Sorai sorai terdengar sangat riang kala mendengar bel surgawi yang akan membawa mereka bebas dan pulang ke rumah masing masing. Jam di dinding juga sudah menunjukkan pukul tiga kurang, memang waktunya sudah pulang.
"Yuk!" ajakan Zaka diangguki oleh Yana dan Zumi. Ketiganya pun melangkah keluar kelas sama sama. Zaka di depan dan Yana, Zumi di belakang. Mereka sudah biasa seperti itu dan ditatap beberapa murid juga.
"Tadi Lukas ngomong apa sama lo?" tanya Zumi tiba tiba. Sontak, Yana menoleh, menatap gadis itu yang fokus menatap ke depan, seolah olah dia tidak sedang merasa sesuatu, terlihat santai memang, tapi, yang bertanya tadi adalah Zumi. Dia kira gadis itu tidak tahu, tadi.
"Nggak-" Yana menggeleng pelan "Gak ada." lanjutnya, dia terpaksa berbohong. Tidak mungkin dia mengatakan apa yang dikatakan Lukas tadi, sedangkan dia pun bingung menjabarkan apa arti perkataan laki laki itu.
Zumi menoleh, menatap Yana dari samping dan mengangguk pelan "Semoga lo nggak bohong."
Suara Zumi memang lembut, bukan seperti tadi, jika berteriak, malah terdengar cempreng, tapi, suaranya dan ucapannya seolah menuntut Yana. Dia merasa, Zumi sebenarnya tahu, dan Yana tahu bahwa Zumi tidak sepenuhnya percaya. Dia cukup mengenal Zumi, gadis itu tidak akan memaksa jika tidak bisa, dan dia akan membiarkannya sampai kita yang ingin.
Tiba di depan gerbang, Yana maupun Zumi dan Zaka berdiri diantara kerumuan itu. Zumi dan Zaka sepakat mengantar Yana ke halte, setelah itu keduanya kembali ke parkiran untuk mengambil motornya. Hari ini, Zaka terpaksa memakai motornya karna mobilnya masih berada di bengkel, otomatis juga Yana tidak bisa pulang bersama mereka.
Saat Yana ingin menyebrang diantara keramaian itu, melewati jalanan yang mulai sepi itu ke halte di depan mereka, sebuah motor melintas di depannya, sedikit mendorongnya dan dia yang spontan kaget pun tidak bisa menyimbangi, Yana pun jatuh.
"Yana!!" Zumi langsung berlari mendekati Yana yang berusaha bangkit, pergelangan tangannya berdarah dan kini dia sedang di kelilingi murid yang lainnya.
"Yana, lo nggak kenapa kan?" Zumi membantu Yana berdiri, raut wajahnya sangat menunjukkan wajah kekhawatiran membuat Yana mengulas senyum tipis.
"Kita ke rumah sakit ya?" tanya Zumi dan dibalas gelengan kecil oleh Yana.
"Gak, aku mau pulang aja." jawab Yana lirih, aliran darah di bagian sikunya makin banyak keluar.
"Oke, ayok!" ajak Zumi membantu Yana menyebrangi jalan, sedangkan mereka mulai bubar, membiarkan Zumi yang membawa Yana. Zaka, dia masih berdiri di ujung, dekat gerbang, tatapannya tidak berhenti menatap Yana, ada sebuah kekhawatiran dalam dirinya, dia akui, sejak dia mengenal Yana, dia jatuh hati. Tapi, dia hanya diam.
"YANA!"
Brukk
Di bagian arah kanan, lagi lagi sebuah motor melintas ke Yana dan itu adalah motor yanf sama, karna Yana yang di sebelah kanan dan Zumi yang sebelah kiri, jadi otomatis Yana yang duluan jatuh. Gadis itu meringkuk di atas aspal panas itu dengan aliran darahnya yang kini berada di kepalanya dan kakinya yang tergores. Zumi? Gadis itu memang jatuh, tapi tidak separah Yana. Sepertinya, si pengendara hanya mengincar Yana saja.
"YANA!"
Zumi mendekat dengan lunglai akibat sebelah kakinya yang sakit, mungkin terkilir, dia langsung mendekap tubuh Yana yang dipenuhi darah segar itu dan Zaka yang buru buru masuk kembali ke sekolah memanggil guru guru. Dia ingin, salah satu diantara mereka mau mengantar Yana cepat ke rumah sakit dengan mobil mereka.
"Yana, Yana, Yana, bangun!" Zumi menepuk nepuk pipi gadis itu berulang kali. Namun, alhasial Yana sepertinya sudah tak sadarkan diri.
Zumi mendongakan kepalanya, memandang ke sebelah kirinya, melihat motor itu yang sempat berhenti sejenak lalu melaju pergi. Zumi tak mengenalinya karna mereka memakai helm dan jaket hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHANTAN
Teen Fiction'Jika orang lain jatuh cinta dengan parasnya, maka aku jatuh cinta dengan caranya'