[20]

135 17 4
                                    


Renjun duduk termenung di pinggir jendela sambil melihat keluar. Hari hampir gelap. Mark sedang pergi mandi setelah seharian pergi berburu sementara Renjun menunggu di rumah.

Sudah beberapa hari Renjun pergi dari rumah , namun sepertinya tidak ada tanda tanda para rubah mencari keberadaan Renjun. Renjun bukannya ingin dicari dan disuruh pulang, ia hanya merasa heran mengapa mereka tidak ada yang mencari Renjun.

Atau Renjun saja yang tidak menyadari bahwa dirinya sudah menjadi buronan sekarang. Tetapi teman temannya seperti Haechan Jaemin dan Jeno bahkan sudah mengetahui rumah Mark. Jika mereka berpikir Renjun kembali kepada Mark seharusnya mereka mencari Renjun ke rumah Mark.

"Injun...." Mark tiba tiba muncul dari belakangnya dan sedikit menempel mesra pada Renjun. Namun meski demikian Renjun terlihat tidak merasa risih sedikitpunba

Memang, sejak hari dimana keduanya pergi ke pasar dan Mark yang bercanda mengatakan bahwa Renjun kekasihnya justru membuat keduanya semakin dekat, terlebih lagi mereka seperti saling menyukai hanya saja enggan mengakui satu sama lain. Akhirnya mereka hanya sekedar dekat dan saling melempar perhatian tanpa adanya ungkapan perasaan.

"Hm?" Renjun hanya bergumam tanpa melihat Mark.

"Kenapa melamun?"

"Tidak ada yang melamun, aku hanya sedang melihat pemandangan diluar," ucap Renjun sembari memutar badan menghadap Mark. Ia menatap Mark yang entah mengapa semakin terlihat menarik dimata Renjun, membuat perasaannya semakin membuncah.

"Hummm, wangi," kata Renjun sambil menghirup aroma fresh Mark yang baru saja mandi.

"Dasar rubah." Mark menyentil hidup Renjun pelan.

"Hehe."

"Mau menghirup lebih dalam?" Mark menatap Renjun dengan tatapan menggoda.

"A--apa?" Renjun mendadak malu, wajahnya memanas.

"Sini." Mark menarik Renjun ke dalam pelukannya dan mengarahkan wajah Renjun ke lehernya.

Mark memejamkan matanya menikmati saat kulit wajah renjun menyentuh lehernya, nafas hangat renjun menerpa.

Renjun pun dengan kewarasan yang perlahan pudar membuat dirinya hilang kendali. Ia merangkul pundak kokoh Mark dan semakin mendusal nyaman.

"Nyaman," gumam renjun, segurat senyum tipis terukir.

Merasakan gelagat Renjun yang terbilang 'mengundang' Mark pun dengan sigap mengangkat tubuh mungil renjun sehingga renjun dengan otomatis mengaitkan kedua kakinya di pinggang Mark, sementara tangannya mengalung di leher Mark. Keduanya saling tatap dengan intens, degup jantung keduanya berlomba-lomba.

Entah sejak kapan Mark dan Renjun merasa tertarik satu sama lain meskipun mereka berbeda. Yang Renjun tahu, dia hanya merasa begitu nyaman saat berada di dekat Mark, juga merasa tersanjung akan perlakukan baik Mark selama ini bahkan setelah mengetahui jati diri Renjun yang sebenarnya Mark masih tetap bersikap baik. Renjun menjadi betah di dekat Mark sampai melupakan resiko besar jika dirinya benar-benar menyatu dengan manusia biasa seperti Mark.

Mark sendiri merasa tidak kesepian setelah kehadiran Renjun di kehidupannya. Renjun yang manis dan menggemaskan membuat Mark tak bisa berpikiran untuk menyakiti Renjun. Meski Mark sadar Renjun bukan manusia seperti dirinya, tetapi dengan Renjun tidak membahayakan Mark sudah cukup untuk menilai Renjun rubah yang baik. Oleh sebab itu Mark berpikiran untuk menjadikan Renjun teman hidupnya jika diijinkan.

"Kenapa kau sangat manis," puji Mark beberapa saat memandangi Renjun sambil mengusap anak rambut di dahi Renjun.

"Tuan---"

"Mark. Aku bukan tuan mu dan kau bukan budak ku," Mark memotong dan meralat panggilan Renjun kepada dirinya.

"Maaf.. aku hanya belum terbiasa. Aku selalu merasa kau adalah tuanku karna kau sudah mau menampungku dan menghidupi ku," ujar Renjun.

Mark terkekeh kecil mendengar penjelasan itu. "Di dalam dunia manusia itu namanya hidup bersama, saling melengkapi, saling membutuhkan dan saling membantu," balas Mark.

"Kau membantuku berburu kemudian aku membalas dengan dengan memberimu makan dan kehidupan. Tetapi aku tidak berpikir kau budak. Aku menganggap mu teman hidupku yang sudah seharusnya aku hidupin dan kita akan hidup bersama," imbuhnya tanpa sadar ia seperti mengungkapkan perasaannya terhadap Renjun.

Renjun terbengong sesaat. "Hidup... bersama?"

Jantungnya kian berdebar, Renjun mencoba mengontrol diri dan menahan rasa sakit yang akan muncul lagi saat dirinya merasa perasaan terlarang itu datang lagi. Kini Renjun sadar ia benar-benar telah jatuh cinta pada manusia.

"Iya. Di duniamu juga pasti ada juga yang namanya pasangan bukan?"

Renjun hanya mengangguk tak bisa menjawab dengan kata-kata.

"Kalau begitu... maukah kau menjadi pasangan hidupku?" tanya Mark sepontan. Ini jelas tidak terencana sebelumnya, Mark juga tidak ada niatan untuk mengungkapkan perasaannya pada Renjun secepat ini, namun situasi dan kesempatan membuat Mark kebablasan berucap.

Seketika Renjun semakin terdiam mendengar ungkapan barusan. Ada rasa senang mendengar ungkapan Mark, namun ada juga rasa takut dalam dirinya sebab mereka seharusnya tidak bersama.

"Aku bahkan tidak masalah kau seekor rubah."

Deg...

Renjun semakin terdiam.

"Aku tidak pernah merasa dunia seindah ini sebelum kehadiran mu, Injun.. Dulu aku hanya hidup untuk mati. Tapi sekarang aku akan hidup untuk kita.." ucap Mark semakin menjadi jadi tanpa memikirkan bagaimana di posisi Renjun.

Tak kunjung mendapatkan respon dari Renjun, Mark pun membawa Renjun berjalan ke kamar dalam gendongannya. Dengan perlahan ia menurunkan Renjun di ranjang kayu miliknya.

Keduanya saling tatap. Renjun masih takut untuk menerima tapi ia tak kuasa juga menolak. Perasaannya jelas berpihak kepada Mark meskipun otaknya berpikir bahwa itu tidak benar sebab ada resiko besar yang akan di tanggungnya.

Mark, jangan... Ini petaka

Mama...

Maafkan Injun...

"Injun...!"

Winwin terbangun dengan keringat bercucuran setelah merasakan firasat buruk yang terjadi pada sang anak.

Kun di sampingnya langsung menenangkan. "Ada apa?"

"Injun.. anak kita.." Winwin terlihat panik.

"Kenapa sayang? Kau merasakan sesuatu? Injun kita sedang di cari, semoga lekas ditemukan," ucap Kun menenangkan.

"Injun dalam bahaya."











Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pemburu dan Manusia Rubah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang