Rah...