Additional parts

556 49 9
                                    

.

.

Aku baru sadar pernah nulis draft ini☺️

⚠️Banyak typo
.

.
Happy reading
Enjoy:)

.

.

If ever you're in my arm again

.

Lampu di rumah besar itu hanya menyala sebagian meski jam masih menunjukkan pukul tujuh malam. Tidak ada kesibukan di dalamnya, sepi. Jaehyun yang tertidur di ruang kerjanya mengerang kesakitan mengingat beberapa jam sebelumnya dia terlalu berlebihan dalam mengkonsumsi alkohol.

Kepalanya berdenyut nyeri ada rasa mual yang mulai muncul. Tangannya segera menggapai beberapa butir obat di laci dan menelannya. Ia tidak suka kesadarannya kembali, hanya ada rasa sakit, penyesalan, dan kebencian pada dirinya sendiri.

Terlalu banyak obat yang ia konsumsi membuat jantungnya berdebar kencang. Ia pejamkan matanya erat sembari meremas dada kirinya. Sakitnya bertambah tapi tidak ada masalah untuk itu, mungkin ia bisa mengakhiri perasaan yang menyiksanya.

Tubuhnya berusaha bergerak menuju kamar utama, ia ingin tidur saja menghirup dalam-dalam aroma khas yang mulai memudar dari pemilik sebelumnya. Mungkin dengan begitu otaknya memutar kenangan baik pemilik aroma yang menempel pada ranjangnya, ia dapat melihat orang yang ia cintai, ia bisa melihat senyum keluarganya lagi, khususnya pasangan hidupnya.

Dengan tenaga yang tersisa karena belum mengkonsumsi makanan semenjak pagi Jaehyun mematikan lampu disamping nakas dan terlelap di ranjangnya menahan nyeri pada bagian jantungnya meski wajahnya tersenyum bahagia.

-*--*-

Pagi itu terasa berbeda kepalanya memang sangat berat setelah menangis seharian sembari menghabiskan koleksi winenya di ruang kerja. Ia benci saat kesadarannya mulai menguasai dirinya, dimana ia bisa mengingat rumah penuh kehangatan ini hanya menyisihkan luka yang disebabkan olehnya.

Ah, efek obatnya sudah hilang. Tidak ada lagi debaran berlebihan pada jantungnya, kepalanya tidak lagi sesakit kemarin. Aroma menyeruak itu datang lagi membuat tangannya mengusap space kosong di sisi lain ranjang, hangat.

Sinar matahari masuk pada jendela yang sedikit terbuka membuat kamar tersebut semakin terang, mengusik tidurnya dan membuatnya kembali mengeluarkan air matanya, ia takut untuk kembali melanjutkan hidupnya dan sadar bahwa dia kehilangan segalanya.

Kehilangan hal yang paling berharga di hidupnya.

Kedua matanya terpejam erat membiarkan cairan bening itu mencari celah untuk luruh membasahi kedua pipinya. Ya Tuhan rasa sesak ini sungguh membuatnya ingin mati saja. Ia rindu suara Taeyongnya, ia rindu suara ricuh putra-putra mereka.

"Jaehyun?" Jantungnya berdebar-debar suara milik Taeyong seakan berputar di pikirannya. Tampaknya ia mungkin mulai gila.
"Hei.." Suara itu, suara yang ia rindukan kembali masuk ke indera pendengarannya. Hal itu membuat air matanya berlomba-lomba untuk keluar.

"Jaehyun? ada apa?" Matanya seketika terbuka saat goncangan panik mengoyangkan tubuhnya dengan keras, apa efek obatnya separah ini bahkan semuanya terasa sangat nyata. pandangan yang semula memgabur karena terlalu banyak menangis itu membuat Jaehyun mengusap kedua matanya kasar. Perlahan tapi pasti dia dapat melihat wajah Taeyongnya panik berada lima belas senti dihadapannya.

Divorce [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang