Bab 13

19 11 0
                                    

"Farah? Gimana? Apakah ada?" Rizal kembali menanyakan perihal apa yang ingin ia ketahui, dari Farah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Farah? Gimana? Apakah ada?" Rizal kembali menanyakan perihal apa yang ingin ia ketahui, dari Farah.

"Maaf, tapi saya tidak menyimpan apapun. Dan, perihal orang tua kamu, saya perlu menanyakan terlebih dahulu sama Umi dan Abi. Kalo gitu, saya izin untuk mengajar lagi, ya?"

"Sebentar!" Rizal menghentikan langkah Farah, yang hendak masuk kembali ke dalam Masjid.

"Ada apa?"

"Itu, cincinnya dapat dari mana? Saya baru lihat hari ini." Rizal melihat adanya sebuah cincin yang melingkar di jari telunjuk Farah.

"I-ini ... Ini dari Umi. Kemarin malam, Umi ada nyuruh saya buat cobain cincin ini. Dan, karena saya suka, akhirnya saya pakai."

Benar-benar di luar dugaan Rizal. Rizal hanya menganggukkan kepalanya, dan membiarkan Farah untuk kembali masuk ke dalam Masjid.

Setelah mengatakan hal tersebut, Farah lantas pergi dari hadapan Rizal. Dirinya benar-benar di buat mati kutu oleh pertanyaan Rizal barusan.

Kepergian Farah, dengan jawaban yang tak seharusnya itu keluar. Sungguh, hal itu membuat Rizal tak habis pikir, bagaimana bisa, Farah berbohong tentang hal yang begitu besar itu pada Rizal? Apakah Farah memiliki alasan lain? Rizal benar-benar ingin mengetahui alasan itu apa.

Tapi, apakah ia hanya akan terus berdiam diri saja? Apalagi, dirinya memang dahulu sudah sangat mencintai Sava. Bahkan, saat dirinya kehilangan ingatan, sosok Sava tetap ada di dalam hati dan juga datang ke dalam mimpinya berkali-kali. Lalu, apakah bisa, dirinya berpaling begitu saja dari Sava, hanya karena kecelakaan ini? Itu benar-benar tak bisa dibiarkan.

Dan, bagaimana bisa, cincin yang dikenakan Farah barusan adalah pemberian dari Umi? Sedangkan, cincin itu sama persis dengan cincin yang hendak Rizal berikan pada Sava, saat sebelum kecelakaan itu.
***

Farah kembali ke dalam masjid Ar-Rahman. Karena, saat ini jadwal mengajarnya di dalam masjid, bersama dengan Arka.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Farah masuk, dengan mengucapkan salam terlebih dahulu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Para santri dan santriwati di sana menjawab salam dari Farah, dengan gembira, karena mereka akan kembali mendengarkan materi yang akan Farah sampaikan.

"Jadi teman-teman semuanya. Apakah kalian tahu, apa itu cinta?" Farah tiba, dengan langsung menanyakan hal tersebut.

Bukannya menjawab pertanyaan Farah, para santri dan santriwati yang ada di sana, justru senyum-senyum sendiri akan pertanyaan dari Farah barusan.

"Tidak ada yang mau menjawab? Apakah pertanyaannya begitu sulit? Atau justru sebaliknya?"

"Baiklah, akan saya jawab saja, ya, Kak Farah." Arka segera berdiri dari duduknya, dan pergi menghampiri Farah yang juga tengah berdiri, tepat di tengah-tengah bundaran para santri dan santriwati di sana.

Rival Zaroun [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang