8. LB : Ada tapi tak dianggap

1.1K 91 14
                                    

Jangan memaksa perasaan seseorang saat dia masih dalam perasaan di masa lalunya.
-Angkasa Abiartha-

𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃𓂃 ࣪˖ ִֶָཐིཋྀ ִֶָ ࣪˖ ִֶָ𓂃

Hari libur ini, Rayan di buat kebingungan karena Ayla dan keduanya orang tuanya nampak sibuk berkemas kemas, dan juga berdandan ria. Dia ingin bertanya, namun segera mengurungkan niatnya.

Dia malah bertanya kepada sang bibi Wina yang tengah berkutat di dapurnya.

"Bi, mereka mau kemana?" tanya Rayan dengan isyarat kecil.

"Den tidak di beri tahu?" Rayan menggeleng kebingungan.

"Ah, non Ayla sama nyonya dan tuan hati ini akan pergi ke pantai, semalam non Ayla minta tolong saya bibi buat cari topi pantai sama peralatan mandi"

"ah, baik bi makasih" Senyum manis Rayan lontarkan kepada sang bibi dan segera pergi ke sofa.

"Auyliua mauaaua keauamuannua?" Gagu Rayan sembari menjelaskan lewat bahasa isyarat nya. (Ayla mau kemana?).

"Ngomong apa si ga jelas, gw sibuk mau beres beres, minggir lo halangin jepitan rambut gua" Rayan tersentak saat dirinya di dorong adiknya yang hendak mengambil jepitan rambut yang berada di bawah bantal sofa.

"Aku bagaimana? apa aku bukan anggota keluarga kalian?" Batin Rayan sambil melihat kepergian ayla.

Deo dan Risa pun keluar rumah bersama dengan Ayla yang sibuk membawa beberapa barang miliknya. Rayan bangkit dan memegang tangan Risa guna bertanya.

"Aku ikut?" mohon Rayan dengan sekuat tenaga menjelaskan perlahan.

"Ck apaan sih lepasin, telat nih kita mau liburan, minggir ga usah lebay cuma ga di ajak!" Celetuk Risa yang bahkan tak segan mendorong tubuh Rayan.

Rayan terus memohon, bergelayut di tangan Risa guna mendapat kan restu agar dirinya di perbolehkan ikut. Dia juga mau berlibur bersama ayah ibunya seperti anak anak yang lain.

Namun karena jengah Risa mendorong Rayan kuat hingga tersungkur ke lantai. "Ck lepas sialan, beban banget sih, ibu ga mau ajak kamu liburan, yang ada mau di taro di maka muka ibu nanti kalo orang tau punya anak bisu kaya kamu!."

Sedetik itu Rayan tak lagi meminta permohonan, dia diam tersungkur di lantai sembari melihat Deo dan Risa serta putri bungsu mereka masuk kedalam mobil meninggalkannya.

"Seburuk itu kah aku? hanya karena bisu dan ibu malu mengakui putra mu sendiri?"

"Kapan, kapan rumah Rayan bisa berdiri tegak layaknya cemara yang ada Rayan di dalamnya buu, ayahhh..."

Rayan menangis melihat kepergian orang tua beserta adiknya. Dia ada dan terlahir sebagai keluarga Narenda namun dia seperti tidak di anggap di dalam rumahnya.

Tak berselang lama saat tengah terisak di sofa sang bibi menghampiri, mengelus punggung dan surai poni hitam raya.

"Aden jangan sedih ya, jangan ngerasa aden itu beban."

"Aden spesial bagi bibi, mungkin nyonya tadi lagi buru buru jadi dia emosi"

"Walau adenn ... eh engga maksud bibi ya aden kan anaknya nyonya pasti nyonya sayang sama aden"

"Tuan deo juga sayang, tapi caranya berbeda, aden bakal nemu kebahagiaan kelak"

Rayan mengangguk dengan sesekali memeluk tubuh wanita paruh baya itu. Melepaskan sesak di dadanya dengan pelukan hangat dari sang pembantu rumah tangganya.

LAST BUTTERFLY || [ NOREN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang