"Yana!"
Sebuah seruan terdengar dari arah belakang Yana yang hendak memasuki ruang kelasnya, XI Ips 2. Dia merasa suara itu terdengar aneh, dia tidak pernah mendengar suara berat itu sebelumnya, selain Zaka. Lagipula, diperjelas lagi, di sekolah itu dia tidak pernah berteman dekat dengan murid lain selain Zaka dan Zumi. Lalu siapa yang memanggilnya barusan dengan suara beratnya itu.
Yana berbalik dan kedua pupil matanya kian melebar dengan mulutnya yang terbuka sedikit dan lantas menutupnya dengan kedua telapak tangannya. Dia menatap Maha yang kini berjalan kearahnya, semakin dekat laki laki itu berjalan semakin cepat pula detak jantungnya berdebar.
"Kak Maha." suara Yana terdengar yang lirih nan pelan terdengar ditelinga Maha. Laki laki itu sudah berdiri di depan Yana.
"Lo kenal gua 'kan?" tanya Maha, menunjuk dirinya sendiri dan Yana yang hanya mengangguk pelan saja. Dia masih belum percaya sepenuhnya jika saat ini seorang Maha datang menghampirinya dan berdiri di depannya.
"Gua datang ke sini dan nemuin lo itu, gua mau bilang sesuatu." kata Maha setelah laki laki itu terlihat menghembuskan nafasnya pelan.
"Gua mau berterima kasih sama lo, karna lo, kakak gua sudah bangun dari komanya, lo sudah donorin darah lo sama kakak gua." lanjut Maha. Yana diam, kini kedua tangannya sudah kembali ke semula. Dia juga sudah menduga, laki laki itu selain ikut menonton pertandingan ialah tujuan utamanya untuk bertemu dengannya lalu mengucapkankata seperti ini.
Jadi, apa yang harus Yana harapkan dari seorang Maha.
"Makasih ya." ucap Maha, tatapannya spontan berubah menjadi hangat, Yana merasakan itu.
"Iya kak." Yana mengangguk pelan, memberikan laki laki itu senyuman termanisnya.
"Yana!"
Suara Zaka yang berada tepat di belakang Yana dan Maha membuat keduanya mendadak menoleh dan kini Zaka yang melangkah cepat kearah Yana, lalu memegang lengan Yana, memberikan tatapan menusuk ke arah Maha.
"Lo ngapain di sini, sama dia juga." suara Zaka terdengar sangat tidak suka. Sedangkan Zumi sudah berdiri di belakang ketiganya, menatap heran ke arah Yana, Maha dan Zaka.
"Zaka itu-"
"Lo kan tahu dia siapa?" potong Zaka, "Dia gak orang baik Na."
"Zaka!!" Yana tidak percaya jika Zaka akan mengatakan seperti itu. Dia melihat Zaka memang seperti tidak menyukai Maha, tapi kenapa?
"Kamu apa apaan sih? Kamu-"
"Ayok Na!" Zaka menarik Yana dari hadapan Maha, meninggalkan Maha yang terdiam datar, melewati Zumi yang menatap keduanya heran.
Di sepanjang koridor sekolah Zaka masih saja memegang erat lengan Yana dan Yana yang sedari tadi minta bahkan meronta minta dilepaskan. Dia menatap lengannya yang terlihat membiru.
"Kamu apa apaan sih?" sentak Yana, berhenti tepat di depan area perpustakaan. Dia tidak tahu akan kemana Zaka membawanya.
"Yana, lo harus tahu kalau Maha itu gak-"
"Gak baik?" potong Yana. Dia menatap Zaka dengan heran. Dia menghembuskan nafasnya sebentar dan mengalihkan tatapannya dari Zaka.
"Apa yang kamu tahu tentang kak Maha?"
"Semua orang tahu kalau dia nggak baik Yana." suara Zaka terdengar mengeras.
"Zaka, kamu aneh." sentak Yana, dia sudah tidak dapat menahan lagi rasa aneh yang dia tatap dari Zaka.
"Aneh?" Zaka menyerngit heran.
"Kamu ngapain ngomong kek gitu di depan kak Maha?" tanya Yana. "Kamu nggak mikirin perasaan dia kalau nanti dia sakit hati apa enggak."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAHANTAN
Teen Fiction'Jika orang lain jatuh cinta dengan parasnya, maka aku jatuh cinta dengan caranya'